Tribun TV Lampung
Kritis Kunci Bentengi Diri dari Paham Radikalisme
Kritis terhadap lingkungan, salah satu kunci untuk membetengi diri dari paham radikalisme.
Penulis: hanif mustafa | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Kritis terhadap lingkungan, salah satu kunci untuk membetengi diri dari paham radikalisme.
Hal ini diungkapkan oleh Ken Setiawan pendiri NII Crisis Center dalam acara Tindak (Tribun Kriminal dan Hukum) yang tayang di Tribunlampung TV, Jumat (9/4/2021).
Ken Setiawan mengatakan peristiwa bom bunuh diri di Makasar dan penyerangan Mabes Polri sebagai sinyal bahwa terorisme ini nyata.
"Terlepas dari balas dendam karena banyak rekan-rekannya ditangkapi bahkan pendanaan mereka saat ini dibekukan, ini sebagai salah satu aksi balas dendam kepada aparat, khususnya polisi," ujarnya.
TONTON DI SINI: Antisipasi Terorisme di Lampung
Ken Setiawan menuturkan tahun lalu Lampung secara nasional menempati zona merah potensi terorisme nomor empat.
"Tapi kembali lagi, bahwa Lampung ini gerbang Sumatera dari Aceh, Medan, Riau, mau ke Jakarta lewat Lampung, awalnya Lampung sebagai tempat persinggahan namun karena nyaman sehingga menetap," tegasnya.
Ken Setiawan pun melihat Lampung ini sebagai miniatur Indonesia.
"Semua suku ada, dan rasa toleransinya tinggi, sampai-sampai sama tetangga sendiri gak kenal karena gak pernah saling tegur," kelakarnya.
"Ini evaluasi pemerintah untuk mengaktifkan kembali 1x24 untuk lapor diri agar teridentifikasi masyarakat, apakah terpapar radikal atau tidak," imbuh Ken.
Ken Setiawan mengakui banyak pelaku terorisme ditangkap di Lampung bahkan termasuk anak buah dr Azhari, Taufik Bulaga juga bersembunyi di Lampung.
Disinggung soal daerah rawan potensi radikalisme, Ken Setiawan menuturkan hampir di 15 kabupaten kota tersebar.
"Bisa dikatakan sudah menyebar dimana-mana, banyak mengajarkan konsep khilafah, sedangkan khilafah itu adalah sebuah bentuk negara, bagaimana ada negara dalam negara, itu bentuk makar, dan hingga sampai saat ini belum di lihat sebagai ancaman," katanya.
Ken Setiawan mengatakan untuk membentengi diri dari paparan radikalisme pertama harus kritis.
"Karena banyak sekali informasi disekitar kita antara hoax dan fakta itu beda tipis, kita harus tabayun dari berita yang kita terima, jangan menjadi korban hoax bahkan menjadi pelaku penyebar hoax dengan diringi ayat ayat agama tokoh agama, tetapi kalau tidak sesuai harus kita tolak jangan sampai diikuti," jelasnya.