G30SPKI

Kolonel Abdul Latief Sosok Penting yang Berupaya Mencegah Penculikan Jenderal di Gerakan 30S PKI

Peristiwa G30S PKI merupakan kisah kelam pada malam 30 September sampai 1 Oktober 1965. Peristiwa yang terjadi selama semalam itu menorehkan perjalan

Editor: Romi Rinando
(KOMPAS.COM/Wienda Putri Novianty)
Diorama penculikan Pierre Tendean di museum Dr. A. H. Nasution, Jakarta Pusat, Selasa (26/9/2017) 

Pada bukunya yang berjudul Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Soeharto mengutarakan hanya melihat Latief di kejauhan dan tak ada interaksi yang terjadi.

Kroscek keterangan Latief

Meski demikian, Kolonel Latief mengungkapkan kisahnya sebelum terjadinya peristiwa G30S.

Latief mengungkapkan, dua hari jelang peristiwa itu, ia menemui Soeharto di kediamannya, Jalan Agus Salim, Jakarta Pusat.

Dalam pertemuan itu, keduanya membicarakan keadaan keluarga masing-masing.

Hingga kemudian, Latief memberi tahu Soeharto bahwa akan ada suatu gerakan yang akan membunuh para Jenderal TNI AD.

Laporan tak digubris

Latief pun mengaku masih ingat kejadian tersebut.

"Saya masih ingat kejadian itu, karena saat itu putra bungsu Soeharto, yang masih berusia tiga tahun, menderita luka cukup serius akibat tersiram sop panas," tutur Kolonel Latief.

Lalu dikatakannya, Soeharto tak melakukan tindakan apa-apa terkait informasi tersebut.

Adanya laporan infomasi yang tak digubris Soeharto, Latief pun kembali menemui sosok tersebut yang berada di RSPAD Gatot Subroto.

Kala itu, Soeharto sedang menunggui Hutomo Mandala Putra yang menjalani pengobatan karena tersiram sop panas.

Menurut Latief, laporannya terkait peristiwa itu tak digubris lagi oleh Soeharto.

Hingga kemudian peristiwa tersebut benar-benar terjadi.

Latief yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri I Kodam V Jaya datang melapor kepada Soeharto.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved