Gubernur BI Bicara soal Dampak Corona terhadap Perekonomian Indonesia
Semula Bank Indonesia memperkirakan pengaruh dari penanganan pandemi Covid-19 baru mulai terasa di bulan April sampai pertengahan Juni 2020.
Penulis: ahmad robi ulzikri | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Mencermati kondisi perekonomian Indonesia, khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan beberapa hal terkait perkembangan perekonomian terkini di Indonesia.
“Dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2020 tercatat 2,97% (yoy), lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia 4,4% (yoy). Hal tersebut didorong oleh dampak penanganan pandemi Covid-19 yang mulai memengaruhi kegiatan ekonomi baik dari sisi pendapatan, konsumsi, produksi, investasi, serta ekspor dan impor,” papar Perry dalam siaran pers virtual, Rabu (6/5/2020).
Semula Bank Indonesia memperkirakan pengaruh dari penanganan pandemi Covid-19 baru mulai terasa di bulan April sampai pertengahan Juni 2020.
Namun ternyata terjadi lebih cepat yaitu di bulan Maret 2020.
Dari sisi pengeluaran, penurunan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 terutama dipengaruhi penurunan permintaan domestik.
• Ekonomi Lampung Terpukul, Kadin-Hipmi: Pengusaha Harus Inovasi!
• Geram Warganya Terkesan Remehkan Corona, Wali Kota Herman HN Patroli Masker
• Harga Emas Hari Ini Kamis 7 Mei 2020, Simak Harga Beli Logam Mulia dan Harga Jual Logam Mulia
• Harga Mobil Bekas Ford Ecosport April 2020, SUV Berlimpah Fitur
Konsumsi rumah tangga tercatat 2,84% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja pada triwulan IV 2019 sebesar 4,97% (yoy).
Investasi juga tumbuh melambat sebesar 1,7% (yoy).
Respons stimulus pemerintah melalui konsumsi pemerintah yang tumbuh 3,74% (yoy) dapat menahan perlambatan permintaan domestik lebih dalam.
Selain itu, ekspor netto berkontribusi positif dipengaruhi ekspor yang tumbuh 0,24% (yoy) dan impor yang mencatat kontraksi 2,19% (yoy).
“Ternyata memang stimulus fiskal dari pemerintah telah berdampak posistif terhadap pertumbuhan ekonomi. Stimulus fiskal dalam bentuk terutama penyaluran bantuan sosial berdampak positif yang semuala kami perkirakan konsumsi pemerintah itu tumbuhnya 2,3 persen di triwulan 1, ternyata rilis dari BPS kemarin konsumsi pemerintah justru tumbuh 3,74 persen. Jadi memang berbagai stimulus pemerintah bisa menopang pertumbuhan ekonomi sehingga tidak turun lebih lanjut,” jelas Perry.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I termasuk salah satu yang tertinggi, lebih baik dari sebagian besar negara-negara lain.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I 2020 tercatat -6,8% (yoy), jauh lebih rendah dari pencapaian di triwulan IV 2019 sebesar 6,0%.
Pertumbuhan ekonomi AS tercatat 0,3% (yoy) pada triwulan I 2020, meskipun tetap positif namun lebih rendah dari pencapaian di triwulan IV 2020 sebesar 2,3% (yoy).
Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Eropa, Singapura dan Korea Selatan pada triwulan I 2020, masing-masing berturut-turut tercatat sebesar -3,3% (yoy), -2,2% (yoy), dan 1,3% (yoy).
“Kalau kita lihat dari seluruh dunia pertumbuhan Indonesia angka 2,97 persen, meskipun lebih rendah dibanding Vietnam yang 3,82 persen, jika dibanding dengan negara lain alhamdulillah jauh lebih baik atau kalaupun positifnya lebih rendah (dari Indonesia),” papar Perry.