Tribun Bandar Lampung

Lampung Masuk Kemarau Basah, Apa Maksudnya? Simak Penjelasan BMKG Natar

BMKG Lampung mengimbau masyarakat Lampung untuk hati-hati terhadap genangan air, angin kencang, dan jalanan licin yang bisa terjadi kapan saja.

Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Noval Andriansyah
Pixabay
Ilustrasi - Lampung Masuk Kemarau Basah, Apa Maksudnya? Simak Penjelasan BMKG Natar. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - BMKG Lampung mengimbau masyarakat Lampung untuk hati-hati terhadap genangan air, angin kencang, dan jalanan licin yang bisa terjadi kapan saja, karena hujan.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudy Haryanto mengatakan, hal tersebut karena saat ini Lampung sedang memasuki kemarau basah yang akan terjadi hingga Agustus 2020.

"Kriteria kemarau tahun 2020 memang berbeda, karena kriterianya adalah kemarau basah, yang artinya meskipun kemarau tapi masih terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang," urai Rudy, Sabtu, 18 Juli 2020.

"Kalau mau dikatakan musim hujan tidak memasuki kriteria musim hujan," imbuhnya.

Adapun kriteria musim hujan, kata Rudy, adalah jumlah curah hujan yang turun 150 mm per 10 hari.

Sedangkan hujan yang terjadi saat ini, ucap Rudy, tidak sampai 150 mm.

Peringatan Dini BMKG, Rabu, 15 Juli 2020, Lampung Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang

Wisuda Daring Pertama, Itera Kukuhkan 112 Wisudawan

Disnaker Lampung Berikan Tali Asih untuk Keluarga ABK Hasan Apriadi

Agus Setiawan, Rekan ABK Hasan Apriadi Masih Jalani Karantina Covid-19 di Kepri

"Itu sebabnya dikatakan kemarau basah," jelas Rudy.

Selain itu, lanjut Rudy, hujan yang terjadi di kemarau basah ini, tidak merata.

"Hujannya hanya terjadi di titik-titik tertentu saja, seperti yang terjadi belum lama ini di Bandar Lampung, di daerah Sukabumi hujan, namun di daerah Tanjungkarang cerah," papar Rudy.

"Tanda-tanda akan turun hujan di kemarau basah ini adalah udara yang gerah, misal saat pagi hari udaranya gerah, bisa dipastikan sorenya akan turun hujan," ujar Rudy.

Menurut Rudy, kemarau basah terjadi karena suhu muka air laut di laut Jawa menghangat, sehingga timbul penguapan yang membuat awan berpotensi hujan.

"Awan inilah yang membuat hujan di Lampung," jelas Rudy.

Namun, lanjut Rudy, kondisi ini juga menguntungkan, karena ketersediaan air bersih termasuk air untuk pertanian tidak mengalami pengurangan.

Sehingga, menurut Rudy, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk bercocok tanam.

TONTON JUGA:

Selain itu, kata Rudy, kandungan polutan di udara juga berkurang, sehingga efek gas rumah kaca juga menghilang.(Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved