Apa Itu

Apa Itu Mappaci bagi Masyarakat Bugis

Yuk disimak penjelasan Apa Itu Mappaci bagi Masyarakat Bugis, di bawah ini.

Penulis: Putri Salamah | Editor: romi rinando
zoom-inlihat foto Apa Itu Mappaci bagi Masyarakat Bugis
kompasiana.com
Simak, Apa Itu Mappaci bagi Masyarakat Bugis.

Mappacci menjadi salah satu syarat dan unsur pelengkap dalam pesta perkawinan di kalangan masyarakat Bugis-Makassar.

Namun, ketika Islam datang, prosesi ini mengalami sinkretisme atau berbaur dengan budaya Islam.

Bahkan Islam sebagai agama mayoritas suku Bugis-Makassar telah mengamini prosesi ini, melalui alim ulama yang biasa digelar Anregurutta.

Sekalipun Mappacci bukan merupakan suatu kewajiban agama dalam Islam, tapi mayoritas ulama di daerah Bugis-Makassar menganggapnya sebagai sennu-sennungeng ri decengnge (kecintaan akan kebaikan).

Yang terjadi kemudian, pemuka agama berusaha untuk mencari legalitas atau dalil Mappacci dalam kitab suci untuk memperkuat atau mengokohkan budaya ini.

Pelaksanaan Prosesi Mappaci

Sebelum prosesi Mappacci, biasanya calon pengantin perempuan dihias dengan pakaian pengantin khas Bugis-Makassar.

Selanjutnya, calon pengantin diarak duduk di atas kursi (namun ada pula yang duduk di lantai) untuk memulai prosesi Mappacci.

Di depan calon pengantin perempuan, diletakkan sebuah bantal yang sering ditafsirkan dan dianggap sebagai simbol kehormatan.

Bantal sering diidentikkan dengan kepala, yang menjadi titik sentral bagi aktivitas manusia.

Diharapkan dengan simbol ini, calon pengantin lebih mengenal dan memahami akan identitas dirinya, sebagai mahluk yang mulia dan memiliki kehormatan dari Sang Pencipta (Puangge:Bugis).

Di atas bantal, biasanya diletakkan sarung sutera yang jumlahnya tersusun dengan bilangan ganjil.

Sarung sendiri ditafsirkan sebagai sifat istikamah atau ketekunan. Sifat istiqamah sendiri, telah dipraktikkan oleh sang pembuat sarung sutera.

Tiap hari, mereka harus menenun dan menyusun sehelai demi sehelai benang, hingga menjadi sebuah sarung yang siap pakai.

Dengan sikap istiqamah atau ketekunan ini, diharapkan calon pengantin dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari sang pembuat sarung sutera untuk diamalkan dalam kehidupan rumah tangga.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved