Kisah Soekarno Tengah Rapat, Tiba-tiba Panik, Karena Diberitahu Ada Pasukan Liar di Luar Istana

Walau demikian rapat tetap dilaksanakan. Akan tetapi tak lama setelah itu Komandan Detasemen Kawal Pribadi. Cakrabirawa dipimpin Brigadir Jenderal

Editor: Romi Rinando
Istimewa/Tribun Jambi
Kisah Presiden Soekarno yang Tengah Rapat, Mendadak Panik, Karena Diberitahu Ada Pasukan Liar di Luar Istana 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID  - Peristiwa sejarah perjalanan bangsa Indonesia yang tak pernah bisa dilupakan salah satunya tentang jatuhnya Orde Lama yang dipimpin Presiden Soekarno.

Jatuhnya Orde Lama, maka tak akan lepas dari apa yang kita kenal sebagai Supersemar atau Surat perintah Sebelas Maret.

Supersemar menjadi peristiwa penting kejatuhan Presiden Soekarno dan nainya Soeharto menjadi presiden Indonesia menggantikan Soekarno, selama 32 tahun.

Hingga saat ini, momen Supersemar tercatat sebagai salah satu sejarah penting di Indonesia dan sangat kontroversial.

Dimulai dari Supersemar ini, Soeharto akhirnya melengserkan Soekarno hingga akhirnya menduduki kursi orang nomor satu di Indonesia.

Presiden Soekarno dan Jenderal Soeharto
Presiden Soekarno dan Jenderal Soeharto ((Istimewa/Arsip Kompas))

Kisah di Balik Berdirinya Masjid Istiqlal, Perdebatan antara Soekarno dan Hatta

Yayasan Supersemar Punya Waktu 8 Hari Bayar Ganti Rugi Rp 4,4 Triliun

Benarkah Soekarno Meneken Supersemar di Bawah Todongan Pistol?

Dalam Supersemar, tertulis jika Soekarno menyetujui Letjen Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang perlu dilakukan untuk memulihkan keamanan negara lantaran G30S/PKI 1965.

Dengan 'Surat Sakti' ini, Soeharto langsung bertindak cepat dengan mengerahkan militer Indonesia untuk menggulung sisa-sisa kekuatan PKI di Tanah Air.

PKI juga langsung dicap sebagai organisasi terlarang di Indonesia.

Setali tiga uang, Supersemar juga digunakan Soeharto untuk mengikis kekuasaan Soekarno.

Sadar akan potensi dirinya terguling, Soekarno kemudian mengemukakan pidato Proklamasi HUT RI 17 Agustus 1966 tentang apa itu Supersemar.

"Dikiranya SP 11 Maret itu suatu transfer of authority, padahal tidak," kata Soekarno dalam pidato berjudul "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah" seperti dikutip dari Kompas.

Namun nasi sudah menjadi bubur, Soeharto yang berhasil melaksanakan 'Kudeta Merangkak' ini sudah menggerogoti kekuasaan Soekarno.

Mengutip Kompas, terbitnya Supersemar pun amat kontroversial.

Saat itu 11 Maret 1966, Soekarno sedang memimpin rapat kabinet di Istana Merdeka.

Kisah Soekarno Ditodong Pistol untuk Memaksanya Tandatangani Supersemar 

s
IPPHOS/Dok.KOMPAS
Kisah Soekarno Ditodong Pistol untuk Memaksanya Tandatangani Supersemar
Halaman
123
Sumber: Intisari Online
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved