Berita Nasional

Teror Ular Merajalela saat Banjir, Pria di Jambi Jual Motor Istri demi Bantu Warga

Kisah seorang pendiri komunitas konservasi satwa liar di Jambi rela menjual sepeda motor istrinya demi menyelamatkan satwa dan warga.

(Suwandi/KOMPAS.com)
Tim Ralu Jambee saat melakukan evakuasi terhadap tiga ekor ular welang di belakang Perumahan Garuda, Kota Jambi sehari setelah banjir menerjang 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAMBI - Kisah seorang anggota komunitas konservasi satwa liar di Jambi rela menjual sepeda motor istrinya demi menyelamatkan satwa dan warga.

Boslan Tobing mengorbankan sepeda motor milik istrinya dijual demi menutup biaya akomodasi di lapangan saat warg amembutuhkan pertolongan.

Boslan Tobing adalah pendiri komunitas konservasi satwa liar di Jamni, Ralu Jambee.

Beberapa pekan terakhir banjir merendam ratusan rumah warga di Jambi.

Baca juga: Bus Angkut 33 Anggota Brimob Terguling di Jambi, 3 Korban Luka Berat

Baca juga: Pengakuan Pembeli yang Viral Tendang Tukang Bakso Langganan di Jambi

Hujan dengan intensitas tinggi ini membuat satwa liar seperti ular dan buaya keluar, terbawa air ke permukiman padat penduduk.

Komunitas konservasi yang mencegah konflik satwa khususnya ular dengan warga, Ralu Jambee mencatat, dalam bulan ini masuk 29 laporan terkait hewan melata itu.

"Kalau banjir semua satwa keluar. Tapi yang dominan ular welang dan kobra. Buaya senyulong juga kami temukan," kata Boslan Tobing, pendiri Komunitas Ralu Jambee, Kamis (14/1/2020).

Boslan mengatakan, pihaknya mendapat 219 laporan temuan ular dan buaya periode Januari 2020 sampai Januari 2021.

Tidak hanya meneror warga, keberadaan ular saat banjir telah menelan korban jiwa.

Sedikitnya sudah tiga orang meninggal dunia karena gigitan ular kobra dan welang.

"Kami datang ke lokasi. Warga cerita ada yang meninggal dunia karena digigit ular dan tidak segera ditolong," kata Boslan menjelaskan.

Konflik ular dengan masyarakat ini harus segera diatasi.

Untuk itu, Boslan dengan tim Ralu Jambee siap selama 24 jam menerima laporan warga.

Boslan menegaskan pihaknya tidak meminta bayaran dari pelapor atau masyarakat.

Ralu Jambee bekerja atas nama kemanusiaan dan tidak meminta bayaran.

Untuk menambal kebutuhan alat keamanan dan akomodasi tim di lapangan, Boslan pun sudah merelakan motor istrinya dijual.

Teror buaya

Tempat lain, Kelurahan Teluk Dawan, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi juga banjir.

Buaya dengan panjang hingga lima meter sempat muncul ke permukaan di tengah banjir yang merendam rumah warga.

Air yang meluap dari sungai baru sekitar 50-70 cm.

Kemunculan buaya di daerah ini lantaran Kelurahan Teluk Dawan memang habitat buaya berukuran besar.

Dengan terus meningkatkan muka air, kemunculan buaya untuk pertama kali saat banjir ini meresahkan warga setempat.

"Air merendam pemukiman warga. Ada sekitar lima RT terkena banjir. Sudah seminggu ini," kata Joni Iskandar, warga Kelurahan Teluk Dawan melalui sambungan telepon.

Dia mengatakan terkait kemunculan buaya, pemerintah setempat telah mengeluarkan imbauan agar warga menjauhi tempat berbahaya, dan anak-anak tidak berenang dalam banjir.

Sementara itu, Kepala BKSDA Jambi Rahmat Saleh menuturkan akan menurunkan tim ke lapangan terkait kemunculan buaya pada saat banjir merendam rumah penduduk di Kelurahan Teluk Dawan.

Dia menjelaskan sungai-sungai yang berada di Teluk Dawan memang menjadi tempat buaya berukuran besar.

"Buaya itu keluar karena sifat alaminya, untuk berkembang biak atau mencari makanan," kata Ramhat lagi.

Selanjutnya, BKSDA Jambi juga mendukung upaya penyelamatan masyarakat dari gangguan ular, seperti yang dilakukan Ralu Jambee.

"Iya. Mulia yang dilakukan Ralu Jambee. Kita harus bersama-sama mengatasi persoalan konflik satwa dengan manusia," tutup Rahmat.

Artikel ini telah tayang di kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved