Kasus Corona di Indonesia
Dosen Unsoed Bikin Masker Pintar, Lampu Menyala Saat Lewati Daerah dengan Pasien Corona
Seorang dosen Unsoed, Bangun Wijayanto rancang masker pintar yang dapat menyala apabila melewati daerah dengan pasien virus corona.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Seorang dosen Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah merancang masker pintar.
Masker tersebut dilengkapi lampu indikator.
Lampu indikator tersebut dapat menyala apabila melewati daerah dengan pasien corona.
Adapun, sosok dosen Unsoed tersebut bernama Bangun Wijayanto.
Dilansir Kompas.com, Bangun merancang masker pintar seperti "iron man" itu, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya penyebaran virus corona.
• Suami Istri Positif Corona Rayakan 50 Tahun Pernikahan dengan Saling Pegangan Tangan di Ruang ICU RS
• Sedang Nongkrong di Kafe, 2 Orang Positif Corona Langsung Dibawa Polisi ke RS Bhayangkara Surabaya
• Bocor Rekaman Rahasia di Rumah Sakit, Mayat-mayat Korban Corona Ditumpuk
• Pembunuh 2 Orang yang Ditemukan Tewas Telanjang di Solo Ingin Kuasai Rp 725 Juta
Masker tersebut juga menjadi alat pelindung diri ketika bepergian.
Bangun menamai masker pintar ciptaannya 'Jengkar'.

Dalam bahasa Jawa, kata jengkar berarti pergi.
Bagaimana cara kerja jengkar?
Bangun Wijayanto memanfaatkan informasi mengenai sebaran Covid-19 ke dalam perangkat berbasis internet of things (IOT) yang praktis serta mudah diakses.
Pengguna hanya cukup menyalakan hotspot pada ponselnya.
Masker yang dilengkapi tiga lampu indikator itu kemudian akan bekerja mendeteksi daerah sebaran virus corona.
"Masker pintar ini akan membantu seseorang dalam melihat informasi mengenai keadaan lokasi yang dilewati dalam perjalanan," kata Bangun Wijayanto.
Adapun, data sebaran pasien corona yang digunakan berasal dari website resmi pemerintah kabupaten tempat sang pemakai masker pintar berada.
Menyala jika ada pasien corona
Lampu indikator pada masker akan menyala merah jika melewati daerah yang memiliki pasien positif Covid-19.

Kemudian, warna kuning akan menyala saat melewati daerah yang memiliki pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19.
Masker ini pun dapat digunakan sebagai alat bantu melakukan tracing apabila penggunanya terpapar Covid-19.
"Masker pintar saat ini dalam tahap prototipe yang berfungsi baik ketika dilakukan pengujian," kata Bangun, yang merupakan ahli rekayasa perangkat lunak tersebut.
Buruh bagikan masker kain
Sementara di Bengkulu, seorang buruh tukang jahit membuat masker kain dan membagikannya secara gratis.
Kegiatan yang dilakukan pria dengan gelar sarjana tersebut merupakan bentuk solidaritas dalam melawan virus corona atau Covid-19.
Sang buruh tukang jahit itu bernama Heri Saputra (29), warga Jalan Budi Utomo, Kelurahan Beringin Raya, Kota Bengkulu.
Ia merupakan kuli jahit atau buruh tukang jahit yang bekerja pada pengusaha jahit.
Alumni Prodi Matematika Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) itu mengaku, aksi yang dilakukannya tersebut bermula dari melihat banyaknya keluhan warga di sekitar rumah dan beberapa temannya.
Keluhan itu mengenai kelangkaan masker di Kota Bengkulu sejak wabah virus corona atau Covid-19 menerpa.
Dari situlah, Heri kemudian berinisiatif membuat sendiri masker kain untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan.
"Alhamdulillah beberapa teman ikut membantu, baik dari donasi membeli bahan kain, hingga menjahit dan packing masker."
"Bahkan saat membagikan ke masyarakat, beberapa teman pun ikut andil," ungkap Heri, belum lama ini.
Aksi Heri justru menjadi perhatian warga.
Sejumlah donasi berdatangan.
Banyaknya donasi membuat Heri semakin semangat memproduksi masker kain lebih banyak.
"Aksi pembagian masker justru makin banyak dukungan warga dalam bentuk donasi membeli bahan. Saya semakin semangat," ujarnya.
Ditanya apakah dirinya tidak rugi dengan aksi yang dilakukan ini, Heri mengaku justru senang bisa membantu orang di tengah kesulitan mendapat masker saat ini.
"Alhamdulillah saya tidak merasa rugi, Bang. Karena rezeki itu tak perlu dikhawatirkan."
"Yang penting bisa membantu orang, dan orang senang dengan bantuan kita, itu sudah bagian dari rezeki," ujar dia.
Heri menyebutkan, semangat kebersamaan tersebut ia dapatkan saat duduk di bangku kuliah.
Saat itu, ia aktif di salah satu organisasi mahasiswa pencinta alam, Madyapala, UMB.
Rasa solidaritas dan kebersamaan itu masih terbawa hingga sekarang.
"Saya hanya mengerjakan apa yang saya bisa sumbangkan."
"Karena saya tukang jahit mampunya ya buat masker. Mau berbuat lain saya tidak mampu," ujarnya tertawa lepas.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Masker Canggih ala Dosen Unsoed, Menyala Saat Lewati Daerah Berpasien Corona.
Seorang dosen Unsoed Purwokerto, Jawa Tengah, Bangun Wijayanto merancang masker pintar yang dilengkapi lampu indikator, yang dapat menyala apabile melewati daerah dengan pasien corona. (Kompas.com)