Tribun Lampung Selatan
Kisah Pembuat Kunci Duplikat di Lampung Selatan, Bertemu Presiden Jokowi Berkat Kegiatan Literasi
Sebagai seorang pembuat kunci duplikat, dirinya tidak pernah bermimpi bisa bertemu dan berjabat tangan langsung dengan presiden Jokowi.
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Reny Fitriani
Sore kemarin, ia memiliki agenda menyambangi anak-anak di Dusun Pematang Macan Desa Klawi, membawakan buku bancaan gratis bagi mereka.
Dirinya pun mengajak Tribunlampung.co.id untuk ikut dalam kegiatan literasinya ke Dusun Pematang Macan pada Sabtu sore kemarin.
Usai menutup kios pembuatan kunci duplikat miliknya, Ardiyanto pun pulang ke rumahnya di Dusun Kayu Tabu.
Sebelum melakukan kegiatan literasi keliling dusun, dirinya beristirahat sejenak di rumah dan menyiapkan buku bacaan yang akan dibawanya.
Sembari dirinya memilih buku bacaan yang akan dibawanya ke Dusun Pematang Macan, Pria kelahiran 1971 di Balaraja, Tanggerang ini, bercerita kisah dan pengalamannya tergabung dalam aktivis penggiat literasi di Lampung Selatan.
Ia mulai ikut dalam kegiatan penggiat literasi pustaka bergerak sejak tahun 2017.
Saat itu Ardiyanto ikut bersama dengan Ratmiadi, karyawan PT ASDP Merak yang tinggal di Desa Klawi, yang membentuk Perahu Pustaka.
Awal berkegiatan sebagai penggiat literasi dilakukannya dengan penuh perjuangan.
Bapak dari 4 orang anak ini pernah harus memanggul kotak kardus berisi buku bacaan sejauh 8 kilometer berjalan kaki guna menyambangi anak-anak di satu dusun.
“Pertama ikut, buku bacaan belum banyak. Pernah buku terkena hujan dan basah. Harus dijemur untuk dikeringkan. Pernah juga saya memanggul kotak berisi buku sejauh 8 kilometer,” kata dia sembari mengumpulkan buku-buku bacaan yang akan dibawanya untuk ke Dusun Pematang Macan.
Tidak hanya harus memanggul buku bacaan berjalan kaki, pada awal menekuni kegiatan sebagai penggiat literasi, Ardiyanto pun disangka pedagang buku keliling oleh para orangtua.
Tapi pengalaman awal ikut sebagai aktivis penggiat literasi ini terus memacu semangat dirinya.
Ikutnya ia pada kegiatan literasi, didasari oleh ke prihatinan dirinya melihat anak-anak di dusun tempat tinggalnya dan beberapa dusun lainnya di Bakauheni yang agak lambat bisa pandai dan lancar membaca.
Ardiyanto melihat, sulitnya anak-anak mengakses buku bacaan menjadi faktor penyebab lambatnya mereka bisa membaca dengan lancar.
“Saya mendapati ada anak yang sudah duduk di bangku kelas 2 SD, tetapi membacanya belum lancar. Saya melihat, selain belajar di sekolah, mereka tidak lagi punya fasilitas buku bacaan di rumah,” kata pria yang pernah berkeliling ke beberapa kabupaten/kota di Lampung untuk kegiatan literasi ini.