Tribun Bandar Lampung

Booming Gultik di Bandar Lampung, Pernah Hambar, Keasinan hingga Daging Terlalu Tebal

Sudah dua pekan ini Marvelino menjual gultik di bilangan Persit, Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung.

Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Dini
Gultik Sudirman. Booming Gultik di Bandar Lampung, Pernah Hambar, Keasinan hingga Daging Terlalu Tebal 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Belakangan ini makanan gulai tikungan alias gultik booming di Bandar Lampung.

Terlihat dari banyaknya warga datang ke tempat-tempat jualan gultik setiap harinya.

Bagaimana cerita mulai booming-nya gultik ini?

Sudah dua pekan ini Marvelino menjual gultik di bilangan Persit, Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung.

Ia mangkal setiap hari mulai pukul 19.00 WIB hingga dagangannya ludes.

TONTON JUGA:

Gultiknya terdiri dari nasi, gulai daging sapi, dan kerupuk.

Daging sapinya empuk dengan gulai yang terasa hingga ke dalam daging, karena proses merebus daging sapi sekaligus gulainya.

Cerita 6 Lulusan Akpol Penempatan Provinsi Lampung, Ipda Arum Sempat Tak Dapat Restu Ortu

Prakiraan Cuaca Lampung, Minggu, 9 Agustus 2020, Bandar Lampung Potensi Hujan Lokal

Ada Wifi Gratis di Lampura untuk Siswa Belajar Daring, Simak Lokasi Wifi Gratis Program GP Ansor

Penyebab Terpidana Mati Narkoba Asal Malaysia Meninggal di Lapas Perempuan Bandar Lampung

Mulanya, Marvelino berjualan gultik dengan lima temannya.

Ada tiga pikulan gultik yang mereka jual.

Lima hari lalu, ada dua teman lainnya yang bergabung berjualan, sehingga jumlah pikulan gultik bertambah menjadi total empat pikulan.

"Awal jualan ada pembeli yang komplain, kenapa daging sapinya keras, rasanya kurang gurih. Komplain itu kami jadikan pelajaran untuk memasak gultik lebih baik lagi, dan sekarang komplain tidak ada lagi," tutur owner Gultik Persit ini.

Saat hari kerja, satu pikulan gultik bisa terjual 70-100 porsi.

Sedangkan saat akhir pekan, satu pikulan gultik bisa terjual 100-120 porsi. Pembelinya semua usia, dari anak-anak hingga dewasa.

Alasan Marvelino tertarik berjualan gultik karena melihat gultik sangat terkenal di Blok M, Jakarya Selatan.

Sebelum terjun, Marvelino dan temannya belajar terlebih dahulu dengan bibinya, mulai dari membeli bahan hingga memasak.

"Pertama belajar nggak mudah, karena nggak ada pengalaman memasak. Beberapa kali gagal karena hambar, keasinan, motongdaging terlalu tebal, dan sebagainya. Tapi lama kelamaan bisa dan bersyukurnya pelanggan suka," tuturnya.

Konsul dengan Ibu

Lain halnya dengan Hasri Mardani, owner Gultik Sudirman.

Ia mulai berjualan gultik bersama dua temannya pada Maret lalu.

Awal berjualan gultik, karena ia suka makan gultik di Blok M, Jakarta Selatan.

Ia lalu memiliki keinginan membuka gultik di Lampung, karena saat itu belum ada yang berjualan gultik.

Namun, sebelumnya Hasri memang sudah lama suka memasak.

Ia lantas mencoba membuat gultik yang rasanya gurih dan lezat.

Saat mencoba membuatnya, Hasri banyak berkonsultasi dengan sang ibu.

"Setelah rasanya berhasil gurih dan lezat, saya dan dua teman memberanikan diri buka gultik di Jalan Jenderal Sudirman. Buka setiap hari mulai pukul 19.00 sampai habis," jelas Hasri.

Saat pertama membuka gultik, komplain kerap datang.

Seperti keasinan, kuahnya kurang kental, daging kurang empuk, dan sebagainya.

Namun, komplain itu tidak membuat Hasri dan dua temannya drop.

Mereka menjadikannya pelajaran untuk membuat gultik sesuai keinginan konsumen.

"Tanpa ada komplain pun kami sering bertanya ke pembeli, gultik kami kurang apa, rasanya gimana, daging gimana, dan sebagainya. Setiap mereka bilang ada yang kurang, kami perbaiki," jelas Hasri.

Hasri dan dua temannya memiliki satu pikul gultik.

Dalam sehari, gultik mereka bisa terjual 500-600 porsi saat weekday dan 600-700 porsi saat weekend.

Kritik Jadi Pelajaran

M Juventus Suryabrata adalah owner gultik lainnya.

Ia membuka Gultik Metro pada 19 Juli lalu setelah melihat gultik begitu populer di Blok M. Di Metro, gultiknya buka setiap hari mulai pukul 18.00 hingga gultik tandas.

Saat pertama kali membuka gultik, berbagai kritik dan saran kerap ia terima. Seperti rasanya keasinan dan lainnya.

"Kritik dan saran itu diterima dan dijadikan pelajaran untuk membuat gultik lebih baik lagi," katanya.

Sebelum membuka gultik, Juventus banyak belajar dari temannya. Ia juga meminta ibu, teman, dan saudaranya mencicipi terlebih dahulu.

Muncul Lagi

Pemerhati kuliner Lampung Alejenes mengungkapkan gultik sebenarnya sudah ada di Lampung sejak tahun 2018, tetapi tutup.

Gultik lalu muncul lagi pada tahun 2020.

Bahkan kini ada banyak orang yang menjual gultik di jalan protokol.

"Saya perkirakan sampai akhir tahun 2020, gultik masihbooming. Tapi belum tahu tahun 2021," kata pemilik akun Instagram @kuliner_lampung ini.

Harga gultik yang murah hanya Rp 10 ribu dan cocok untuk makan sekaligus nongkrong malam, menurut Alejenes, membuat semua kalangan menggemarinya.

Seorang warga yang gemar menikmati Gultik, Risty Indah, menilai gultik memiliki rasa gurih dan harganya murah.

"Saya tahu gultik dari Blok M. Tahunya di Lampung ada. Jadi saya beberapa kali beli di Lampung," kata warga Sukabumi ini. (Triunlampung.co.id/jelita dini kinanti)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved