Sengaja Peluk Warga Agar Tertular, Pasien Corona di Tasikmalaya Tak Terima Jadi Tontonan
Pria itu berlari mengejar warga yang berkerumun sambil merekam proses penjemputan itu menggunakan kamera ponsel.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Pasien corona di Tasikmalaya, Jawa Barat mengamuk hingga sengaja memeluk warga yang menontonnya agar tertular.
Pasien tersebut sengaja berlari memeluk warga yang melihatnya karena tak terima jadi tontonan warga.
AR (40), pasien positif Covid-19 asal Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, mengamuk dan memeluk salah satu warga yang berkerumun saat dijemput tim medis.
Pria itu berlari mengejar warga yang berkerumun sambil merekam proses penjemputan itu menggunakan kamera ponsel.
"Ini apa sih? Di mana sih? Saya peluk semua, ODP kamu, ODP," kata AR sambil mengejar dan memeluk warga yang berkerumun.
Beruntung tim medis yang berpakaian alat pelindung diri lengkap mencegah hal itu.
Salah satu keluarga pasien pun mempertanyakan banyaknya orang yang ikut dalam proses penjemputan itu.
"Kenapa ini bawa segini banyak?" teriak seorang perempuan kepada petugas tim medis yang datang menjemput.
• Bupati Ikut Jemput Santri Pasien Corona, Keluarga Pasien Ngotot Anaknya Tak Sakit
• Viral, Video Warga Haru Bercucuran Air Mata Doakan Bidan yang Diduga Terjangkit Corona
• Viral 10 Pasien Corona dan PDP Kabur dari Hotel, Polisi Tak Berdaya, Tapi Takluk Sama Petugas Medis
• China Kembali Diserang Corona, Muncul Klaster Baru, Wali Kota Jilin Berlakukan Lockdown

AR (40), pasien positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya mengamuk dan memeluk warga yang berkerumun saat dirinya dijemput paksa oleh tim medis.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat mengatakan, pasien tersebut tak terima ada banyak warga yang berkerumun di sekitar rumahnya saat proses penjemputan paksa.
"Tadi sempat ngamuk, alasannya karena pasien histeris banyak warga yang ikut menjemput," kata Uus saat dihubungi, Jumat (15/5/2020).
"Saya juga kaget datang ke sana malah jadi tontonan. Padahal sangat berisiko," imbuhnya.
Uus yang berada di lokasi saat penjemputan mengatakan, perbuatan pasien itu spontan dilakukan.
Awalnya, pasien dan keluarganya menolak diisolasi kembali di ruang karantina salah satu rumah sakit.
Tim medis yang menjemput pun memberikan pemahaman dan menjelaskan alasan pentingnya isolasi mandiri.