Viral Warga Indonesia Kelahiran Pulau Jawa Ikut Demo di AS, Terekam Kamera Sedang Hancurkan Bank
Aksi yang bertajuk "I Can't Breathe" di Manhattan itu juga mendesak agar undang-undang melarang "chokehold" yang digunakan seorang polisi dalam kemati
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Aksi kerusuhan di Amerika Serikat kin meluas, pasca George Floyd warga kulit hitam tewas akibat lehernya yang ditindih petugas kepolisian Minneapolis.
Bahkan dalam aksi kerusuhan tersebut terekam seorang pria menghancurkan sebuah bank di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS).
Namun, dalam foto itu terlihat sebuah tato bergambar kepulauan Indonesia di tangan kanannya.
Pria itu pun menyadari bahwa fotonya telah beredar luas.
Kemudian ia membuat klarifikasi dan permintaan maafnya melalui akun Instagram-nya @rainsfordthegreat.
Ia mengunggah foto dirinya yang sedang melempari sebuah bank di akun Instagram-nya.

• Penyanyi Halsey Kena Tembak Petugas saat Demo Protes Kematian George Floyd
• Demo Kematian George Floyd, Donald Trump Dilarikan ke Bunker Saat Massa Kepung Gedung Putih
• Tak Pernah Terdengar Kabar, Rahma Azhari Ternyata Sudah Menikah dengan Pria Bule di Amerika Serikat
Namun, selain itu ia juga mengakui bahwa dirinya adalah pria kelahiran di Pulau Jawa, namun kini menjadi warga AS yang dinaturalisasi.
Karena itu ia meminta maaf kepada warga Indonesia khususnya yang di Philadelphia, Pennsylvania.
"Anda mungkin mengenali saya dari beberapa foto yang beredar di media sosial dalam beberapa jam terakhir. Jika Anda mengenal saya secara pribadi, Anda akan tahu bahwa apa yang diwakili di sana sangat berbeda dengan saya," tulis pria tersebut, Senin (1/6/2020).
Ia mengaku awalnya memulai harinya dengan pergi naik sepeda melalui Center City, yang sedang terjadi aksi protes.
"Ini membantu menjelaskan mengapa saya tidak menutupi identitas saya di foto. Pada awalnya, saya hanya ingin mendokumentasikan cerita Instagram saya tentang apa yang saya lihat untuk mereka yang ada di rumah," katanya.
Tetapi, ketika malam berlalu, ia mulai merasakan kemarahan gabungan dari pembunuhan George Floyd.
Ia pun turut merasakan energi di hadapan ketidakadilan polisi nasional dari kerusuhan yang merebak di dalam dirinya.
"Bahkan hari ini, saya masih merasakan hasrat sakit hati yang disebabkan oleh ketidakadilan rasial yang sering diarahkan pada orang kulit berwarna, termasuk saya sendiri. Emosi ini sangat dalam," katanya.
Namun, kini ia mengaku menyesal bahwa kemarahan dan dorongan dirinya yang dibenarkan untuk tidak tinggal diam terlalu cepat berubah.