Apa Itu
Apa Itu Mappaci bagi Masyarakat Bugis
Yuk disimak penjelasan Apa Itu Mappaci bagi Masyarakat Bugis, di bawah ini.
Penulis: Putri Salamah | Editor: romi rinando
Terkadang juga, sarung dianggap sebagai simbol penutup aurat bagi masyarakat Bugis-Makassar.
Jadi, diharapkan agar calon mempelai perempuan senantiasa menjaga harkat dan martabatnya, tidak menimbulkan rasa malu (siri’) di tengah-tengah masyarakat kelak.
Terkadang, diatas sarung sutera diletakkan daun pisang.
Salah satu sifat dari pisang adalah tidak akan mati atau layu sebelum muncul tunas yang baru.
Hal ini selaras dengan tujuan utama pernikahan, yaitu; melahirkan atau mengembangkan keturunan.
Karakter lain dari pisang, yaitu; satu pohon pisang, dimungkinkan untuk dinikmati oleh banyak orang. Dengan perkawinan, diharapkan calon pengantin berguna dan membawa mampaat bagi orang banyak.
Diatas daun pisang, terkadang diletakkan daun nangka.
Daun nangka tentu tidak memiliki nilai jual, tapi menyimpan makna yang mendalam.
Diatas daun pisang, terkadang juga diletakkan gula merah dan kelapa muda.
Dalam tradisi masyarakat Bugis-Makassar, menikmati kelapa muda, terasa kurang lengkap tanpa adanya gula merah.
Sepertinya, kelapa muda sudah identik dengan gula merah untuk mencapai rasa yang nikmat.
Seperti itulah kehidupan rumah tangga, diharapkan suami-istri senantiasa bersama, untuk saling melengkapi kekurangan dan menikmati pahit manisnya kehidupan duniawi.
Terakhir, Mappacci juga dilengkapi dengan lilin sebagai simbol penerang.
Konon, zaman dahulu, nenek moyang kita memakai Pesse' (lampu penerang tradisional yang terbuat dari kotoran lebah).
Maksud dari lilin, agar suami-istri mampu menjadi penerang bagi masyarakat di masa yang akan datang.