Tribun Bandar Lampung
Antisipasi Penyakit DBD, Diskes Bandar Lampung Lakukan Fogging Sebulan Sekali
Kadiskes Bandar Lampung Edwin Rusli mengatakan fogging untuk mengantisipasi berbagai potensi penyakit.
Penulis: kiki adipratama | Editor: Reny Fitriani
Hanya, lanjut Kristi, karena saat ini kasus DBD sedang mewabah, banyak warga yang menginginkan daerahnya dilakukan fogging. Karenanya, ada permintaan fogging swadaya.
Untuk fogging swadaya ini, ujarnya, bisa saja pemerintah desa menganggarkan untuk biaya bahan bakar dan tenaga.
Sedangkan obat dan mesinnya bisa diajukan ke puskesmas.
Kristi menegaskan, pihaknya telah menekankan kepada puskesmas untuk tidak memungut biaya apa pun dari masyarakat terkait fogging.
Kegiatan fogging swadaya pun pihak desa disarankan tidak memungut biaya dari masyarakat. Tetapi menganggarkannya melalui dana desa.
“Kalau untuk fogging swadaya, mungkin saja pihak desa mengalokasikan biaya untuk bahan bakar dan tenaga. Untuk mesin fogging dan obatnya, silakan berkoordinasi dengan puskes. Mesinnya bisa meminjam dari puskes dan obatnya silakan minta secara gratis dari puskes,” terang Kristi.
Terkait beredarnya informasi adanya pungutan Rp 20 ribu per rumah untuk fogging di Bakauheni, Kristi mengaku sudah menanyakan langsung ke Puskesmas Bakauheni.
Menurut pihak puskesmas, fogging swadaya itu bersifat mandiri dan tidak berkoordinasi dengan pihak Puskesmas Bakauheni.
“Menurut pihak Puskes Bakauheni, kegiatan itu fogging mandiri. Tidak berkoordinasi dengan Puskes Bakauheni,” ujar dia.(Tribunlampung.co.id/Kiki Adipratama)