Kasus Corona di Indonesia

Nikotin Rokok Mampu Halangi Virus Corona? Guru Besar UGM Bantah: Merokok Itu Tak Sehat!

Guru Besar UGM Prof Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD menegaskan, perokok lebih rentan terkena virus corona (Covid-19).

pixabay/fernando zhiminaicela via tribunnewsbogor.com
Ilustrasi - Nikotin Rokok Mampu Halangi Virus Corona? Guru Besar UGM Bantah: Merokok Itu Tak Sehat! 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Perokok lebih rentan terkena virus corona (Covid-19).

Hal tersebut disampaikan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD.

Guru Besar UGM tersebut sekaligus membantah isu yang beredar di media sosial terkait nikotin rokok yang bisa menghalangi virus corona masuk ke paru-paru.

Di tengah ramainya klaim bahwa nikotin rokok dapat menghalangi virus Sars-Cov2 menginfeksi paru-paru dan menimbulkan Covid-19, Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) berpendapat lain.

Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Prof Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD tidak membenarkan klaim bahwa merokok bisa mencegah Covid-19, seperti yang diberitakan dalam media sosial.

Harapan Baru, Remdesivir Obati Virus Corona, Hasil Uji Klinis di Amerika Serikat

Gara-gara Corona, Bocah 5 Tahun Ditolak Warga Tak Boleh Turun dari Kapal untuk Berobat

Jumlah Kasus Corona di Indonesia Berada di Urutan Pertama di Antara Negara-negara ASEAN

Biaya Perawatan Pasien Corona di Rumah Sakit Capai Rp 16,5 Juta per Hari

“Klaim yang beredar sangatlah keliru karena kebiasaan merokok itu tidak sehat."

"Justru merokok menjadikan seseorang menjadi lebih rentan terhadap serangan virus, bakteri, dan penyakit lainnya,” papar Prof Yayi, seperti dikutip dari TribunnewsBogor.com, Sabtu (18/4/2020).

“Dalam sebuah penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal internasional menyebutkan, bahwa pasien Covid-19 yang merokok dua kali lebih berisiko dan membutuhkan perawatan intensif di ICU, membutuhkan alat bantuan penapasan, mengalami kematian karena Covid-19," imbuh Prof Yayi.

Menurut dia, perokok sudah mempunyai masalah di paru-paru akibat zat-zat kimia yang terisap saat merokok.

Saluran napas perokok berkurang fungsinya akibat aktivitas merokok dalam jangka waktu lama.

"Para perokok rentan terinfeksi virus, salah satunya dikarenakan dari aktivitas merokok itu sendiri."

"Merokok melibatkan kontak jari tangan dengan bibir secara intens yang membuka peluang bagi virus untuk berpindah dari tangan ke mulut," katanya.

Lebih lanjut dijelaskan, risiko tersebut tidak hanya pada perokok yang menggunakan cara tradisional.

Orang yang merokok dengan cara kekinian, yakni memakai rokok elektrik atau vape, juga memiliki risiko yang sama besarnya.

Pengguna vape yang sebagian besar dari kalangan milenial memiliki kebiasaan menggunakan produk rokok secara bersama-sama.

Kontak dari mulut ke mulut ini meningkatkan kemungkinan penularan virus, termasuk Covid-19.

Hasil penelitian internasional

Prof Yayi juga menuturkan sejumlah penelitian yang membahas tentang kaitan antara merokok dan risiko terinfeksi virus corona.

Salah satunya yang tertuang dalam Journal of Clinical Medicine (2020) berjudul Smoking Upregulates Angiotensin-Converting Enzyme-2 Receptor:A Potential Adhesion Site for Novel Coronavirus SARS-CoV-2 (Covid-19).

Disebutkan, di pusat episentrum wabah Covid-19, yaitu China, memiliki perokok pria yang cukup tinggi jumlahnya, sekitar 50 persen, dan angka kematian yang dilaporkan banyak terjadi pada pria berusia tua.

Oleh sebab itu, kemungkinan perokok terwakili dalam kematian cukup tinggi.

Adapun di Iran, Italia, dan Korea Selatan, jumlah perokok wanita jauh lebih sedikit dibandingkan pria.

Fakta juga menunjukkan, lebih sedikit wanita yang tertular virus corona.

Jika analisis ini benar maka di Indonesia diprediksi terjadi peningkatan pasien Covid-19 karena persentase perokok pria di atas 60 persen.

Asap Rokok Bisa Tularkan Virus

Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi mengatakan bahwa asap rokok juga bisa menjadi sumber penularan Covid-19.

Hal itu diungkapkan Adib Khumaidi pada Senin (13/4/2020).

Adib menjelaskan bagaimana asap rokok yang keluar dari paru-paru seorang penderita Covid-19 bisa menyebar ke orang lain.

Ia mengatakan orang perokok rentan terinfeksi Covid-19 lantaran keadaan paru-parunya sudah tidak baik.

Hal ini dikarenakan organ pernapasan mereka tidak sesehat orang yang tidak merokok.

Dikutip dari Tribunwow.com, jika perokok yang terinfeksi tak mengeluarkan droplet memang tak menjadi masalah.

Namun, jika ia merokok di suatu ruangan dan asapnya terhirup orang lain dalam suatu ruangan, maka orang lain itu berpotensi terkena Virus Corona.

"Kedua pada saat kemudian dia merokok dan itu di dalam satu ruangan selama dia tidak droplet sih enggak masalah."

"Kalau dalam satu ruangan tertutup sehingga asapnya bisa kemana-mana itu bisa juga menjadi sumber penularan ke orang lain," jelas Adib dari tayangan Kompas TV Senin (13/4/2020).

Adib menegaskan kembali bahwa asap rokok memang bisa menjadi sumber penularan.

Hal itu dapat terjadi apabila dalam suatu ruang tersebut perokok tak menjaga jarak satu meter maka itulah bisa menjadi sumber penularan.

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com

Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Menurut Guru Besar UGM, Perokok Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19

Guru Besar UGM Prof Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD menegaskan, perokok lebih rentan terkena virus corona (Covid-19). Guru Besar UGM tersebut sekaligus membantah isu yang beredar di media sosial terkait nikotin rokok yang bisa menghalangi virus corona masuk ke paru-paru.

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved