Tanggamus

Kisah Pilu Pedagang Daging Sapi Dadakan di Tanggamus Lampung, Penjualan Turun karena Covid-19

Pada Idul Fitri 1442 Hijriah tahun ini, para pedagang daging dadakan di Pasar Gisting, Tanggamus, Lampung kembali gagal meraup keuntungan berlipat.

Penulis: Tri Yulianto | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id / Tri
Lapak pedagang daging sapi dadakan di Pasar Gisting, Tanggamus, Lampung, Selasa (11/5/2021). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TANGGAMUS - Pada Idul Fitri 1442 Hijriah tahun ini, para pedagang daging dadakan di Pasar Gisting, Tanggamus, Lampung kembali gagal meraup keuntungan berlipat.

Pandemi Covid-19 menjadi penyebabnya.

Kisah pilu mereka pun berlanjut.

Biasanya, momentum Idul Fitri selalu menjadi ajang pedagang sapi dadakan mendapatkan rezeki berlimpah.

Mereka biasanya membuat rangka layaknya bangunan warung, lalu diberi atap terpal plastik.

Baca juga: Sidak ke Pusat Perbelanjaan, Eva Dwiana Temukan Fasilitas Prokes Tak Layak

Dua atau tiga hari menjelang Idul Fitri, lapak-lapak itu bermunculan.

Dalam waktu semalam, areal parkir, jalanan, dan area sekitar pasar langsung penuh dengan lapak pedagang daging.

Namun, tahun ini tidak banyak lapak dadakan yang ditemui.

Jikapun ada, tidak sampai memenuhi areal parkir di Pasar Gisting.

Baca juga: Harga Daging Sapi di Pringsewu Tembus Rp 150 Ribu

Tidak pula memenuhi sepanjang jalan yang membelah Pasar Kota Agung dan Pasar Talang Padang.

"Agak turun yang dagang daging sekarang ini karena corona. Sebab, dagang daging sapi juga butuh modal besar. Terus ada perhitungan, apa yang beli ramai kayak tahun-tahun kemarin," ujar Sabar, pedagang daging sapi di Pasar Gisting, Selasa (11/5/2021).  

Menurutnya, sekarang ini jumlah pedagang hanya sekitar 20 orang.

Sedangkan pada Lebaran tahun-tahun sebelumnya bisa mencapai 60 orang.

"Modal buat lapak juga masuk hitungan. Bukan cuma kita modal beli sapi. Terus yang kerja dari nyembelih sapi sampai motong-motong daging, semua itu dihitung," beber Sabar.

Itulah alasan para pedagang dadakan berpikir ulang untuk berjualan daging tahun ini.

"Makanya daripada modal sudah keluar banyak tapi jualannya sepi, mending tidak ikut dagang. Dan, mereka sudah tahu Lebaran sekarang jualan sepi," kata Sabar.

Hal sama dikatakan Natsir, pedagang daging lainnya.

Menurut dia, pedagang dadakan tidak seperti pedagang daging biasa.

Sebab, sapi yang sudah dipotong harus habis saat itu juga.

Mereka tidak punya freezer yang bisa menyimpan stok daging dalam jumlah banyak.

Maka biasanya pedagang daging sapi dadakan akan mengobral stok daging yang belum habis.

Itu dilakukan jelang sore hari saat puasa terakhir.

Harga obral biasanya berkisar Rp 60.000 sampai Rp 80.000 per kg atau setengah dari harga normal.

Mengobral adalah langkah terakhir daripada membawa pulang daging dagangan.

"Kalau bisa ya jangan diobral. Kalau kira-kira sudah mulai sepi, ya jangan motong lagi. Daripada nekat motong tapi akhirnya diobral," jelas Natsir. 

"Sekarang ini kalau sudah habis ya sudah. Kalaupun mau jualan lagi, mending mengambil dagangan teman-teman lain daripada harus motong sapi lagi," imbuh Natsir.

Biasanya, kata Natsir, dua pedagang bisa memotong satu ekor sapi.

Itu bisa bertambah dua atau tiga ekor lagi.

Tapi untuk tahun ini tidak seperti itu.

Satu ekor sapi rata-rata hasil patungan tiga pedagang. ( Tribunlampung.co.id / Tri Yulianto )

Baca berita Tanggamus lainnya

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved