Bandar Lampung

Cerita Anak-anak Rumah Baca Bandar Lampung, Tetap Semangat Belajar meski Cium Bau Sampah

Anak-anak di sekitaran TPA Bakung, Telukbetung Barat ini begitu menikmati suasana belajar di Rumah Baca yang dibuka sepekan sekali itu.

Dok Komunitas Jendela Lampung
Kegiatan belajar di Rumah Baca Komunitas Jendela Lampung. 

Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Sulis Setia Markhamah

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Belajar berhitung, mengenal abjad, hingga terlibat permainan interaktif menjadi kegiatan mengasyikkan di Rumah Baca Komunitas Jendela Lampung (KJL).

Lokasinya tak jauh dari Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Bakung, Bandar Lampung.

Meskipun berbalut bau yang terkadang terbawa angin dan tercium menyengat dari TPA Bakung, anak-anak ini tetap semangat belajar bersama anggota maupun volunteer Jendela Lampung, Sabtu (26/12/2020).

Suara anak usia di bawah 5 tahun nampak nyaring belajar membaca di bagian teras bangunan yang tidak terlalu lebar itu.

Baca juga: Belajar Tatap Muka di Bandar Lampung Sistem Genap-Ganjil, Berlaku untuk Siswa SMA Mulai Awal 2021

Baca juga: DPRD Bandar Lampung Dukung Belajar Online Tetap Diberlakukan Jika Kasus Covid-19 Masih Tinggi

Kegiatan belajar di Rumah Baca Komunitas Jendela Lampung.
Kegiatan belajar di Rumah Baca Komunitas Jendela Lampung. (Dok Komunitas Jendela Lampung)

Sementara di sisi dalam ruangan, anak yang usianya lebih dari itu tengah asyik bereksperimen dipandu volunteer Jendela Lampung.

Anak-anak di sekitaran TPA Bakung, Telukbetung Barat ini begitu menikmati suasana belajar di Rumah Baca yang dibuka sepekan sekali itu.

Salah satu anak yang rutin mengikuti kegiatan di rumah belajar, Anandita, menceritakan, dirinya sejak duduk di bangku kelas empat sekolah dasar sudah ikut belajar di tempat ini.

"Dulu awalnya disuruh orangtua katanya buat nambah wawasan. Waktu itu masih umur 10 tahun, masih kelas empat SD," cerita buah hati pasangan Darmansyah dan Siti Sutihat ini kepada Tribunlampung.co.id.

Awalnya rumah belajar berkegiatan di lokasi TPA Bakung tepatnya di kantor UPT TPA Bakung.

Baca juga: Disdikbud Lampung Rencanakan KBM Tatap Muka SMA dengan Sistem Ganjil Genap

Baca juga: KA Kuala Stabas Laris Manis, Tiket Tanggal 18-31 Desember 2020 Sudah Ludes

Kini rumah belajar sudah menyewa rumah sederhana dan berkegiatan di Jalan Morotai No 1 Bakung. Tidak lagi berada di lokasi tempat pembuangan sampah akhir.

Gadis yang akrab disapa Rara ini juga semakin rajin ke Rumah Baca untuk belajar.

Di sela waktu membantu orangtua berjualan di TPA Bakung.

"Setiap hari Minggu bersama adek saya pergi ke Rumah Baca untuk belajar. Saya selain sekolah dan belajar di Rumah Baca, bantuin orangtua dagang di TPA Bakung. Buka warung kopi," papar pelajar kelas 11 SMK Taman Siswa ini.

Ayahnya sendiri diakuinya bekerja memulung di TPA tersebut.

Ia ingin terus sekolah tinggi dan banyak belajar agar bisa memperbaiki kondisi ekonomi orangtua.

Itu jugalah yang memotivasinya semakin rajin belajar di Rumah Baca.

"Saya sangat sedih ngeliat keadaan orangtua. Kalau hari hujan harus tetap memulung biar dapat barang. Biar kami anaknya tetap bersekolah," papar dia.

Bocah 4 tahun yang juga rajin datang ke Rumah Baca adalah Rere. Saat ditanya mengapa suka berkunjung ke Rumah Baca, belia polos ini mengaku senang memiliki banyak teman.

"Seneng temennya banyak. Belajar bareng sambil mainan," tuturnya lagi.

Kegiatan belajar di Rumah Baca Komunitas Jendela Lampung.
Kegiatan belajar di Rumah Baca Komunitas Jendela Lampung. (Dok Komunitas Jendela Lampung)

Salah satu pengurus Komunitas Jendela Lampung Audina Rizky Agustin membeberkan, komunitas ini memang bergerak di bidang pendidikan khususnya literasi yang telah berdiri sejak November 2014 lalu.

"Kalau ditanya kenapa memilih kawasan TPA Bakung, karena di sana kami melihat masih jauh dari akses pendidikan yang layak dengan minat baca yang kurang," tutur Audi.

Audi menceritakan, awalnya anggota komunitas bersama volunteer harus menjemput anak-anak dari rumah ke rumah untuk diajak ke Rumah Baca yang awalnya berada di TPA Bakung.

Seiring waktu, anak-anak di sekitaran TPA menjadi memiliki minat baca sendiri dan datang tanpa dijemput lagi untuk berkunjung ke Rumah Baca.

"Mereka sekarang makin antusias. Tiap Rumah Baca buka setidaknya ada 50 anak yang datang dengan berbagai usia," terangnya.

Untuk anak usia kelas nol (usia 3 sampai 5 tahun) atau belum sekolah beraktivitasnya di teras Rumah Baca. Sementara lainnya yang kelas 1-3 ada di dalam ruangan.

Anak kelas nol akan diajari mengenal huruf dan angka juga belajar menulis dalam sesi belajar formal.

"Kalau pas informalnya diajak praktek atau membuat prakarya. Misal buat bunga dari pipet, membuat celengan dari barang bekas, dan lainnya," urai lulusan FMIPA Unila itu.

Untuk yang kelas 1-3 atau pelajar bisa juga sharing pelajaran. Lalu praktik pelajaran tertentu menggunakan alat atau cairan tertentu dan lainnya.

"Untuk informalnya biasanya games pakai bahasa Inggris. Jadi selain membaca sendiri juga dapat ilmu terkait pelajaran," tuturnya.

Setidaknya, di Rumah Baca sendiri ada 100-an buku berbagai jenis. Seperti ensiklopedia, bacaan anak, novel ringan sampai berbahasa Inggris, Iqra, hingga Alquran.

"Buku bacaan juga terus di-update karena kami juga sering mendapatkan donasi. Selain itu juga Komunitas Jendela terintegrasi secara nasional jadi bisa saling bertukar buku," beber pengajar di SD Sawah Lama ini.

Salah satu volunteer Rumah Baca, Aril Fergiantara, mengatakan, dirinya kerap membantu mengajar di Rumah Baca sejak kuliah semester 2 tahun 2019 lalu.

"Saya tertarik pas liat aktivitasnya, kegiatan positif dan membantu anak-anak di sekitaran TPA Bakung," tutur Aril.

Sampai saat ini dirinya masih terlibat aktif membantu kegiatan di Rumah Baca sembari menjalani perkuliahan yang masih sistem daring.

Awalnya Aril mengaku tidak terbiasa dengan kondisi yang tidak nyaman. Dimana terkadang tercium aroma sampah.

Baca juga: Bertambah 65 Kasus Baru Covid-19 di Lampung, 3 Daerah Masih Zona Merah

Baca juga: Libur Nataru 2020, Terminal Tipe A Rajabasa Terpantau Lengang

"Tapi melihat antusias adik-adik di daerah Bakung untuk belajar, semua kondisi yang ada jadi nggak kerasa," tandasnya. (Tribunlampung.co.id/Sulis Setia Markhamah)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved