Cerita Yunarto Wijaya Dijaga Polisi Karena Mau Dibunuh, Alami Kecelakaan Karena Dukung Jokowi

"Tiba-tiba truknya oleng dan menghajar sisi kiri mesin mobil. Gue langsung rem dan banting sentir karena kapnya keangkat. Gue sadar kalau gak banting

Editor: Romi Rinando
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya: Cerita Yunarto Wijaya Dijaga Polisi Karena Mau Dibunuh, dan Alami Kecelakaan Karena Dukung Jokowi 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Teror Pembunuhan pernah Dirasakan Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya

Yunarto Wijaya,  menceritakan tentang teror ancaman pembunuhan yang pernah dialaminya.

Bahan ia mengklaim sempat mengalami kecelakaan tunggal  di tengah ancaman pembunuhan, karena mendukung Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.

Yunarto Wijaya mengaku, cerita kecelakaan tunggal di tengah ancaman pembunuhan itu belum pernah diungkapnya kepada publik.

Yunarto menjelaskan, kecelakaan tunggal yang dialaminya itu membuat kerabat berpikir jika hal tersebut berhubungan dengan ancaman pembunuhan.

s
photocollage/wartakotalive.com/tribunnews.com

Pimpinan lembaga survei Charta Politika Yunarto Wijaya menjadi salah satu target pembunuhan selain empat orang jenderal/tokoh nasional. Empat tokoh nasional itu adalah Luhut B Pandjaitan, Wiranto, Goris Merre, dan Budi Gunawan. 

 

 

Fakta Teror Diskusi Pemecatan Presiden di UGM, Rumah Digedor hingga Keluarga Diancam Bunuh

Forum Koordinasi Pencegahan Teroris (FKPT) Provinsi Lampung Bagikan Bantuan Sembako dan Masker

Menkopolhukam Mahfud MD Tegaskan Pemerintah Tak Akan Bebaskan Koruptor, Teroris dan Bandar Narkoba

 

Hal itu diungkapkan Yunarto Wijaya saat menjadi narasumber di kanal YouTube Robert Harianto dilansir TribunJakarta.com pada Minggu (31/5/2020).

Yunarto Wijaya mulanya menjelaskan, sang istri dan anak sempat menjadi sasaran bully akibat tindakannya.

"2014 sudah mulai, 2017 lebih jauh kacau dan 2019 itu puncaknya sampai gue diancam bunuh. Sebenarnya tak cuma sebatas yang dikeluarkan berita, ini gue belum pernah ngomong sebelumnya," aku Yunarto Wijaya.

Yunarto Wijaya mengaku, ia telah dijaga sejumlah personil anti teror sejak 1 Mei 2019 lalu.

"Gue baru tahu sendiri cerita detail gue pengen dibunuh pada 23 Mei, setelah pelaku kerusuhan 20 - 21 Mei ditangkap. Gue baru tahu seserius itu, tadinya pihak Polri terbukanya hanya setengah," imbuh Yunarto Wijaya.

Di tengah ancaman pembunuhan itu, Yunarto Wijaya menjelaskan sempat alami kecelakaan tunggal meski telah dijaga pihak kepolisian.

"Gue naik mobil sendiri terus tiba-tiba dihajar truk, truknya kabur. Jadi ceritanya mobil gue baru masuk tol terus truknya disebelah kiri, gue lagi ada di jalur tengah."

"Tiba-tiba truknya oleng dan menghajar sisi kiri mesin mobil. Gue langsung rem dan banting sentir karena kapnya keangkat. Gue sadar kalau gak banting sentir, gue habis," jelas Yunarto Wijaya.

Beruntungnya Yunarto Wijaya jalur di sebelah kanan kosong saat di akhir pekan, hingga kemudian ia selamat dari kecelakaan tersebut.

"Truknya kabur. Saat itu cuma sadar kecelakaan biasa, gue langsung buka mobil dan lari mengejar truknya. Tetapi gue sadar gak bisa mengejarnya," imbuh Yunarto Wijaya.

Setelah alami kecelakaan tunggal itu, Yunarto Wijaya lantas menghubungi beberapa keluarga dan kerabat terdekat.

"Mereka langsung nyeletuk lo kan lagi dijagain polisi, jangan-jangan ini bagian dari itu dan segala macamnya. Tetapi gue gak mau menyimpulkan apapun, i dont know sampai sekarang," tegas Yunarto Wijaya.

Meski demikian, keluarga tetap mendukung keputusan Yunarto Wijaya untuk berkarier sebagai pengamat politik.

"Gue tetap mencoba peluang mungkin saja kecelakaan, tetapi karena kejadian saat itu terasa mencekam, maka punya hipotesa lain. Gue sih berharap itu kecelakaan jadi situasinya gak menyeramkan tetapi gak salah juga orang menyimpulkan itu kayak aneh deh kecelakaan, momennya terlalu kebetulan."

"Apapun itu, Thanks God. I'm fine," aku Yunarto Wijaya yang juga diketahui sangat dekat dengan Basuki Tjahya Purnama alias AHok ini.

Saat alami kecelakaan tunggal itu, Yunarto Wijaya mengklaim tengah dijaga aparat kepolisian dengan radius tertentu.

"Gue tahu diikutin kemana-kemana tetapi gue minta gak nempel satu mobil," ungkap Yunarto Wijaya.

Diberitakan sebelumnya Yunarto Wijaya kerap mendapatkan ancaman saat Pilpres 2019.

Yunarto juga menjadi salah satu target pembunuhan berencana yang digagas oleh pendukung Prabowo Subianto Kivlan Zein.

Nama Yunarto tersemat di antara nama-nama jenderal dan politisi pendukung Jokowi.

"Sebetulnya, enggak hal baru, ya. Pertama sempat kantor saya akan didemo," ujar Yunarto,

Yunarto mengaku sebelum Pemilu digelar pun, ia telah melaporkan beberapa akun media sosial yang melontarkan ancaman padanya.

"Bahkan sebelum Pemilu sebetulnya saya sudah melaporkan beberapa akun terkait dengan ancaman, walaupun hanya melalui medsos, saat itu," jelas Yunarto.

Tak hanya ancaman melalui media sosial, beberapa oknum juga melakukan penyebaran nomor Yunarto secara sengaja.

Juga dibuatlah screenshot atau tangkap layar chat palsu.

Yunarto mengatakan dari laporan tersebut, beberapa pelaku sudah sempat ada yang ditangkap.

"Sudah ada (pelaku) yang sempat ditangkap, setahu saya. Dari Lampung, akun yang menyebarkan hoaks atau fitnah," ujarnya.

Pasca pemungutan suara 17 April 2109, Yunarto mengaku muncul beberapa ancaman terkait quick count.

Yunarto tak pernah menyangka jika ancaman yang dilontarkan padanya mengarah sampai ke pembunuhan.

Namun, ia juga tak merasa terkejut sebab telah ada pemberitahuan dan langkah preventif dari pihak keamanan.

Yunarto pun mengucap terima kasih kepada pihak keamanan.

"Sebetulnya sudah ada pemberitahuan dari pihak keamanan. Saya sangat berterima kasih ada langkah preventif. Saya tidak ingta kapan tepatnya, mungkin sekitar awal Mei atau akhir April, memang sudah ada pemberitahuan bahwa harus ada kewaspadaan khusus karena memang ada ancaman," ujarnya.

Yuanartomengaku telah mengetahui dirinya menjadi target sejak Polri umumkan nama 4 tokoh nasional yang juga menjadi target pembunuhan.

"Walaupun belum pernah ada cerita detail ke saya. Tetapi sekitar dua minggu yang juga sudah ada kan pengumuman mengenai 4 tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei.

Saat itu sebetulnya saya sudah tahu, sebagian cerita detail dari pihak keamanan mengenai apa yang terjadi.

tetapi memang nama saya baru dikeluarkan secara eksplisit, sepertinya kemarin."

Meski telah mengetahui dirinya menjadi target pembunuhan, Yunarto mengaku tak mengerti motif sang pelaku.

Yunarto pun mengakui tak ingin berspekulasi mengenai motif rencana pembunuhan terhadapnya, ia hanya berharap bahwa alasan di balik itu bukanlah karena hasil quick count Pilpres 2019.

"Saya pikir saya tidak mau berspekulasi, tetapi yang jelas saya berharap bukan karena sebuah quick count," harapnya.

Tak hanya sekedar hasil quick count, Yunarto berharap ancaman pembunuhan tersebut bukan karena perbedaan pendapat atau hak menyampaikan suara.

"Saya berharap bukan karena sebuah perbedaan pendapat, saya berharap bukan karena pelantangan bersuara, saya tidak berharap karena hal itu," lanjut Yunarto.

Yunarto menilai ancaman yang dilontarkan padanya dan empat tokoh nasional bukan sekedar mengenai keselamatan pihak tersebut, melainkan menjadi bentuk pencemaran demokrasi.

"Tetapi balik lagi, poinnya sih menurut saya yang penting ini bukan tentang keselamatan saya atau misalnya ada 4 orang lain. Saya lebih melihat bagaimana ada yang berusaha mencemarkan demokrasi. Ini kan ada yang berusaha 'ingin membunuh perbedaan', 'ingin melukai keberagaman', 'ingin menyelesaikan proses sebuah kompetisi dengan cara yang tidak konstitusional'," terangnya.

Nama Kivlan Zen diduga sebagai orang yang memerintahkan rencana permbunuhan terhadapnya.

Menanggapi hal itu, Yunarto singgung soal rekam jejak pihak-pihak terlibat yang menurutnya tidak cukup baik.

"Ternyata dilakukan oleh orang-orang lama yang dulu juga punya track record yang tidak cukup baik, misalnya di tahun 1998," kata Yunarto.

Meski demikian, Yunarto mengaku telah memaafkan dan tak menaruh rasa dendam.

"Ini yang saya sesalkan dan menurut saya kita tidak usah mengutuk, saya sendiri dan keluarga sudah memaafkan secara pribadi, walaupun sempat syok.

Karena saya pikir sudah terlalu lama, terutama menjelang pemilu kita terjebak dalam kebencian," ujarnya.

Yunarto pun sampaikan harapannya mengenai konstetasi Pilpres yang hendaknya tak didasari dengan kebencian.

"Saya berharap proses hukum tetap berjalan tetapi itu pun tidak perlu ditekan melalui kebencian, kemurkaan terhadap suatu kelompok. Hukum tetap dijalankan sesuai dengan apa yang memang menjadi kewenangannya. Dan kita juga biarkan dia bekerja sendiri tanpa mendorongnya dengan kebencian. Sepertinya bangsa ini sudah terlalu lama membicarakan menang kalah dengan kebencian dan kemurkaan," katanya.

 Masjid Jami' Uswatun Hasanah, Diteror

Masjid Jami' Uswatun Hasanah, Kelurahan Susukan mengalami aksi teror dengan dugaan penyiraman air keras.

Penyiraman air keras itu dilakukan dengan modus penyemprotan disinfektan pada Jumat (29/5/2020).

Kepala Rumah Tangga Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Jami' Uswatun Hasanah, Sartono (53) mengatakan, pihaknya baru tahu Masjid disiram usai pelaku pergi.

"Kalau pun benar disinfektan harusnya kan izin dulu ke DKM, jangan asal main semprot. Ini ke DKM, pengurus RT/RW enggak izin," kata Sartono di Ciracas, Jakarta Timur, Senin (1/5/2020).

Pengurus pertama tahu Masjid disiram sekira pukul 09.30 WIB saat petugas keamanan dapat laporan pintu gerbang masjid terbuka.

 

 

Kala itu memang tak ada seorang pun di masjid, sementara petugas keamanan berada di rumah karena habis berjaga di malam harinya.

"Memang pas kejadian gerbang dalam keadaan enggak digembok, hanya digrendel saja. Pas dicek selasar sampai tangga Masjid basah semua, bau cairan kimia," ujarnya.

Sartono menuturkan bau kimia yang berbeda dengan lazimnya disinfektan membuat pengurus bergegas mengepel masjid.

Lantaran tak tahu jenis cairan kimia yang digunakan, mereka juga sepakat menyemprot disinfektan ulang ke seluruh bagian masjid.

"Baunya juga beda dengan disinfektan yang dipakai Damkar, di sini sudah pernah dua kali disemprot Damkar. Damkar juga kalau nyemprot pasti koordinasi, jadi pasti bukan Damkar," tuturnya.

Sartono menyebut DKM Masjid Jami' Uswatun Hasanah sudah menanyakan ke warga sekitar perihal sosok orang tak dikenal yang masuk.

Namun tak ada warga yang melihat sosok orang tak dikenal sebelum petugas keamanan mendapati bagian selasar dan Masjid basah.

"Kita juga enggak ada CCTV, jadi enggak tahu siapa yang nyemprot. Tapi kita sudah kasih tahu DKM lain biar lebih waspada menjaga Masjid, untuk antisipasi," lanjut Sartono.

Pun belum dipastikan sisa cairan yang ditemukan pada Minggu (30/5/2020) air keras, cairan dalam bungkus plastik itu dipastikan bahan kimia.

Pasalnya saat dituang ke pasir seketika mengepul asap dari cairan sehingga DKM Jami' Uswatun Hasanah bergegas membuang sisa cairan.

"Takut membahayakan jadi langsung kita buang. Untungnya enggak ada korban atau kerugian lain. Sekarang sih ya kita lebih waspada, gerbang kita gembok," sambung dia.

 (Tribunjakarta/ Bima Putra)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Masjid di Ciracas Disiram Bahan Kimia, Direktur Eksekutif Charta Politika Diancam Dibunuh

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved