Lockdown Diterapkan di Dusun Ini Setiap Keluarga Ditanggung Biaya Hidup Rp 50 Ribu per Hari

Sebagai kompensasi kepada warga atas kebijakan lockdown itu, setiap satu keluarga ditanggung biaya hidupnya Rp 50 ribu per hari.

Editor: Andi Asmadi
KOMPAS.COM/Dok. Pemdes Gunungwuled
Pemdes Gunungwuled, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah, menerapkan local lockdwon di Dusun Bawahan. Agar warganya tetap fokus dan taat dengan program social distancing, pemdes akan menanggung biaya hidup warga yang isolasi mandiri sebesar Rp 50.000 per KK per hari. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PURBALINGGA - Tegal dan Tasikmalaya lockdown. Keduanya adalah kabupaten. Yang ini, Bawahan, hanya sebuah dusun. Tapi, aparat setempat juga menerapkan kebijakan lockdown.

Menariknya, sebagai kompensasi kepada warga atas kebijakan lockdown itu, setiap satu keluarga ditanggung biaya hidupnya Rp 50 ribu per hari.

Keputusan lockdown itu diambil oleh Pemerintah Desa Gunungwuled, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah.

Mereka memutus akses masuk dan keluar satu dusun di wilayahnya.

Satu-satunya jalan masuk ke dusun dipasang portal untuk menghalau semua kendaraan yang lalu-lalang.

Agar warganya tetap fokus dan taat dengan program social distancing, Pemdes juga mengalokasikan sejumlah pos di Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) untuk menanggung biaya hidup seluruh warga dusun.

Tegal Local Lockdown Bikin Penumpang Bus Turun di Pinggir Tol, Akses Perbatasan Ditutup Beton MBC

Setelah Tegal, Tasikmalaya Juga Local Lockdown, Semua Kendaraan Dilarang Masuk Kota

"Betul kami local lockdown satu dusun, Dusun Bawahan," kata Kepala Desa Gunungwuled, Nashirudin Latif, Sabtu (28/3/2020).

Latif menuturkan, langkah ini diambil menyusul keluarnya hasil swab salah satu warga dusun yang dinyatakan positif virus corona (Covid-19) pada Rabu (25/3/2020).

"Ada satu warga yang baru pulang dari Jakarta dalam kondisi sakit, sempat dirawat di RSUD Goeteng dan dipulangkan karena kondisinya membaik, tapi beberapa hari setelahnya baru keluar hasil swab dan positif Corona," ujarnya.

Latif mengungkapkan, setelah dipulangkan dari rumah sakit, pasien itu diminta untuk karantina mandiri selama tiga hari di rumah.

Namun, karena budaya solidaritas warga desa yang masih kental, tetangga, sanak saudara dan teman sejawat korban datang menjenguk ke rumah.

Kegegeran pun terjadi setelah warga mengetahui jika pasien tersebut divonis positif Covid-19.

Para pembesuk yang merasa berinteraksi langsung dengan dia khawatir tertular virus.

"Kami secara mandiri melakukan tracking dengan siapa saja korban ini berinteraksi langsung dan menemukan sedikitnya 90 orang dari 30 Kepala Keluarga (KK) di tiga dusun," ungkapnya.  

Atas dasar itulah akhirnya Kepala Desa mengambil kebijakan untuk menutup total akses di Dusun Bawahan, tempat tinggal pasien positif.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved