Kasus Corona di Lampung
Cerita Guru di Pedalaman Tuba, Antar Materi untuk Belajar di Rumah karena Siswa Tak Punya Gadget
Para guru terpaksa mendatangi satu persatu rumah siswa secara bergantian, lantaran orangtua siswa tidak memiliki gadget untuk belajar jarak jauh
Penulis: Endra Zulkarnain | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, DENTE TELADAS - Pasca dikeluarkan kebijakan belajar di rumah akibat pandemi virus corona, para siswa "dipaksa" sekolah jarak jauh dengan sistem online menggunakan gadget.
Ada yang memanfaatkan aplikasi whatshap melalui layanan Video Call atau aplikasi daring lainnya.
Bagi mereka yang tinggal di perkotaan, yang sudah terbiasa berselancar di dunia maya menggunakan android, mungkin bukan hal yang sulit.
Namun berbeda dengan siswa yang tinggal di daerah pedalaman dengan kondisi ekonominya kurang beruntung.
Para orangtua siswa ini pun tidak mempunyai handphone andorid untuk belajar jarak jauh sang anak.
• Kisah Sopir Ambulans Pengantar Jenazah Corona, Tak Boleh Peluk Anak hingga Rela Dijauhi Keluarga
• Kisah Warga Bandar Lampung Berpuasa di Luar Negeri, Rilda: Puasa di Inggris 17 Jam
• Alasan Plt Bupati Lampung Utara Belum Lakukan Rapid Test
Seperti yang terjadi pada SD Sidodadi Kampung Sungai Nibung Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulangbawang.
Para guru terpaksa mendatangi satu persatu rumah siswa secara bergantian, lantaran orangtua siswa tidak memiliki gadget untuk belajar jarak jauh secara online.
Fatmawati, salah satu guru SD Sidodadi, membagikan cerita perjuangannya mendatangi satu persatu siswa untuk belajar di rumah.
Menurut Fatmawati, setiap hari dia harus bolak balik menghantarkan materi pembelajaran ke rumah siswa.
"Selain buku tema yang dibawa, kami juga melakukan penilaian dan hal lain berkaitan dengan study, yang mestinya dilakukan jarak jauh dengan sistem daring. Tapi karena orangtua siswa sebagian besar tidak memiliki hp android atau gadget, terpaksa kami yang mendatangi mereka satu persatu," ungkap Fatmawati, Senin (04/05/2020).
Selain android, banyak juga orangtua siswa di sana yang tidak memiliki sepeda motor.
Kondisi itu ikut pula menyulitkan sistem belajar dari rumah yang diterapkan, guna memutus rantai penyebaran virus Corona.
Agar tidak kerepotan mendatangi satu persatu siswa, guru SD Sidodadi terpaksa mengumpulkan mereka dengan kelompok kecil untuk belajar bersama.
Satu kelompok maksimal lima orang, yang memang jarak rumah siswa itu saling berdekatan.
“Paling banyak lima orang yang rumahnya berdekatan, kami buat kelompok kecil. Cara ini terpaksa dilakukan biar nggak kerepotan," ungkap Fatmawati.