Sriwijaya Air SJ182 Hilang Kontak
Polda Lampung Ambil Data Antemortem 3 Penumpang Sriwijaya SJ182 asal Lampung
Dalam manifest penerbangan Sriwijaya Air, ketiganya memiliki tiket berkode TKG alias penumpang dari Bandara Radin Inten II Lampung.
Penulis: hanif mustafa | Editor: Daniel Tri Hardanto
Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Hanif Mustafa
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Lampung mengambil data antemortem kepada keluarga tiga korban penumpang Sriwijaya SJ182 di Lampung.
DVI Polda Lampung mengambil langsung sampel tersebut ke Tiyuh Toto Makmur, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Tulangbawang Barat, Lampung, Minggu (10/1/2021).
Mereka turut menjadi korban pesawat Sriwijaya Air Sj182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) lalu.
Adapun ketiga penumpang Sriwijaya SJ182 asal Lampung tersebut yakni Pipit Piyono, Yohanes, dan Sugiono Effendi.
Baca juga: Fakta Captain Didik Gunardi Jadi Korban Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh, Rencana Ambil Pesawat
Baca juga: Postingan Sedih Pramugari, Chat Tak Dibalas Suami yang Bertugas di Pesawat Sriwijaya Air SJ182
Dalam manifest penerbangan Sriwijaya Air, ketiganya memiliki tiket berkode TKG alias penumpang dari Bandara Radin Inten II Lampung.
Kabid Humas Polda Lampung Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, pengambilan sampel ini merupakan prosedur yang harus dilalui untuk proses identifikasi korban.
"Ya hari ini dilakukan pengambilan sampel untuk proses identifikasi," ungkap Pandra.
Masih kata Pandra, sampel tersebut akan dikirim hari ini juga ke Jakarta.
"Setelah pengambilan data antemortem dan sampel DNA, akan diantar langsung ke Posko Antemortem di RS Polri RS Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur," tandasnya.
Baca juga: Mau Kerja Jadi Buruh Bangunan di Pontianak, 3 Warga Tubaba Malah Jadi Korban Sriwijaya Air
Baca juga: 3 Warga Batu Putih Tubaba Penumpang Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh
Ubah Jadwal Penerbangan
Tiga warga Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba) Lampung yang menjadi penumpang korban pesawat Sriwijaya Air Sj182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, rupanya sempat mengubah jadwal penerbangan.
Warga Lampung yang jadi korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air awalnya akan terbang ke Pontianak pada 5 Januari 2021.
Ketiga korban pesawat Sriwijaya Air yang kecelakaan di Kepulauan Seribu diketahui merupakan warga kampung Toto Makmur Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba).
Tiga korban Pesawat Sriwijaya Air asal Tubaba Lampung adalah Sugiono Efendi, asal RT 05 RW 02, Yohanes RT 04 RW 02, dan Pipit Piyono RT 04 RW 02.
Carik atau juru bicara Tiyuh Toto Makmur, Eko Febrianto, mengatakan, pada Rabu lalu ketiganya sudah sampai di Bandara Radin Inten II.
Namun karena ketiganya tidak membawa hasil rapid test, oleh petugas Bandara mereka tidak diperbolehkan terbang.
"Sebenernya dia kan udah mau berangkat hari Rabu, tapi karena pakai rapid gak diperbolehkan terbang. Akhirnya cancel penerbangan dan pulang," terang Eko, Minggu (10/1/2020) pagi.
Setelahnya, pada Jumat (8/1/2020) pagi mereka bertiga kembali berangkat dari kampungnya menuju salah satu rumah sakit di Bandar Lampung untuk rapid test.
Dan keesokannya, setelah rapid test mereka berangkat menuju Bandara Radin Inten II untuk terbang ke Pontianak melalui Jakarta.
"Mereka nyoba lagi hari Jumat, sukses untuk prosedur penerbangan," papar Eko.
Menurut Eko, tidak ada firasat apapun yang dirasakan tetangga atau keluarga ketiganya, sebelum peristiwa jatuhnya pesawat yang mereka tumpangi.
Hanya saja, pada malam sebelum keberangkatan, Yohanes salah satu dari ketiganya, menunjukkan sikap tak lain saat bercengkerama dengan tetangga.
"Biasanya dia gak pinter cerita, tapi malam itu ceritanya gak berhenti-berhenti. Cerita lainnya sih, bersenda gurau bersama aja," ungkapnya.
Di Tiyuh Toto Makmur, rumah Eko dan Yohanes hanya berjarak sekitar 25 meter.
Eko menuturkan, usai kejadian pesawat jatuh, pihak keluarga masih syok.
Mereka masih menanti keterangan resmi dari maskapai terkait kejelasan identitas dan kondisi penumpang.
Tiga orang penumpang Sriwijaya Air Sj182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu 9 Januari 2021, diketahui merupakan warga Tiyuh Toto Makmur Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba).
Ketiganya yakni Sugiono Efendi, asal RT 05 RW 02, Yohanes RT 04 RW 02, dan
Pipit Piyono RT 04 RW 02.
Kabar tersebut dibenarkan Eko Febrianto (30), carik atau juru tulis Titi Toto Makmur.
"Iya benar (warga Toto Makmur)," kata Eko yang dihubungi Tribunlampung.co.id, Sabtu (09/01) malam.
Menurut Eko, ketiganya bukanlah satu keluarga. Namun satu wilayah tempat tinggal di Toto Makmur.
Ketiganya, menurut Eko, hendak terbang ke Pontianak untuk kerja sebagai buruh bangunan di sebuah proyek di sana.
"Dua orang itu baru hendak kesana diajak oleh Sugiono Efendi. Kalau dia (Sugiono Efendi) memang sudah lama di Pontianak, dia bosnya yang bawa dua orang itu," ungkap Eko.
Jumlah Penumpang
Pesawat Sriwijaya Air Sj 182 yang jatuh Sabtu 9 Januari 2021, membawa 62 orang.
Rinciannya 50 penumpang dan 12 kru.
Demikian dikatakan Juru Bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Adita Irawati.
"Terdiri dari 40 penumpang dewasa tujuh anak-anak dan tiga bayi ditambah 12 orang. Enam kru aktif dan enam kru ekstra," kata Adita seperti dilansir dari Kompas TV, Sabtu (9/1/2021).
Adita mengatakan, saat ini pihaknya juga masih berkoordinasi dengan semua stakeholder terkait hilangnya kontak dengan pesawat Sriwijaya Air.
Terkait informasi penumpang, pihak Sriwijaya Air sudah menyediakan layanan hotline dengan nomor 021-80637817.
"Atau bisa langsung datang ke posko di lokasi ini di Terminal 2D kedatangan Bandara Soekarno-Hatta," ujar dia.
Secara terpisah, Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Badan SAR Nasional (Basarnas) Bambang Suryo Aji mengatakan, pihaknya telah menemukan beberapa serpihan yang diduga merupakan bagian dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak.
Basarnas mendapat informasi telah terjadi hilang kontak dengan pesawat tersebut sekitar pukul 14.55 WIB, Sabtu (9/1/2021).
"Kita dapatkan informasi di lapangan bahwa ditemukan beberapa serpihan yang dicurigai bagian dari pesawat Sriwijaya. Kita masih belum bisa memastikan," ujar Suryo saat memberikan keterangan, dikutip dari tayangan Kompas TV, Sabtu.
Suryo menuturkan, pesawat Sriwijaya Air hilang kontak saat berada di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
Menurutnya, serpihan yang diduga berasal dari pesawat Sriwijaya sudah berada di kapal milik Basarnas.
"Barang-barang tersebut sudah ada di kapal kita dan kita akan tarik, rencana kami malam ini buka posko di Jakarta International Container Terminal (JICT) 2," kata Suryo.
Kondisi Mesin dan Usia Pesawat
Penjelasan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) soal kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang hilang kontak, Sabtu 9 Januari 2021.
Penjelasan itu termasuk usia pesawat, termasuk pengaruhnya terhadap kondisi mesin.
Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono mengatakan, pesawat Sriwijaya Air yang sebelumnya hilang di kawasan kepulauan seribu dibuat tahun 1994.
Diperkirakan usia pesawat tersebut berkisaran antara 25 dan 26 tahun.
"Dibuat tahun 1994 kurang lebih 25 sampai 26 tahun," kata dia dalam jumpa pers.
Namun demikian, dia mengatakan usia pesawat seharusnya tak berpengaruh dengan kondisi mesin.
"Berapa pun umurnya kalau pesawat dirawat sesuai regulasi sesuai Dirjen perhubungan udara seharusnya tak ada masalah dan kami sedang kumpulkan data-data mengenai pesawat dan kru," kata dia.
Sebelumnya, Pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 dilaporkan hilang kontak setelah take off dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
Pesawat dengan registrasi PK-CLC tersebut melayani rute Jakarta-Pontianak.
Data dari situs pemantau penerbangan, Flightradar24, menunjukkan pesawat take off pada pukul 14.30 LT.
Penerbangan SJ182 seharusnya tiba pada pukul 15.15 di Bandara Soepadio, Pontianak
Namun, data Flightradar24 menunjukkan, B737-500 Sriwijaya Air SJ182 berhenti di sekitar 11 mil laut Bandara Soekarno-Hatta, di atas Kepulauan Seribu.
Pesawat tampak sempat melewati ketinggian 11.000 kaki, tetapi tiba-tiba kehilangan ketinggian. Kecepatan pesawat juga turun drastis.
Baca juga: Ratusan Hektare Lahan Singkong di Penumangan Tubaba Terendam Banjir
Posisi terakhir menunjukkan ketinggian 250 kaki di atas permukaan laut dengan kecepatan 358 knot. (Tribunlampung.co.id/Hanif Mustafa)