Breaking News

Berita Nasional

Masinton ke Jenderal Gatot Nurmantyo: Jangan Melankolis

Pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo berbuntut panjang.

Editor: taryono
Gatot Nurmantyo 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo berbuntut panjang.

Sebelumnya, Gatot Nurmantyo menyebut pencopotan dirinya karena memberi instruksi untuk nonton film G30S/PKI.

Pernyataan pun ditanggapi Politisi PDI Perjuangan.

Masinton Pasaribu menyayangkan pernyataan Gatot Nurmantyo.

Menurut Anggota Komisi III DPR ini pernyataan tersebut tidak elok dilontarkan Gatot Nurmantyo.

Apalagi Gatot menambah PDIP sebagai pihak yang mengancam dirinya untuk dicopot dari panglima TNI.

Masinton menilai seharusnya saat masih menjabat, Gatot bisa mencari bukti dan kebenaran apakah ada keterliban PDIP dalam pergantian dirinya dengan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

“Kan, jadi tak elok, dan kurang baik untuk Pak Gatot, setelah pensiun menggoreng isu kolot PKI, seolah karena kecewa baru bicara,” ujar Masinton dalam pesan singkatnya, Kamis (24/9/2020).

Baru Lahir, Bayi Citra Kirana dan Rezky Aditya Kebanjiran Job

Prabowo Percayakan Ahmad Dhani Duduki Jabatan Strategis di Gerindra

Jenderal Purn Gatot Nurmantyo Dijebak Teman untuk Bertemu Setnov

Masinton menambahkan idealnya, Gatot menahan diri untuk tidak menjadikan isu PKI dalam pernyataan ke ruang publik.

Sebagai Purnawirawan TNI seharusnya Gatot tetap memegang teguh keutuhan dan semangat untuk menjaga NKRI yang menjadi tugas setiap elemen bangsa Indonesia.

"Jangan berlakon sebagai playing victim kemudian tuding sana-sini. Sikap seperti itu sejatinya bukan sikap kesatria, itu mentalitas melo (melankolis)," ujar Masinton.

Lebih lanjut Masinton menilai isu PKI selalu muncul, datang dan pergi.

Hal ini menunjukkan bahwa isu tersebut lebih besar nuansa politik praktis, bukan politik kebangsaan.

Ia juga mengingatkan perkembangan informasi dan teknologi yang sangat cepat saat ini, generasi muda sudah tidak tertarik dengan isu PKI.

Isu itu dianggap sebagai representasi pemikiran kolot dan miskin ide oleh anak jaman now.

"Jadi jangan menggunakan isu kolot yang memecah belah bangsa dijadikan sebagai branding menuju kontestasi politik elektoral 2024 nanti," ujar Masinton.

sumber: Kompas TV

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved