Tanggamus
Insiden Meriam Bambu di Tanggamus, Seorang Bocah Tewas dengan Luka Bakar Parah
Seorang bocah di Pekon Soponyono, Kecamatan Wonosobo bernama Aditya Mahendra meregang nyawa akibat luka bakar saat bermain meriam bambu.
Penulis: Tri Yulianto | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TANGGAMUS - Seorang bocah di Pekon Soponyono, Kecamatan Wonosobo bernama Aditya Mahendra meregang nyawa akibat luka bakar saat bermain meriam bambu.
Menurut Kapolsek Semaka Inspektur Satu Pambudi Raharjo, peristiwa ini bermula saat korban bermain meriam bambu bersama saudaranya yang sebaya di Dusun Batuan Pekon Sukajaya, Kecamatan Semaka, Minggu (18/4/2021) pukul 10.00 WIB.
Saat bermain itulah, meriam terpental dan tumpahan minyak mengenai tubuh korban.
Tiba-tiba api menyambar tubuh bocah berusia enam tahun itu.
Korban sempat dirawat di RS Panti Secanti, Gisting untuk mendapatkan perawatan.
Kemudian korban kembali dibawa pulang ke rumah orang tua angkatnya di Pekon Soponyono, Kecamatan Wonosobo.
"Pada hari Senin 19 April 2021 sekitar pukul 22.30 WIB, korban Aditya Mahendra meninggal dunia di kediaman orang tua angkatnya akibat luka bakar yang dideritanya," jelas Pambudi, mewakili Kapolres Tanggamus AKBP Oni Prasetya, Selasa (20/4/2021).
Berdasarkan keterangan, orang tua kandung Aditya Mahendra tercatat sebagai warga Kecamatan Pagar Dewa, Tulangbawang Barat.
"Setelah orang tua kandungnya tiba, jenazah dikebumikan di TPU Pekon Soponyono," ujar Pambudi.
Ia menjelaskan, dari keterangan pihak keluarga, mulanya korban diajak oleh orang tua angkatnya bernama Khoirudin ke bengkel sepeda motor di Dusun Batuan, Pekon Sukajaya, Kecamatan Semaka.
Saat Khoirudin sedang memperbaiki sepeda motor, korban diajak bermain meriam bambu oleh kerabatnya.
Kedua anak itu bermain meriam bambu atau long di belakang rumah.
Beberapa menit kemudian Khoirudin diberi tahu tubuh korban sudah terbakar.
Pambudi mengimbau masyarakat untuk memperhatikan anak-anaknya agar tidak bermain meriam bambu atau petasan karena bisa mengakibatkan luka bakar bahkan sampai kematian.
"Mari bersama-sama memperhatikan anak-anak kita. Jangan bermain meriam bambu atau petasan dan sejenisnya," kata Pambudi.
( Tribunlampung.co.id / Tri Yulianto )