Enggan Dinas di Kampung, Kapolri: Ditindak Keponakan, Dibiarkan Kewajiban

Kapolri Jenderal Pol Idham Azis mengungkap alasan tidak penah mau dinas di kampungnya.

Editor: taryono
TRIBUN/IQBAL FIRDAUS
Ilustrasi Kapolri Idham Azis. Terungkap Alasan Kapolri Enggan Dinas di Kampungnya 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Terungkap alasan Kapolri Enggan Dinas di Kampungnya.

Kapolri Jenderal Pol Idham Azis mengungkap alasan tidak penah mau dinas di kampungnya.

Hal ini diungkap Kapolri saat berbincang-bincang dengan Ustad Dasad Latif.

Dalam rekaman video yang diunggah akun Instagram  @dasadlatif1212, 29 Januari 2020.

Sang Ustad Dasad Latif awalnya menyapa netizen.

Kapolri Sudah Sebar Foto Harun Masiku ke 34 Polda, Tapi Masih Nihil, IPW Sarankan Tembak Ditempat

Depan Kapolri Jenderal Idham Azis, Menteri Edhy Prabowo: Saya Junior Abang

Kapolri Sindir Oknum Polisi yang Ngemis Jabatan hingga Lakukan Ini ke Atasan

Kemudian sang ustad menyebut dirinya sedang dalam mobil dinas Kapolri.

Ustad Dasad Latif kemudian mengajukan satu pertanyaan kepada kapolri yang duduk di sampingnya.

Ustad Dasad Latif bertanya seputar penegakkan hukum dalam keluarganya.

Ustad Dasad Latif:

Apa yang menjadi beban sebagai kapolri ketika melaksanakan hukum dalam keluarga?

Kapolri:

Ya kalau masalah penegakkan hukum di keluarga, saya tidak ada masalah.

Jadi Kalau keluarga saya salah, ya saya tindak.

Makanya saya tidak pernah mau dinas di kampungku.

Kalau di kampung itu ditindak keponakan, dibiarkan kewajiban.

Sebelumnya, Kapolri Idham Azis sentil gaya para istri pejabat Kapolres dan Kapolda saat di bandara.

Tak hanya itu, Kapolri Idham Azis juga sampai menyebut nama Ibu Negara iriana Jokowi sebagai pembanding gaya istri-istri pejabat kepolisian tersebut.

Saat menjabat sebagai Kapolri, Idham Azis memperhatikan perilaku dan gaya sederhana Iriana Jokowi dan ingin menularkannya kepada seluruh jajaran yang ia pimpin.

Diketahui Jenderal (Pol) Idham Aziz saat ini menjabat sebagai Kepala Polri (Kapolri) Republik Indonesia.

Selama menjabat, pria berusia 55 tahun tersebut mengamati perilaku Ibu Negara Iriana Jokowi ketika di bandara saat hendak pulang ke Solo.

Dari perilaku dan adab itu, Kapolri mengaku belajar banyak dan ingin menularkan teladan itu kepada para pejabat utama polisi pada semua level di Indonesia.

Pengamatan Kapolri Idham Azis terhadap Iriana Jokowi itu terekam dalam sebuah video arahan resminya kepada jajaran polisi di tiga kepolisian daerah di Sulawesi, Sulsel (Makassar), Mamuju (Sulbar) dan Kendari (Sulawesi Tengah), akhir pekan lalu.

Melansir dari potongan video yang berdurasi 2 menit 26 detik itu, Kapolri mengungkap kebiasan istri Jokowi saat hendak bepergian untuk urusan pribadi, lalu membandingkannya dengan perilaku oknum perwira polisi dan keluarganya di daerah.

Dari informasi yang diperoleh Tribun Timur (Grup SURYAMALANG.COM), Selasa (14/1/2020), potongan video itu direkam saat Kapolri memberi pengarahan tertutup di Aula Mapolda Sulawesi Barat, Lingkungan Kalubibing, Kelurahan Mamanyu, Kecamatan Mamuju, Kota Mamuju, Sulbar, Minggu (12/1/2020).

Idham menuturkan, sebagai pejabat yang ikut bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan kepala negara dan keluarganya di ibu kota negara, Idham ternyata memperhatikan kesederhanaan isti Joko Widodo saat berada di bandara.

Keberangkatan ibu negara tak mencolok dan laiknya perjalanan rakyat biasa.

Bahkan Iriana Jokowi diketahui akan menunggu di ruang tunggu umum seperti kebanyakan penumpang yang lain.

“Kalau ibu negara mau pulang ke Solo, di bandara dia tak diantar dan tak dijemput. Hanya ada dua paspampres (paspampres) yang lihat-lihat dari belakang. Beliau langsung duduk di ruang tunggu biasa, bersama penumpang bandara,” ujarnya.

Perilaku ini, kata dia jauh berbeda dengan sebagian oknum perwira polisi dan istrinya.

Idham Azis menyoroti para istri pejabat Kapolres dan Kapolri yang sampai harus menutup ruang VIP ketika mereka tengah bepergian.

“Kau bayangkan itu ibu kapolres, kalau mau ke Jakarta saja, semua pintu VIP di bandara ditutup. Itu baru istri kapolres, bayangkan kalau itu istri kapolda,” ujar Idham yang terdengar diikuti tawa hadirin.

Dengan nada kelakar dia melanjutkan, dengan memberi contoh kejadian itu ada di bandara Tampapadang, Mamuju.

Lalu setelah tawa kembali terdengar menggema.

Belum lagi derai tawa mereda, kapolri melanjutkan; “Tapi itu, contoh bukan disini, bukan di Tampapadang. Contoh saya, itu di polda lain.”

Kapolri lalu merelefksikan teladan itu harus diterapkan dalam perilaku keseharian semua personel polisi di Indonesia.

“Pelajaran yang saya mau ambil, bahwa kadang-kadang tanpa kita sadari, kita diomongin sama orang banyak (karena perilaku polisi yang tak disadari.)”

Menurutnya perbaikan isntitusi Polri sebagai pelayan masyarakat harus dimulai dari kesadaran personel, termasuk dirinya.

“Makanya saya sejak saya kapolri, kalau naik mobil tak pernah itu pakai bintangku, bintang empat. Kau lihat saja sendiri. Saya pergi ke istana (presiden), mobil biasa saja. (kalau rapat terbatas) Ratas jam 1, jam 12 saya sudah berangkat ke Istana (tak ada pengawalan mencolok),” ujarnya.

Ayah empat anak ini juga menceritakan kebiasaan lainnya saat jabat kapolri (November 2019) yang juga tak mau banyak protokoler dan jemputan.

“Pasti kalian bertanya-tanya. Terutama PJU (perwira jabatan utama) polda/polres, semua kenapa kapolri ini tak boleh dijemput-jemput.”

Dia melanjutkan, perilaku itu harus dibiasakan. “Tidak boleh, kita harus bisa membedakan mana adat, mana kebiasaan, agama, dan tradisi. semua harus bisa dibedakan.”

Perwira tinggi Polri angkatan 1988 ini pun mengingatkan para anggota kepolisian untuk selalu berperilaku sederhana dan mensyukuri yang ada.

“Harus banyak bersyukur. Karena hanya dengan kamu banyak bersyukur, kamu bisa menatap masa depan,”

Pria kelahiran Kendari, yang orangtuanya berasal dari Makassar ini, menyebukan dirinya juga berasal dari orang kebanyakan.

“Saya juga orang kampung seperti kamu. Seperti sebagian besar orang. Kalau saya ikuti teman-teman (masa kecil), paling ujung-ujungnya pergi mabbagang (jadi nelayan di laut), atua angkat batu karang di laut. Tapi karena saya juga ingin maju, ya saya seperti sekarang ini.” ujar Kapolri.

Di pengarahan itu, Kapolri juga berkelakar bahwa dia termasuk karakter yang tegas, namun hanya takut kepada seniornya, Kapolda Sulbar Brigjen Baharuddin Jafar.

“Saya juga takut sama Bang bahar, karena dia seperti itu,” kata Idham yang masuk Akpol tahun 1988 sedangkan Baharuddin Jafar masuk 1987, atau seangkatan dengan mantan Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang kini menjabat Menteri Dalam Negeri

“Saya juga berharap kamu selalu rendah hati. Karena kita adalah bagian dari pelayanan masyarakat,”
Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis dijemput di Bandara Tampa Padang, Kecamatan Kalukku, Mamuju, Minggu (12/1/2020). ( Tribunlampung.co.id)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved