Tribun Bandar Lampung

Satpol PP Razia Anak Punk yang Meresahkan Warga, Sebut Kurang Fasilitas untuk Pembinaan 

Kasatpol PP Kota Bandar Lampung Suhardi Syamsi mengatakan, keberadaan anak punk tersebut setiap hari selalu dipantau, termasuk hari Sabtu dan Minggu.

Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Reny Fitriani
Dokumentasi Satpol PP Bandar Lampung
Anak punk saat diberikan sosialisasi di Kantor Satpol PP Kota Bandar Lampung. Satpol PP Razia Anak Punk yang Meresahkan Warga, Sebut Kurang Fasilitas untuk Pembinaan  

Laporan Reporter Tribun Lampung Jelita Dini Kinanti

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Satpol PP Kota Bandar Lampung membeberkan lokasi tempat mangkal anak punk di Kota Bandar Lampung.

Lokasi itu diantaranya Pasar Tengah hingga ke depan Simpur Center, Lampu Merah Wayhalim, Lampu Merah Sukarame, Jalan Wolter Monginsidi seperti di depan Dinas Pariwisata Kota Bandar Lampung, dan depan Hotel Sahid.

Kepala Satpol PP Kota Bandar Lampung Suhardi Syamsi mengatakan, keberadaan anak punk tersebut setiap hari selalu dipantau, termasuk hari Sabtu dan Minggu.

Jika ada anak punk yang meresahkan warga seperti minum minuman keras, mengganggu warga, meminta uang, ngelem, dan sebagainya maka akan langsung ditangkap untuk diamankan sementara.

Saat diamankan, anak punk itu akan diberikan sosialisasi dan diberikan efek jera seperti diminta latihan PBB dan push up.

Setelah itu anak punk akan dilepaskan kembali, karena kurangnya fasilitas untuk menampung anak punk yang bisa memberikan pembinaan, seperti menjahit atau keterampilan perbengkelan.

Satpol PP Bandar Lampung Amankan 4 Anak Punk yang Kerap Bikin Resah Masyarakat

Cerita Warga Lamtim Sukses Buat Pesawat Remote Jenis Boeing, Firman Belajar Otodidak dari YouTube

BREAKING NEWS Diduga Ngantuk, Truk Hantam Pantat Truk di Tol Lampung, 2 Luka-luka

"Fasilitas ada di tingkat provinsi, namun kapasitasnya terbatas, sehingga tidak semua anak punk bisa ditampung disana," urai Suhardi, Sabtu, 27 Juni 2020.

Menurut Suhardi, asal anak punk itu kebanyakan Kota Bandar Lampung.

Ada juga yang berasal dari kabupaten lain di Lampung, dan bahkan ada yang dari luar Lampung.

Mereka awalnya ada yang berjualan koran, kemudian membuat kelompok anak punk dengan ciri khas mengecat rambut, pakai pakaian compang camping, dan mencari perhatian. 

Setelah itu mereka melakukan berbagai kegiatan, seperti mengamen dengan alat musik sederhana, dan ada yang hanya tepuk tangan saja.

Suhardi memaparkan alasan mereka menjadi anak punk seperti kurang kasih sayang dan perhatian orangtua. 

Serta dari keluarga broken home atau kedua orangtua bercerai. 

Ada juga karena ekonomi orangtuanya yang pas-pasan, terpaksa ikut paman atau bibinya, namun paman atau bibinya itu tidak memberikan kasih sayang dan perhatian lebih.(Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved