Liputan Eksklusif Tribun

Innova-Avanza Mulai Ramai Pembeli, Penjualan Mobil di Lampung Mulai Menggeliat

Bisnis penjualan mobil baru di Lampung perlahan menggeliat pada era new normal.

Auto2000
Ilustrasi - Innova-Avanza Mulai Ramai Pembeli, Penjualan Mobil di Lampung Mulai Menggeliat. 

Sales Manager Honda Lampung Raya Suhandi S mengungkapkan angka penjualan mobil Honda telah mengalami peningkatan rata-rata 10-25 persen pada Juni hingga Agustus.

"Angka penjualan kami sempat terkoreksi sekitar 47 persen saat pandemi Covid-19 (April-Mei). Tapi perlahan mulai tumbuh. Meskipun belum tumbuh seperti sebelum pandemi Covid-19, tapi perlahan mulai mengalami kenaikan 10-15 persen sejak Juni," kata Suhandi, Rabu (26/7).

Pada Januari hingga Maret, Suhandi membeberkan angka penjualan masih normal rata-rata 100 unit per bulan. Baru pada April hingga Mei, anaka penjualan terkoreksi hingga 47 persen.

"Untuk prediksi market, memang tidak langsung tumbuh 100 persen. Tapi bertahap setiap bulan mengalami pertumbuhan 10-15 persen. Akan tergantung juga dengan kondisi perekonomian," ujarnya.

Masih Rendah

Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) Lampung, Heri Andrian, menyatakan tren penjualan mobil saat ini memang belum normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Menurutnya, masih lesunya penjualan mobil lantaran masih rendahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan tersier.

"Mobil ini kebutuhan tersier. Dalam situasi seperti ini, industri otomotif berat dan butuh waktu. Mungkin paruh kedua tahun depan (2021) jika ekonomi membaik. Tapi tidak dalam waktu dekat jika melihat saat ini. Bukan tidak optimistis, tapi realistis saja. Bisa kembali 50-60 persen saja sudah happy," jelasnya, Sabtu (29/8/2020).

Heri mengungkapkan sebagian besar pasar penjualan mobil adalah kelas menengah ke bawah yang saat ini masih berfokus pada pemenuhan kebutuhan primer ketimbang tersier.

"Di mobil itu ada segmen middle up (menengah ke atas) dan middle low (menengah ke bawah). Di middle low itu yang volumenya besar. Misalnya, Avanza, Agya, dan lain-lain yang marketnya besar, 60-70 persen," kata Heri.

"Bagi middle up, daya belinya tidak terpengaruh. Tapi memang market-nya kecil, 30-35 persen. Yang besar itu, middle low. Dan middle low mungkin daya belinya sedang berfokus pada kebutuhan pokok, maka market-nya terganggu," sambungnya.

Heri menerangkan, selain faktor daya beli, industri otomotif juga sangat tergantung kondisi perekonomian.

"Pembelian mobil menjadi indikator perekonomian kita sedang bagus atau jelek. Ekonomi kita kemarin minus dan di kuartal III juga belum bisa kita pastikan akan pulih," ujarnya.

Heri menambahkan, dalam penjualan di industri otomotif, 70 persen rata-rata merupakan kredit dan 30 persen merupakan tunai yang sangat bergantung suku bunga.

"Kita ketahui, di industri otomotif itu, 70 persen dari kredit dan 30 persen cash. Kalau kredit, sangat tergantung dengan suku bunga dan down payment (DP atau uang muka)," jelas Hendi.

"Leasing (lembaga pembiayaan) juga sangat berhati-hati (memberikan kredit). Dampaknya, untuk kredit , DP-nya menjadi semakin besar, rata-rata di atas 30 persen. Tambah lagi dengan daya beli yang masih rendah," paparnya. (tribunlampung.co.id/rob)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved