Tribun Bandar Lampung

3 Mahasiswa Unila Juara Nasional Menulis Esai, Harus Observasi dan Berpikir Cepat

Tim Delegasi Perma Agt, Fakultas Pertanian Unila, meraih juara dua menulis esai di kegiatan Ekspedisi Bumi Rafflesia 2020

Dokumentasi
Hanisah, Annisya Hersya, dan Indah (kiri ke kanan) saat menerima penghargaan. 3 Mahasiswa Unila Juara Nasional Menulis Esai, Harus Observasi dan Berpikir Cepat 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tim Delegasi Persatuan Mahasiwa Agroteknologi (Perma Agt), Fakultas Pertanian Unila, meraih juara dua menulis esai di kegiatan Ekspedisi Bumi Rafflesia 2020 yang diselenggarakan Forum Mahasiswa Agroteknologi/ Agroekoteknologi Indonesia (Formatani) di Universitas Bengkulu 13-21 Februari lalu.

Tim terdiri dari tiga orang yakni Annisya Hersa Yustikarini (Agt 18), Indah Kesuma Putrie (Agt 18), dan Hanisah (Agt 16).

Selain tim delegasi, mereka juga didampingi oleh tiga pendamping yakni Yovanka Yulia Alessandra, Josua Maringan Tambunan, dan Ardinta Meuthiara Pangestu.

Ditemui di sekretariat Perma Agt Unila seusai jam kuliah, Kamis (27/2/2020) petang, Annisya dan Hanisah kembali menceritakan bagaimana perjuangan bisa meraih kemenangan mengalahkan 18 esai yang dikirim delegasi lainnya dari berbagai universitas di Indonesia.

Annisya membeberkan, ada 34 universitas yang mengirimkan delegasi dan 19 universitas diantaranya mengirim esai.

Kisah Bayi Fazillah Khoirunisa, Idap Tumor Pembuluh Darah Sejak Lahir, Butuh Biaya untuk Operasi

Kisah 2 Siswa SD di Lampura Memulung Setiap Pulang Sekolah, Relakan Masa Kanak-kanak Demi Bantu Ibu

Instruksi Bupati soal Atribut di Jalan Protokol Diimbau Memihak Masyarakat

BREAKING NEWS Sidang Kasus Diksar UKM Cakrawala, Hakim Peringatkan Saksi

Juara 1 sendiri diraih UNPAD dan juara 3 dari Unsyiah PSDKU.

Penulisan esai sendiri diawali dengan studi lapangan melihat lokasi pertanian masyarakat di Bengkulu dimana mengandalkan pupuk kimia dalam perawatan tanamannya.

"Kita peserta delegasi melakukan observasi lapangan di Desa Mojorejo, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Melihat permasalahannya apa dan kira-kira bisa membantu apa," papar mahasiswi Agroteknologi angkatan 2018 itu.

Dari observasi, paparnya, para petani tanaman hortikultura banyak yang penggunaan pestisida yang berlebih dan tidak lagi sesuai takaran yang dianjurkan.

"Itu berdampak pada hama di areal pertanian tersebut jadi resisten. Sehingga kami ambil subtema tentang hama dan penyakit yang merupakan persoalan utama pada daerah tersebut," kata anak ke satu dari dua bersaudara ini.

Esai yang ditulis akhirnya mengambil judul "Upaya Mempertahankan Potensi Hasil Tanaman Hortikultura dengan Menggunakan Agensia Hayati yang Ramah Lingkungan".

Dia bersama teman-temannya memanfaatkan agensia hayati berupa Trichoderma sp untuk menangani jamur penyebab penyakit dan Beuveria bassiana untuk menanggulangi hama.

"Kesulitan yang kami alami yang pertama terbatasnya waktu antara observasi lingkungan dan waktu pembuatan esai. Belum lagi menentukan pokok bahasan yang mudah dimengerti dan mudah diaplikasikan lebih lanjut di masyarakat," tutur perempuan kelahiran Pringsewu itu.

Namun semua bisa dilewati dengan kerja tim dan kekompakan.

"Kami saling bertukar pendapat dan ide, setiap individu berperan aktif dalam penuangan ide di esai. Ada yang bertugas mencari jurnal untuk bahan materi, ada yang mengetik materi dan memberi masukan," jelasnya.

Hanisah menambahkan, ketertarikan mengambil subtema soal hama dan penyakit lantaran melihat dampak buruk yang ditimbulkan dalam jangka panjang akibat penggunaan pestisida.

"Karena permasalahan ini yang paling banyak ditemui, dimana mengandalkan bahan kimia untuk tanamannya yang kita tahu itu tidak baik dan berdampak negatif baik dari segi lingkungan, kesehatan maupun ekonomi," jelas Hanisah.

Diakuinya, sempat ada kesulitan dalam menemukan literatur terkait tema yang mereka usung.

"Selain waktu yang terbatas dan harus mikir cepet, kami juga sempat kesulitan di pencarian literatur. Karena konsep yang kita usung ini jarang dibahas jadi agak susah," kata perempuan kelahiran Tanggamus 22 tahun ini.

Salah satu pendamping Yovanka Yulia Alessandra membeberkan, jika apa yang sudah dipersiapan sebelum keberangkatan justru tidak dibahas sama sekali dalam perlombaan.

"Tadinya sesuai agenda dari panitia harusnya melakukan ekspedisi ke Pulau Enggano tapi tidak jadi karena kondisinya tidak memungkinkan. Sementara tim sudah mempersiapkan diri dengan belajar terkait pulau tersebut. Hal lain yang dipelajari tim sebelum keberangkatan juga justru terkait pengelolaan pasca panen," bebernya.

Sehingga apa yang dijadikan bahan di esai merupakan hasil pemikiran seketika menyesuaikan hasil observasi.

Pembahasan esainya sendiri dimana mengulas soal penggunaan bahan pestisida alami yang diolah dari hasil fermentasi nasi basi ditutup daun-daun bambu yang mulai membusuk lalu diberi kain dan disimpan di tempat gelap selama kurang lebih seminggu.

"Jamur yang muncul dari hasil fermentasi inilah yang dicampur dengan air untuk disemprotkan ke tanaman dalam pengendalian hama. Itu yang kami tawarkan untuk petani coba," jelas Sandra.(Tribunlampung.co.id/sulis setia markhamah)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved