Tribun Lampung Selatan

Gunung Anak Krakatau 10 Kali Gempa Letusan 2 Hari Terakhir, Warga Dilarang Dekati Radius 2 Kilometer

Sejak Selasa (11/2/2020) dini hari hingga pukul 12.00 WIB, tercatat ada dua kali gempa letusan dengan amplitudo 36-37 mm, dan durasi 46-85 detik.

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Noval Andriansyah
Twitter/@Sutopo_PN
Ilustrasi - Anak Krakatau 10 Kali Gempa Letusan 2 Hari Terakhir, Warga Dilarang Dekati Radius 2 Kilometer! 

Gunung yang berada di Selat Sunda itu menunjukkan peningkatan aktivitas.

Dalam tiga hari terakhir, teramati adanya letusan yang diikuti dengan asap berwarna putih, kelabu, dan hitam dengan ketinggian 100-200 meter dari dasar kawah.

“Memang dalam tiga hari terakhir ada peningkatan aktivitas yang fluktuatif."

"Teramati adanya letusan ada sekitar empat kali letusan yang diikuti adanya asap berwarna putih, kelabu, dan hitam (debu),” kata Andi Suardi, penanggung jawab Pos Pantau di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Jumat (27/9/2019).

Menurut Andi, aktivitas letusan gunung yang kini memiliki ketinggian 157 mdpl tersebut terpantau melalui CCTV.

Berdasarkan data Magma VAR (vulcanic activity report), letusan memiliki amplitude 1 mm dan durasi 9-12 detik.

Kemudian juga teramati gempa vulkanik dangkal 1 kali dengan amplitude 6 mm dan durasi 7 detik.

“Untuk gempa mikrotermor terekam dengan amplitude 1-8 mm. Tetapi dominan 1 mm,” ujar Andi.

Hingga saat ini status Gunung Anak Krakatau masih pada level II Waspada.

Nelayan dan warga dilarang mendekati kawah gunung dalam radius 2 kilometer.

Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi besar pada Desember 2018 lalu.

Letusan ini mengakibatkan terjadinya tsunami Selat Sunda yang meluluhlantakkan sebagian wilayah pesisir Lampung Selatan.

Terutama di Kecamatan Kalianda dan Rajabasa.

Pascaerupsi, ketinggian Gunung Anak Krakatau yang semula 310 mdpl, kini terpangkas menjadi 157 mdpl.

Saat itu, sebagian badan gunung longsor ke laut sehingga memicu tsunami.

Gunung Krakatau memiliki sejarah letusan dahsyat pada 1883 silam.

Sebagian besar badan gunung yang memiliki tiga puncak kala itu habis dan memicu terjadinya tsunami besar di Selat Sunda.

Pada tahun 1927, muncul gunung baru yang kini dinamai Gunung Anak Krakatau di permukaan Selat Sunda.

Dua Kali Meletus pada Agustus 2019

Aktivitas Gunung anak Krakatau (GAK) yang berada di selat Sunda terpantau normal.

Tetapi masih terpantau adanya gempa hembusan dan gempa mikro tremor.

Menurut penanggungjawab pos pantau GAK di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Andi Suardi.

Dari data magma VAR (vulcano activity report) masih tercatat adanya gempa hembusan sebanyak 24 kali dengan amplitudo 15-40 mm dan durasi 12-22 detik.

Juga termati adanya gemp vulkanik dangkal sebanyak 1 kali dengan amplitudo 8 mm dengan durasi 5 detik.

Dan untuk gempa mikro tremor (tremor menerus) termatai dengan amplitudo 2-40 mm (dominan 20 mm).

“Kalau untuk GAK aktivitasnya masih seperti sebelumnya. Masih berfluktuatif,” terang Andi kepada Tribun, Kamis (29/8).

Dirinya mengatakan hingga kini status gunung api yang kini memiliki ketinggian 157 mdpl  itu berada pada level  II waspada.

Di mana, para pengunjung dan juga nelayan dilarang mendekati gunung dalam radius 2 kilometer.

GAK sendiri sempat mengalami erupsi besar pada Desember 2018 silam.

Di mana sebagian badan GAK longsor ke laut dan memicu terjadinya Tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018 lalu, yang meluluhlantahkan sebagian pesisir Banten dan Lampung Selatan(Tribunlampung.co.id/Dedi Sutomo)

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved