Obat Corona
Sempat Dicemooh, Obat Corona Asal Madagaskar Mulai Dilirik dan Sudah Dijual ke Negara-negara Afrika
WHO mengesahkan protokol untuk menguji obat-obatan herbal Afrika sebagai pengobatan potensial untuk virus corona dan epidemi lainnya.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Obat virus corona atau Covid-19 hingga kini tak kunjung ditemukan.
Sejumlah negara pun telah berupaya menciptakan vaksin dan obat guna mencegah penyakit yang muncul dan berasal dari Kota Wuhan China.
Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) sangat mendukung pengujian obat-obat potensial, salah satunya obat herbal potensial untuk mengobati infeksi virus corona.
Bukan hanya pengobatan modern dan vaksin yang diupayakan sebagai senjata untuk melawan pandemi Covid-19.
Saat ini, berbagai pengobatan tradisional mulai diteliti secara ilmiah yang dapat dipergunakan untuk menangangi pandemi ini.
Seperti dikutip dari Science Alert, Senin (21/9/2020), WHO mengesahkan protokol untuk menguji obat-obatan herbal Afrika sebagai pengobatan potensial untuk virus corona dan epidemi lainnya.
Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sejak akhir 2019, telah turut mendorong potensi penggunaan obat-obatan tradisional untuk memerangi penyakit kontemporer.

• UAH Klaim Temukan Herbal yang Bisa Obati Penyakit dengan Gejala Mirip Covid-19, Hanya 3 Hari Sembuh
• Berhasil Sembuhkan 750 Pasien Corona, Unair Klaim Temukan Obat Covid-19, Tinggal Tunggu izin BPOM
• Pernah Bikin Geger, Ningsih Tinampi Kini Jual Obat Corona
Salah satunya obat herbal Afrika, yang ditawarkan oleh presiden Madagaskar. Minuman berbasis artemisia, tanaman dengan khasiat yang terbukti mengobati penyakit malaria sempat disambut dengan cemooh.
Namun, pada Sabtu lalu, para ahli di WHO dan tim ilmiah lainnya telah mengesahkan protokol uji klinis pengobatan herbal fase III untuk obat Covid-19 Madagaskar.
Para ahli menilai uji klinis tahap III sangat penting dalam menilai keamanan dan kemanjuran produk medis baru.
"Jika suatu produk obat tradisional ditemukan aman, berkhasiat dan terjamin kualitasnya, WHO akan merekomendasikan untuk manufaktur lokal skala besar yang dapat dilacak dengan cepat," kata Prosper Tumusiime, direktur regional WHO.

Tumusiime mengatakan serangan Covid-19, seperti juga wabah Ebola di Afrika Barat, telah menyoroti perlunya penguatan sistem kesehatan dan program penelitian, serta pengembangan yang dipercepat.
"Termasuk pada (potensi) obat-obatan tradisional," kata Tumusiime.
Tumusiime memang tidak merujuk secara khusus pada minuman herbal asal Madagaskar yang disebut COVID-Organics, atau CVO, yang dianggap Presiden Andry Rajoelina sebagai obat untuk virus corona baru.
Obat tradisional tersebut telah didistribusikan secara luas di Madagaskar dan dijual ke beberapa negara lain, terutama di Afrika.