Nasib ABK Indonesia di Kapal China, Makan Umpan Ikan hingga Fakta 4 ABK Meninggal
Sebanyak 5 orang anak buah kapal atau ABK Indonesia yang bekerja di kapal China Long Xing 629 bercerita mengenai pengalaman mereka bekerja di kapal.
Rekannya, MY (20) mengatakan hal serupa.
Pria lulusan SMK di Kepulauan Natuna, Riau itu, acap kali "hanya tidur tiga jam".
Sisanya, ia membanting tulang mencari ikan.
"Kalau kita ngeburu kerjaan (mencari ikan), kadang kita tidur cuma tiga jam," ungkapnya.
Mereka mengatakan, kapten kapal mengharuskan pada ABK Indonesia mencapai "target" ikan dalam jumlah tertentu setiap harinya.
"Mau protes, susah sekali, kita di tengah laut," kata BR.
Sejumlah ABK mengatakan, kontrak kerja mereka tidak mengatur soal jam kerja.
RV (27) asal Ambon, Maluku, adalah salah satunya.
"Tidak tertulis soal jam kerja, jadi baru diatur oleh kapten kapal saat di laut," ujar RV.
Namun, ada juga ABK Indonesia, yang diberangkatkan agen lain, yang jam kerjanya diatur di kontrak.
Beberapa sempat menanyakan soal jam kerja, namun tidak berlanjut, karena mengaku "takut dipulangkan".
Meski bekerja membanting tulang, sejumlah ABK itu mengaku gaji mereka belum dibayar.

2. Makan umpan ikan, minum sulingan air laut
Tidak hanya masalah jam kerja yang di luar batas, NA (20) anak buah kapal Long Xin 629 asal Makasar, Sulsel, mengaku 'dianaktirikan' soal makan dan minum.
Menurutnya, ABK yang non-Indonesia mendapat jatah makanan yang "lebih bergizi" ketimbang mereka.