Kisah Mbah Tuni dan Ibunya yang Mengais Sisa-sisa Gabah dan Kelapa untuk Makan
Perjuangannya tak mengenal lelah demi sang ibu, Mbah Sarijem, yang kini usianya sudah mencapai 101 tahun.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BAUBAU - Di usianya yang sudah senja, Mbah Tuni (75) tetap semangat menjalani hidup.
Perjuangannya tak mengenal lelah demi sang ibu, Mbah Sarijem, yang kini usianya sudah mencapai 101 tahun.
Keduanya tinggal di sebuah gubuk yang berada di Kelurahan Liabuku, Kecamatan Bungi, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.
Gubuk tersebut adalah milik orang lain.
Mbah Tuni menjalani kehidupan yang cukup sulit.
• IRT di Pringsewu Tolak Bantuan Sembako dari Pemerintah, Alasannya Bikin Haru
• Kisah Pilu ABK Indonesia Disiksa di Kapal, Mayatnya Dibiarkan Beku di Freezer Ikan
• Bocah Penjual Jalangkote yang Jadi Korban Bully Kaget, Bangun Tidur Dapat Rezeki Rp 10 Juta
• Koh Steven, Mualaf yang Sumbang APD dengan Jual 2 Rumah dan 7 Mobil Senilai Rp 12 Miliar
Saat musim panen padi tiba, ia mengumpulkan sisa-sisa gabah milik petani.
Tak jarang pula Mbah Tuni mencari buah kelapa tua yang jatuh dari pohon atau kelapa milik tetangganya untuk kemudian dijual di pasar.
Mbah Tuni mengaku rata-rata mendapatkan uang Rp 20 ribu sehari.
“Saya kalau ada orang kasih jualan, saya jualan di pasar, kalau tidak ada, saya cari kelapa. Kalau musim panen, saya kumpulkan padi, sisa-sisa gabah dari hasil panen orang. Yah, cukup atau tidak cukup, harus cukup,” kata Mbah Tuni, Selasa (19/5/2020).
Mbah Tuni menambahkan, terkadang ia tidak punya uang sepersen pun bila dirinya tidak pergi ke pasar.
“Makannya ya apa saja, kalau ada garam pakai lombok (cabai-red), ya itu saja. Kita jalani apa yang ada, kita syukuri,” ujarnya.
Dahulu Mbah Tuni merupakan warga transmigan dari Jawa Timur yang ditempatkan di Kendari.
Namun, tanahnya ia jual karena untuk berobat.
Dia bersama keluarganya kemudian pindah di Kota Baubau di tahun 1994.
Mbah Tuni memiliki empat orang anak dari suaminya yang kini telah meninggal dunia.