Tribun Tanggamus

Pengeroyokan Berujung Maut di Pugung, Polisi Sebut Korban Dikenal Arogan

Polsek Pugung masih menyelidiki perkara pengeroyokan yang berujung tewasnya Bahri (34), warga Pekon Campang Way Handak, Kecamatan Pugung.

Penulis: Tri Yulianto | Editor: Daniel Tri Hardanto
tribunlampung.co.id/dodi kurniawan
Ilustrasi - Polsek Pugung masih menyelidiki perkara pengeroyokan yang berujung tewasnya Bahri (34), warga Pekon Campang Way Handak, Kecamatan Pugung. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PUGUNG - Polsek Pugung masih menyelidiki perkara pengeroyokan, yang berujung tewasnya Bahri (34), warga Pekon Campang Way Handak, Kecamatan Pugung.

Menurut Kapolsek Pugung Inspektur Dua Okta Devi, dari 17 orang yang menyerahkan diri, ternyata tidak semuanya sebagai pengeroyok.

Ada yang menjadi saksi.

Mereka ikut menyerahkan diri sebagai tindakan kooperatif.

"Hasil penyelidikan sementara ada lima yang jadi saksi, lainnya sebagai pelaku. Masih diselidiki lagi peran-peran mereka bagaimana," ujar Okta, mewakili Kapolres Tanggamus AKBP Hesmu Baroto, Jumat (15/5/2020).

3 Pelaku Pengeroyokan Dibebaskan Polisi, Korban Mengadu ke LBH

Sedang Nongkrong Tiba-tiba Dikeroyok Pengendara Motor, Pemuda Tewas Penuh Luka Bacok

Terlibat Pencurian 15 Ponsel di Tol Lampung, Oknum Polisi Diperiksa

Pengorbanan Pemuda di Tangerang, Mengajukan Diri Agar Terkena PHK Demi Selamatkan Teman

Ia menjelaskan, dari hasil pemeriksaan sementara memang dapat diklasifikasikan antara perencana dan pelaku.

Sebab ada pelaku yang spontan ikut terlibat, tapi tetap ada pelaku yang sudah merencanakan.

"Sementara dari 17 orang dapat diklasifikasi menjadi pelaku sekaligus perencana, pelaku yang berada di TKP dan saksi-saksi yang berada di TKP," ujar Okta.

Namun ia menegaskan, sampai saat ini belum tentukan siapa saja yang ada dalam tiga klasifikasi status tersebut.

Sebab polisi masih menyelesaikan proses penyelidikan, dari mulai penentuan pelaku, saksi sampai motifnya.

Okta menjelaskan, selain penyelidikan diarahkan ke terduga, pihaknya pun melakukan penyelidikan ke pihak luar, seperti warga lain sampai aparat pekon berupa pengumpulan keterangan.

Hasil pengumpulan keterangan dari sejumlah warga, aparatur pekon, dan ke-17 orang terduga, disimpulkan para pelaku sakit hati dengan korban.

Ternyata korban kerap membawa senjata tajam dan bersikap arogan.

"Berdasarkan keterangan warga dari beberapa peristiwa yang diceritakan, ada arogansi korban terhadap masyarakat, di antara mereka ada yang pernah menjadi korban penganiayaan," ujar Okta.

Ia menambahkan, informasi dari aparatur pekon juga menyimpulkan bahwa korban selama ini dikenal sebagai pembuat onar, seperti sering mencuri pisang.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved