Tribun Lampung Selatan
Tumbuh Kembang Tidak Normal, Bayi Petugas Kebersihan Asal Bakauheni Diperiksa di RS Bob Bazar
Petugas Puskesmas Bakauheni membawa anak kedua Didin, warga Dusun Negara Bakauheni, Lampung Selatan ke RSUD Bob Bazar
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: soni
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA - Petugas Puskesmas Bakauheni membawa anak kedua Didin, warga Dusun Negara Bakauheni, Lampung Selatan ke RSUD Bob Bazar untuk menjalani pemeriksaan dokter
Anak Didin yang masih usia tiga bulan ini mengalami pertumbuhan yang abnormal (tidak normal). Berat badannya hanya naik 7 ons selama 3 bulan. Sebelumnya saat dilahirkan beratnya mencapai 3 kilogram. "Kita bawa ke RSUD untuk diperiksa dan dirawat di rumah sakit," kata Kepala Puskesmas Rawat Inap Bakauheni, dr. Paul Neman, Kamis (18/6).
• Punya KTP Lamsel, Cleaning Service di Bakauheni Tak Tersentuh PKH dan Program Lainnya
Dirinya mengatakan, putra pasangan Didin dan Ita ini telah dipantau oleh pihak puskesmas rawat inap Bakauheni sejak tiga pekan lalu, dan sudah disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit.
"Karena waktu itu belum masuk KK, BPJS-nya belum ada. Kita berusaha memfasilitasi. Hari ini (kemarin) bisa dibuatkan BPJS-nya," ujar dr. Paul Neman.
Menurut dirinya, sejauh ini belum diketahui apa penyebab terhambatnya pertumbuhan bayi tersebut."Saat ini masih dalam pemeriksaan dokter rumah sakit. Kita tidak tahu apakah ada penyakit penyerta atau tidak. Kita tunggu hasil pemeriksaan dari pihak rumah sakit," kata dia.
Didin (33), warga Dusun Negara Bakauheni sehari-hari bekerja sebagai cleaning service di pelabuhan Bakauheni. Hidup bersama istri dan kedua anaknya di sebuah rumah gribik berukuran 4x3 meter.
• Petugas Cleaning Service Keluhkan Belum Dibayarkan THR
Kondisi rumah yang ditinggalinya ini, sangat memprihatinkan. Dinding gribing yang bolong-bolong. Atap rumah yang bocor. Serta tempat tidur yang hanya beralaskan bekas pintu kamar mandi plastik.
Penghasilan dirinya sebagai cleaning service di pelabuhan Bakauheni hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya sehari-hari. Itu pun tidak jarang, dirinya tetap harus meminjam dengan temannya.
Kondisi ekonomi keluarganya yang kurang, membuat Didin tidak dapat berbuat banyak untuk bisa membawa anak keduanya yang baru berusia 3 bulan ke dokter.
Meski kondisi ekonomi keluarganya tidak mampu. Tetapi Didin, tidaklah masuk dalam keluarga kurang mampu yang mendapatkan program bantuan sosial dari pemerintah, seperti PKH dan BPNT.
Bahkan untuk program jaring pengaman sosial pandemi covid-19 pun, dirinya tidak masuk sebagai peneriman bantuan. Baik itu yang disalurkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial maupun dari bantuan sosial dana desa (DD).
Sayangnya saat dihubungi lewat telepon, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lampung Selatan, Dulkahar belum bisa diminta keterangan.(Tribunlampung/Dedi Sutomo)