Tribun Bandar Lampung
Perajin Jam Tangan Kayu Pertama di Lampung, Siswanto Manfaatkan Limbah Kayu, Kerap Dipesan BUMN
Mendengar nama atau merek jam tangan kayu "Yolby" sudah tak asing di telinga para kolektor jam.Pembuatnya yakni Siswanto.
Penulis: joeviter muhammad | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Mendengar nama atau merek jam tangan kayu "Yolby" sudah tak asing di telinga para kolektor jam.
Pembuatnya yakni Siswanto.
Pria kelahiran Bandar Lampung 1981 silam ini merupakan orang pertama yang memproduksi jam tangan dari bahan baku kayu di Provinsi Lampung.
Pembuatan dilakukan Siswanto di rumahnya di Jalan Garuda, Gang Merak I, Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung.
Seorang diri, Siswanto mengerjakan mulai dari pemilihan kayu, desain pola, pemotongan bahan, pemasangan komponen, hingga proses pewarnaan.
• Kisah Amir Penjual Sayur Keliling yang Jadi Sarjana, Pagi Jual Sayur, Sore Jual Pisang di Pasar
• Kisah Jamaah Lampung yang Beruntung Bisa Umrah di Makkah, Takbir Saat Bus Tinggalkan Jeddah
• Dengar Suara Ledakan, Agus Lihat Toko Catnya di Pringsewu Terbakar Hebat
• Bupati Agung Sidang Lagi, Jaksa KPK Hadirkan 60 Saksi
Berbeda dari produksi jam berbahan baku kayu yang ada saat ini, uniknya Siswanto masih menggunakan cara manual alias handmade.
Bahan bakunya pun didapat dari limbah kayu mebel.
Dari sisa potongan kayu mebel yang ada di Jawa Timur dan Bogor, pria yang hanya lulusan SMK Pelayaran Bandar Lampung ini mampu menyulapnya menjadi jam tangan unik, beda dari jam tangan kebanyakan.
"Semua diproses secara manual, dari pemotongan sampai finising. Kalau orang lain kan buatnya udah pake komputer semua, saya enggak," ujar Siswato, Minggu (1/3/2020).
Pria yang karib disapa Sis ini mengatakan, tak ada pondasi dasar menjadi seorang perajin kayu.
Bermula dari video tutorial yang ia lihat di kanal Youtube dua tahun silam, semakin memantapkan diri untuk menekuni bidang ini.
Bahkan Sis nekat keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan salah satu hotel berbintang di Bandar Lampung agar lebih fokus mengembangkan usaha barunya itu.
Ia mengatakan, pertama kali karyanya tidak seperti sekarang ini.
Banyak kendala yang dihadapi terutama modal untuk membeli mesin potong agar hasilnya terlihat lebih rapi.
Setelah beberapa kali gagal, akhirnya jam tangan kayu buatannya mulai berani dipasarkan.