Tribun Bandar Lampung

Cerita Mahasiswa di Bandar Lampung Bikin Face Shield, Mampu Produksi 500 Buah per Hari

Bobi dkk memakai peralatan ala kadarnya untuk membuat face shield di bengkel kerjanya yang berada di Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang

Penulis: joeviter muhammad | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/Joviter Muhammad
Pembuatan face shield di Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung, Rabu (3/6/2020). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pandemi virus corona (Covid-19) menggugah banyak kalangan untuk ikut berpartisipasi memeranginya. 

Seperti yang dilakukan sejumlah mahasiswa di Bandar Lampung.

Mereka tergerak untuk terlibat langsung mencegah penyebaran corona

Bobi (22), mahasiswa Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung, bersama teman-temannya membuat alat pelindung diri (APD), termasuk face shield (pelindung wajah). 

Bobi memproduksi face shield dari bahan mika PVC ini secara manual.

PT KAI Wajibkan Penumpang Kereta Api Gunakan Masker dan Face Shield

Cara Unik Tukang Cukur Keliling di Bandar Lampung, Pakai Baju Hazmat dari Jas Hujan

Siswa SMK di Bandar Lampung Rayakan Kelulusan dengan Tawuran

Cerita Penderita Talasemia Dapatkan Darah untuk Transfusi, Jemput Pendonor hingga ke Luar Kota

Bobi (kanan), mahasiswa Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung, bersama rekannya, Agus, Rabu (3/6/2020). Bobi dkk membuat face shield di bengkel kerjanya yang berada di Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung.
Bobi (kanan), mahasiswa Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung, bersama rekannya, Agus, Rabu (3/6/2020). Bobi dkk membuat face shield di bengkel kerjanya yang berada di Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung. (Tribunlampung.co.id/Joviter Muhammad)

Selain dijual, Bobi dan rekan satu komunitas juga membagikan secara gratis face shield tersebut. 

"Saya awalnya dagang masker. Lama-kelamaan saya berpikir bagaimana caranya saya harus terlibat dalam penanganan Covid-19," ujar Bobi, Rabu (3/6/2020). 

Dari situ muncul ide untuk memproduksi face shield.

Bobi mendapatkan referensi pembuatan face shield dari temannya yang tergabung sebagai relawan PMI Pusat di Jakarta. 

Referensi itulah yang digunakan Bobi untuk memproduksi face shield.

"Kebetulan kita juga dalam satu Komunitas Insan Cekatan. Selain anggota komunitas, ada empat orang karyawan yang sengaja kita pekerjakan untuk bikin face shield," katanya. 

Pembuatan face shield ternyata tak semudah yang dibayangkan.

Terlebih lagi, Bobi dkk memakai peralatan ala kadarnya untuk membuat face shield di bengkel kerjanya yang berada di Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung.

Pembuatan face shield di Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung, Rabu (3/6/2020).
Pembuatan face shield di Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung, Rabu (3/6/2020). (Tribunlampung.co.id/Joviter Muhammad)

Bobi mengaku menumpang di gedung bekas bimbingan belajar yang sudah tidak terpakai. 

Ia mendapatkan izin dari pemilik bimbel sebagai tempat produksi sementara. 

Beroperasi sejak Maret lalu, bengkel Bobi sudah mampu memproduksi 300 hingga 500 buah face shield per hari. 

"Tergantung banyaknya pesanan. Tapi maksimal per hari kita kerjakan 300 sampai 500 face shield," kata Bobi. 

Bobi mengaku modal awal pembuatan face shield tersebut berasal dari kantong pribadi.

Namun, lambat laun komunitas yang ia bentuk bersama rekannya mulai mendapatkan suntikan dana dari para donatur. 

Alhasil, face shield buatannya tidak hanya dijual, namun juga didonasikan kembali. 

Ia menyebut sudah mendonasikan APD dan face shield untuk tenaga medis.

Selain itu, donasi juga disampaikan kepada korban puting beliung di Kabupaten Tulangbawang. 

Face shield buatan Bobi dibanderol dengan harga Rp 10 ribu-Rp 20 ribu per buah.

Selain pengguna dewasa, Bobi cs juga membuat face shield berukuran anak-anak. 

Bahkan tidak sedikit konsumennya dari kalangan sekolah.

"Semua ukuran. Kita juga bisa bikin custom sesuai pesanan," katanya. 

Fadel, rekan Bobi, mengatakan, proses pembuatan face shield cukup sederhana.

Untuk membuat satu face shield hanya membutuhkan waktu sekitar 1 menit. 

Dia menuturkan, setiap anggota komunitas punya tugas masing masing.

"Ada yang motong bahan, nempelin bahan, dan finishing," imbuh Fadel. 

Alumni Teknik Sistem Informasi Universitas Bandar Lampung ini mengaku, bagian tersulit adalah merekatkan kaca mika pada busa pelindung. 

Namun, kesulitan itu hanya dialami pada awal-awal pembuatan.

"Kalau sekarang sih gak ada kendala. Cuma kadang susah beli bahan. Bahannya kita beli di sini (Bandar Lampung) kadang kosong," katanya. 

Fadel pun tak keberatan harus menghabiskan waktu hingga dini hari untuk memenuhi pesanan.

"Kadang kita kerjain sampe jam tiga subuh," katanya. 

Kata Fadel, pernah ada sebuah perusahaan rokok yang membeli 300 buah face shield

"Reseller juga ada. Mereka beli murah di kita, kemudian jual lagi dengan harga tinggi. Ya bagi kami gak masalah," jelasnya. 

Bela (20), karyawan resto cepat saji di wilayah Kedaton, Bandar Lampung, mengaku membeli 10 unit face shield untuk karyawan tempatnya bekerja. 

Pasalnya, pekerjaannya melayani pembeli harus berhadapan langsung dengan konsumen.

"Manajer kami yang pesan. Jadi kita wajib pake face shield," ungkap Bela. 

Bela menyebut ini kali pertama ia mengorder face shield buatan Komunitas Insan Cekatan.

Namun tidak menutup kemungkinan pihaknya akan menambah pesanan. 

"Sudah ketentuan dari pusat, jadi semua karyawan harus pake face shield. Apalagi selama pandemi ini," tuturnya. (Tribunlampung.co.id/Muhammad Joviter)  

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved