Tribun Bandar Lampung

Cerita Pelaku UMKM Bertahan di Tengah Pandemi, Bikin Masker Kain Bermotif Tapis dan Siger

Agar tetap bertahan, tak sedikit pelaku UMKM melakukan inovasi terhadap produk yang mereka hasilkan.

Penulis: joeviter muhammad | Editor: Reny Fitriani
Dokumentasi
Masker tapis dikenakan Bupati Tanggamus. Cerita Pelaku UMKM Bertahan di Tengah Pandemi, Bikin Masker Kain Bermotif Tapis dan Siger 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merasakan betul dampak wabah covid-19 atau corona.

Sejak beberapa bulan terakhir ini mereka kesulitan mengembangkan usaha.

Namun agar tetap bertahan, tak sedikit pelaku UMKM melakukan inovasi terhadap produk yang mereka hasilkan.

Salah satunya masker kain.

Seperti apa ceritanya?

Cerita Warga Lampura Sembuh dari Covid-19, Isi Masa Karantina dengan Salat dan Mengaji

Cerita Warga Detik-detik Angin Puting Beliung Menggulung Rumah di Tulangbawang, Ada Awan Hitam Pekat

Pemkot Minta Perguruan Tinggi di Bandar Lampung Tak Buru-buru Terapkan Kuliah Tatap Muka

UPDATE Corona di Lampung 30 Mei, Pasien Sembuh Covid-19 Tambah 12

Lantaran tingginya permintaan alat penutup mulut ini menjadi ladang garapan yang masih memungkinkan untuk menyokong perekonomian.

Seperti yang dilakoni pelaku usaha UMKM Ical Craft Lampung, Ical mengatakan, kini masker tak hanya sebagai alat pelindung dari penyebaran virus corona.

Menurutnya, masker sudah mengalami pergeseran nilai dan fungsi.

Bahkan tak sedikit orang menggunakan masker sebagai fashion style tanpa mengesampingkan manfaat utamanya.

Merujuk hal inilah sejak dua bulan terakhir Ical memproduksi masker kain bermotif seni dan budaya asli Lampung, seperti motif tapis dan motif siger.

"Jadi sekarang yang pake masker juga bisa buat gaya karena pilihan motif makin bervariasi," ujar Ical, Jumat (29/5/2020).

Motif tapis yang ia aplikasikan pada masker kain ini menggunakan teknik digital printing.

Material yang digunakan sengaja kain biasa bukan tapis asli.

Hal ini karena masker kain akan sering dipakai harian dan dicuci ulang oleh pemakainya.

"Kalau pakai yang asli takut sulaman benang emasnya cepat rusak," beber Ical.

Ical mengaku pembuatan masker motif ini bisa disesuaikan oleh pesanan konsumen.

Harga yang ditawarkan variatif mulai Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu per potong.

Untuk pemasaran dilakukan secara online.

Ical biasa memposting di akun Instagram pribadinya.

Ia mengaku penjualan masker masih diminati.

"Jadi penggunaan motif tapis ini sekaligus untuk memperkenalkan seni dan budaya asli Lampung," katanya.

Pelaku UMKM yang memproduksi masker kain tapis lainnya yakni Novi.

Ia mengaku pandemi corona sangat berpengaruh secara langsung maupun tak langsung terhadap keberlangsungan usahanya.

Untuk itu, agar tetap bertahan ia membuat inovasi masker kain tapis Lampung.

Kain tapis merupakan lembar tenun dari benang perak atau benang emas.

"Idenya muncul tiba-tiba, sebenarnya saya coba jual masker kain dengan model masker kain biasa," katanya.

Ia menyebut pada awal pandemi terjadi, usaha kerajinan tangan miliknya sempat anjlok.

Pasalnya, beberapa pesanan yang terlanjur dibuat justru dibatalkan oleh konsumen.

Dari sinilah ia berpikir bagaimana caranya agar tetap bangkit dan bisa membayar gaji karyawan.

Masker buatan tangannya ini dijual dengan harga cukup terjangkau.

Per maskernya biasa dijual Rp 15 ribu.

Novi menilai, pemakai masker tapis ini punya nilai lebih.

Secara estetika tentu akan lebih enak dipandang.

"Jadi gak sekadar buat penutup wajah," tukasnya.

Menariknya, masker kain motif tapis produksi Ical Craft tidak hanya dijual secara satuan.

Tak jarang, masker buatanya ini banyak dipesan oleh reseller untuk dijual kembali.

Salah satu reseller asal Lampung Barat, Riyadi mengatakan sudah memesan 50 potong masker berbagai motif.

Menurutnya, ia tertarik menjual kembali karena motifnya yang unik dan berbeda dari masker kebanyakan.

"Respon pembeli lumayan yah, makanya saya berani ambil banyak," kata Riyadi.

"Saya biasa jualan online, berhubung masker banyak dicari jadi saya coba jual masker juga," tambahnya.

Senada, reseller dari Pesawaran menyebut banyak yang menyukai masker yang ia pesan dari Ical Craft.

Pasalnya, nama besar desainer lokal Lampung ini sudah dikenal sejak 2015.

Oleh karena itu, ia tidak kesulitan saat menjual kembali masker buatan Ical Craft tersebut.

"Minimal untuk reseller itu 50 potong masker, rencana saya mau pesan lagi setelah pesanan pertama habis," katanya.

Sementara itu, owner Ical Craft mengatakan produksi masker tafis yang dijalani sejak dua bulan terakhir ada sekitar 500 potong lebih.

Selain menjual langsung dengan mem-posting di akun instagram nya, ia juga memperkenankan reseller untuk menjual kembali hasil buatan nya.

Untuk harga reseller, Ical mengaku dijual dengan harga di bawah harga normal. Jika biasanya per potong masker dibanderol Rp 20 ribu - Rp 25 ribu, maka reseller akan mendapatkan harga spesial.

"Minimal pesan 50 potong, banyak sih yang jadi reseller. Gak masalah kalau mereka jual lagi dengan harga diatas itu, ya itung itung bantu mereka juga," jelasnya.

Tidak hanya reseller, masker tafis ini banyak dipesan oleh instansi pemerintah dan swasta.

"Salah satunya Bupati tanggamus dan forkopimda Tanggamus, jadi masker mereka seragam gitu," katanya.(Tribunlampung.co.id/muhammad joviter)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved