Tribun Lampung Selatan
PSBB Berdampak Melorotnya Harga Gabah Kering di Lampung Selatan
Adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di tengah pandemi virus corona (covid-19) saat ini turut berdampak pada serapan panen padi
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: soni
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA – Adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di tengah pandemi virus corona (covid-19) saat ini turut berdampak pada serapan panen padi petani di Lampung Selatan.
Bila biasanya saat panen akan ada pembeli dari pulau Jawa yang datang, kini dengan adanya pembatasan para pembeli gabah dari pulau Jawa ini tidak lagi bisa leluasa untuk datang.
Kondisi ini, menurut ketua KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) Lampung Selatan M. Amin Syamsudin, berdampak pada harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) petani.
• Dampak Corona, Petani di Lampura Pilih Tidak Jual Hasil Panen Gabah ke Tengkulak
Menurutnya harga gabah di tingkat petani saat ini turun. Untuk GKP saat ini berkisar Rp. 350 ribu per kwintal. Sedangkan untuk GKG saat ini berkisar Rp. 380 ribu hingga Rp. 400 ribu per kwintal.
“Sebelumnya untuk GKP masih pada kisaran Rp. 380 ribu perkwintal. Sedangkan untuk GKG pada kisaran Rp. 420 ribu perkwintal,” kata dia kepada Tribunlampung, Jumat (15/5).
Masih berlangsungnya panen saat ini, menurut dirinya, membuat harga gabah kemungkinan akan terus terkoreksi. Karena masih ada daerah kecamatan di Lampung Selatan yang belum panen.
Amin Syamsudin pun berharap ada peran pemerintah untuk menahan terus turunya harga gabah hasil panen petani.
• Panen 47 Ribu Ton Gabah, Kota Metro Diminta Pemprov Pertahankan Lahan Sawah
Menurut dirinya, bila pemerintah daerah memiliki program bantuan sosial pangan dalam bentuk beras, ada baiknya membeli beras hasil panen petani. Ini akan sangat membantu petani untuk serapan hasil panen mereka.
“Tentu akan sangat bagus program bantuan beras oleh pemerintah untuk dampak covid-19 ini, dibeli dari hasil panen petani. Ini akan sangat membantu petani,” kata dia.
Amin Syamsudin mengatakan, kualitas beras yang dihasilkan dari gabah petani cukup bagus. Biasanya, ujar dirinya, beras kualita premium.
“Kalau untuk kualitas bagus. Paling tidak kalau pemerintah turut membantu menyerap beras hasil panen petani. Harga gabah hasil panen saat ini akan lebih terkontrol,” kata dirinya.
Sebelumnya, Yono seorang petani mengaku saat ini harga gabah ditingkat petani terus mengalami penurunan. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan para petani di tengah terjadinya pandmei covid-19.
“Sejak awal bulan harga gabah terus turun,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini tidak ada pembeli dari pulau Jawa yang datang. Padahal biasanya, saat musim panen, cukup banyak pembeli gabah dari pulau Jawa yang datang.
“Ini tidak ada pembeli dari pulau Jawa. Biasanya ada pembeli dari Serang dan juga dari Cianjur dan Cikarang,” kata Yono.(Tribunlampung/Dedi Sutomo)