Universitas Lampung

Bina Produsen Gula Semut Lampung, Otik Dosen Universitas Lampung Berharap Tembus Pasar Ekspor

Sejak 2012 melatih dan mendampingi masyarakat membuat gula merah kristal atau gula semut, Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian (

ist
Sejak 2012 melatih dan mendampingi masyarakat membuat gula merah kristal atau gula semut, Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung (Unila) Ir. Otik Nawansih, M.P., berharap produk gula semut di Provinsi Lampung dapat menembus pasar ekspor. 

Inilah yang menyebabkan harga gula semut juga lebih mahal dua kali lipat dibandingkan dengan harga gula merah cetak. Jika di pasaran, harga gula merah cetak Rp20 ribu per kilogram, maka harga gula semut Rp40 ribu per kilogramnya.

Kemasan Kekinian

Kemasan gula semut bisa mengikuti tren masa kini dengan packaging yang bagus dan cantik. Otik menyesuaikan kemasan gula semut dengan sasaran konsumen. Di lokasi wisata, gula semut dikemas menggunakan toples mungil dan dikasih pita sehingga bisa untuk oleh-oleh atau suvenir bagi pengunjung.

Sedangkan untuk pangsa pasar ibu-ibu rumah tangga cukup dengan kemasan plastik bantal. Jika masuk ke kafe atau hotel bisa berupa kemasan pouch plastik atau kemasan sachet brown sugar.

“Dosen-dosen di Unila sering pesan ke saya dalam bentuk kemasan toples-toples kecil untuk suvenir tamu-tamu dari luar negeri seperti Jepang, Amerika, jadi sudah kemana-mana itu (gula semutnya),” ujar Otik.

Saat ini, Otik tengah mengembangkan teknologi pengolahan gula merah cair atau sirup gula merah. Produk sirup gula merah ini nantinya bisa menjadi bahan baku pembuatan kecap, cuka pempek, maupun berbagai makanan atau kue.

“Untuk gula merah cair ini baru mau dikembangkah ya. Yang aman dan tidak rusak tanpa pengawet. Kalau orang THP kan tahu sebenarnya konsentrasi gula berapa sih supaya tidak mudah rusak, nah itu kan harus dioptimasi dan dihitung masa simpannya,” tutur Otik.

Sekilas Otik menjelaskan, untuk pembuatan gula merah cair sebenarnya lebih efesien karena tidak perlu dicetak, dan tidak butuh waktu lama karena tidak memerlukan proses pengeringan. Dalam penggunaannya juga lebih praktis, tanpa harus memanaskan ulang gula merah.

“Proses penguapan gula merah cair itu jangan sampai menuju proses kristalisasi, makanya itu sampai konsentrasi berapa yang pas dan berapa lama daya simpannya, itu masih diteliti,” pungkasnya.(*)

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved