Tribun Lampung Selatan
Bangkit dari Pandemi Covid-19, Warga Lampung Selatan Bangun Warung Sedekah
Saling sapa dan obrolan hangat tercipta di Warung Sedekah yang hanya memiliki atap baja ringan tanpa dinding berukuran 1,5×2 meter itu.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Noval Andriansyah
Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Sulis Setia Markhamah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, NATAR - Saling sapa dan obrolan hangat tercipta di Warung Sedekah yang hanya memiliki atap baja ringan tanpa dinding berukuran 1,5×2 meter itu.
Tak terlalu lama, dua Ibu Rumah Tangga lengkap dengan masker di wajahnya itu lalu pulang membawa kresek berisikan tomat dan beras.
Sejak pandemi Covid-19 menyapa negeri ini, kegiatan perekonomian masyarakat menjadi terganggu, terlebih yang bekerja di sektor harian.
Namun, ada salah satu potret kehidupan masyarakat yang tetap bisa menopang satu sama lain untuk saling menguatkan di kondisi serba sulit ini.
Itu bisa ditemukan di Dusun Muhajirun, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Baca juga: Cerita Ibu-ibu Gapura Lampung Utara Dirikan Warung Sedekah, Ada Sayuran hingga Baju Gratis
Baca juga: Polres Lampung Selatan Berhasil Amankan Puluhan Kilogram Ganja dan Sabu Selama Oktober

Masyarakat yang tinggal sekitar 20 kilometer dari Ibukota Provinsi Lampung ini bekerja di ragam sektor. Namun tak sedikit diantaranya yang mengandalkan hasil harian sebagai pekerja bangunan, penjahit, penjual makanan di kantin sekolah, hingga pedagang hasil bumi skala kecil untuk dijual ke Pasar Natar.
Sejak kondisi menjadi semakin sulit akibat pandemi, masyarakat setempat menginisiasi Warung Sedekah. Salah satu penggagas Warung Sedekah, Nurhayati membeberkan, warung sederhana ini sudah beroperasional sejak 3 bulan terakhir.
"Karena kami melihat kondisi perekonomian warga sekitar tak sedikit yang sulit akibat pandemi. Di Warung Sedekah inilah siapapun bisa bersedekah dan yang membutuhkan bisa mengambil seperlunya," ungkap wanita yang akrab disapa Umi Nur ini saat ditemui Tribunlampung.co.id di kediamannya yang berada tepat di seberang Warung Sedekah, Minggu (1/11/2020).
Bentuk sedekah sendiri berupa sembako seperti beras, gula, minyak sayur, hingga bumbu dapur. Bahkan terkadang ada sayur-sayuran hingga buah-buahan seperti ubi kayu, ubi jalar, pisang, dan pepaya.
"Berbagi yang bisa dibagi. Walaupun hasil bumi juga diterima, karena pasti ada saja yang membutuhkan," beber perempuan 55 tahun itu.
Warung Sedekah ini berjalan tanpa penjagaan. Tertulis bagi yang ingin bersedekah mulai pukul 06.00 WIB hingga 10.00 WIB setiap harinya.
"Tidak dijaga, saling percaya. Alhamdulillah sejauh ini berjalan tertib dan lancar. Ada saja yang bersedekah setiap harinya," jelas dia.
Tidak hanya Warung Sedekah, warga yang memiliki kemampuan ekonomi juga rutin bersedekah uang setiap Jumat melalui warga yang diberi tugas.
"Uang yang terkumpul diberikan untuk membantu yang membutuhkan. Seperti kaum duafa, orang yang sakit, janda, dan lainnya," imbuh dia.
Umi Nur berharap keberadaan Warung Sedekah dan juga sedekah uang ini, mampu menguatkan perekonomian warga sekitar yang membutuhkan dan tentunya terus bisa saling membantu satu sama lain.
Warga setempat Siti mengaku begitu merasakan berkah dengan keberadaan Warung Sedekah dan sedekah uang ini, setidaknya ia dan keluarganya tidak begitu berat melewati masa pandemi.
"Suami saya hanya buruh lepas, penghasilan nggak menentu. Jadi merasa terbantu dengan Warung Sedekah dan bantuan sedekah uang," beber ibu 3 anak itu.
Tak hanya saling menguatkan melalui sedekah, mahasiswa yang berada di lingkungan Dusun Muhajirun ini juga belajar kemandirian ekonomi melalui kegiatan bercocok tanam aneka sayuran.
Ja'far Shidqi Al Mubarok, mahasiswa semester 1 Shuffah Al Qur'an Abdullah bin Masud (SQABM) Lampung Selatan ini bersama teman-temannya yang juga mahasiswa menanam berbagai macam sayuran seperti kangkung, sawi, hingga pakcoy di lahan tidak terpakai milik warga.
"Sudah panen dua kali, ini dalam waktu dekat akan panen ke tiga kalinya. Hasil panenan dipasarkan ke warga sekitar," jelas Ja'far.
Kegiatan bercocok tanam sendiri dilakukan di luar jam perkuliahan sehingga tidak menganggu aktivitas kuliah secara daring.
"Walaupun hasilnya belum banyak tapi cukup menambah uang saku. Setidaknya tidak terlalu bergantung orangtua untuk keperluan mengerjakan tugas kuliah," beber anak pertama dari lima bersaudara ini.
Dirinya juga merasa beruntung mendapatkan ilmu luar kampus yang nantinya berguna di masa mendatang.
"Ini diinisiasi pihak kampus, jadi ada modal dari kami para mahasiswa dibantu juga dari kampus. Secara tidak langsung belajar kemandirian ekonomi melalui kegiatan pertanian," kata buah hati pasangan Andri Santoso dan Siti Khodijah itu.
Senada diungkapkan mahasiswi SQABM, Nur Hikmawati. Bertani sayuran sembari berkuliah menurutnya akan menjadi pengalaman penting untuk dirinya nanti.
"Jadi punya pengalaman bercocok tanam sayuran, belajar memiliki penghasilan sendiri, meskipun hasilnya tidak besar," papar warga asli Lubuk Linggau, Sumatera Selatan itu.
Hasil panen sayuran ini dalam pemasarannya turut dibantu beberapa warga Dusun Muhajirun yang memang berprofesi sebagai penjual sayuran.
Salah satunya Dewi Safitri, dirinya turut membantu memasarkan hasil panenan. Bahkan diakuinya, di dusun ini juga terbentuk kegiatan jual beli antar masyarakatnya semenjak pandemi.
Terlebih dengan adanya teknologi sosial media, proses jual beli bisa dilakukan dengan cepat, aman dan nyaman tanpa menimbulkan kerumunan.
"Ada yang jualan beras, jualan bumbu dapur, buah-buahan, ikan, ayam. Keberadaan sosial media memudahkan dalam jual beli, ada yang pesan langsung antar ke rumah pemesan. Saling menopang satu sama lain karena yang dijual berbeda-beda antar warganya," tutur dia.
Dirinya berharap kegiatan ini tetap berlangsung sekalipun pandemi berakhir karena saling menguatkan perekonomian antar masyarakat melalui kegiatan ekonomi bersama.
"Mudah-mudahan pandemi cepat berlalu tapi kegiatan positif dan produktif warga di sini tetap terus berlanjut," tandasnya.
//Tetap Produktif dan Patuhi 3M//
Jubir Penanganan Covid-19 Provinsi Lampung dr Reihana berharap masyarakat tetap bisa produktif di masa pandemi corona ini. Namun dia meminta agar mengedepankan protokol kesehatan terutama 3M dalam setiap aktifitasnya.
"Tetap pakai masker, menjaga jarak minimal satu meter dan hindari kerumunan, juga rajin mencuci tangan pakai sabun du air mengalir," kata Reihana dikonfirmasi terpisah.
Menurutnya, di kondisi yang masih pandemi, masyarakat harus benar-benar mengedepankan 3M tersebut agar bisa turut membantu memutus rantai penyebaran Covid-19. Terlepas apapun aktivitas yang dilakukan.
Reihana mengungkapkan, langkah yang dilakukan Satgas Covid-19 Provinsi Lampung untuk terus menekan atau mengurangi orang yang terkonfirmasi diantaranya mengikuti arahan dari Kementerian Kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19 gelombang kedua.
"Yaitu meningkatkan kapasitas untuk mendeteksi dengan cara mengidentifikasi peningkatan protap tracing. Kemudian meningkatkan cakupan untuk melakukan tes atau pemeriksaan Covid-19 kepada semua suspek, dan juga dengan sistem surveillance.
Lalu meningkatkan kapasitas untuk pencegahan dengan melakukan komunikasi efektif untuk meningkatkan pemahaman kepada masyarakat terkait era adaptasi kebiasaan baru.
"Kemudian melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat oleh semua pihak baik masyarakat, pemerintah, dan juga dunia usaha serta melakukan pengawasan kepada masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan," tandasnya.
(Tribunlampung.co.id/Sulis Setia Markhamah)