Harga Singkong Anjlok di Lamteng
Harga Singkong Anjlok, Petani di Lamteng Tak Tahu Hadapi Musim Depan
Supardi, petani singkong di Kecamatan Anak Tuha, mengaku harus mengeluarkan modal tanam Rp 7 juta per hektare.
Penulis: syamsiralam | Editor: Daniel Tri Hardanto
"Kalau seperti ini, kami harus mencari modal tambahan lagi untuk tanam selanjutnya. Bagaimana mau bicara untung, saat ini kami justru buntung (rugi)," keluhnya.
Menurut Rudi, pemotongan setiap jenis varietas singkong berbeda-beda.
Misalnya singkong kasesa 26 persen, thailand 30 persen, dan saudi 35 persen.
Para petani singkong di sejumlah kecamatan di Lampung Tengah kembali menjerit.
Pasalnya, harga komoditas tersebut di tingkat pengepul kembali mengalami penurunan.
Jika sebelumya harga singkong mencapai Rp 1.100 per kilogram, saat ini turun menjadi Rp 950 per kilogram.
Selain dianggap tidak sesuai dengan produksi tanam, penurunan harga tersebut juga dianggap membuat petani merugi besar.
Budi, petani singkong di Kecamatan Anak Tuha, mengungkapkan, kondisi itu membuat mereka tak berani memutuskan untuk menanam pada musim selanjutnya.
"Karena apa, penurunan juga diikuti dengan besarnya potongan (nilai berat singkong) yang diberikan pabrik. Jadi kami tidak dapat apa-apa dari harga tersebut," ungkap Budi, Rabu (5/8/2020).
Pernyataan tak jauh berbeda disampaikan Yusup, petani singkong lainnya di Kecamatan Gunung Sugih.
Harga singkong yang kembali anjlok membuat mereka tak bisa lagi produksi untuk masa tanam selanjutnya.
"Modal (untuk tanam) saja kalau dengan harga segitu tidak cukup. Jadi kami hanya berharap pemerintah daerah ikut menyikapi kondisi ini, karena Lamteng kan penyuplai singkong tertinggi di Provinsi Lampung," harapnya. (Tribunlampung.co.id/Syamsir Alam)