Peternakan Lebah Madu di Batu Putuk Bandar Lampung, Thomas Riska Minum Madu Langsung dari Sarang

Suhita Bee Farm, peternakan lebah madu di Batu Putuk, Kota Bandar Lampung, menghasilkan madu asli dan berkualitas tinggi.

Penulis: Andi Asmadi | Editor: Andi Asmadi
TRIBUN LAMPUNG/ANDI ASMADI
MINUM MADU - Bos Tegal Mas Thomas Azis Riska (tengah) minum madu yang baru saja diambil dari sarang lebah saat kunjungan ke Suhita Bee Farm di Batu Putuk, Bandar Lampung, Sabtu (3/7/2021). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Banyak yang beranggapan Lampung tidak punya madu asli. Kalaupun ada yang benar-benar asli, itu tidak dihasilkan sendiri di Lampung.

Anggapan itu salah. Suhita Bee Farm, peternakan lebah madu di Batu Putuk, Kota Bandar Lampung, menghasilkan madu asli dan berkualitas tinggi. Madu jenis ini pun bisa jadi andalan dan kebanggaan Lampung.

Lebah pada umumnya menyengat dan bisa membuat kulit bengkak. Namun, lebah yang diternakkan di Suhita Bee Farm, Jln Batin Mangku Negara, Batu Putuk, Teluk Betung Utara, tidak menyengat.

Kalaupun menyengat, tidak terasa sakit dan hanya tersisa plek di kulit. Itulah lebah dari genus Trigona, lebah tanpa sengat (stingless honey bees).

Meski tanpa sengat dan ukurannya lebih kecil dari lebah biasa, jangan dikira lebah Trigona sp (masyarakat biasa menyebutnya “klanceng”) tidak bisa menghasilkan madu.

Baca juga: Warga Tejoagung Kota Metro Kembangkan Madu Klanceng, Imbas Pandemi Covid-19

Justru madu yang dihasilkannya memiliki kualitas tinggi dan sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

“Lebah Trigona juga bisa menghasilkan propolis yang sekarang ini banyak digunakan untuki pengobatan dan peningkatan imunitas tubuh,” kata Isnina, pemilik Suhita Bee Farm, kepada Tribun Lampung di lokasi peternakannya, Sabtu (3/7/2021).

Tribun berkunjung ke Suhita Bee Farm ikut dalam rombongan yang dipimpin Thomas Azis Riska, pengusaha pariwisata yang merupakan owner dari Tegal Mas, Puncak Mas, dan Bukit Mas.

Di Suhita Bee Farm, terdapat  sekitar 100 koloni lebah yang masing-masing bisa menghasilkan madu 1 kg dalam sebulan.

Berapa banyak lebah di setiap koloni? Susah menghitungnya, tetapi mungkin ada ratusan ekor.

Sejatinya, peternakan lebah di Batu Putuk bukanlah tempat utama penghasil madu bagi Suhita Bee Farm.

Kawasan seluas 1 hektare itu lebih banyak digunakan untuk penelitian, pengembangan, dan edukasi.

Isnani menyebut Way Kanan dan Pesisir Barat justru menghasilkan lebih banyak madu.

Di Way Kanan ada sekitar 2.000-an koloni yang dibangun, namun sebagian besar menggunakan lebah yang memiliki sengat dari Australia. Koloni lebah Trigona hanya sekitar 400-an.

Di Pesisir Barat dominan menggunakan lebah Trigona. Suhita Bee Farm membuat koloni sekitar 200-an dan banyak koloni lainnya merupakan kemitraan dengan masyarakat setempat.

Baca juga: Madu Trigona, Madu Alami Asal Desa Gunung Gijul Lampung Utara

Dari keseluruhan koloni di Bandar Lampung, Way Kanan, dan Pesisir Barat, Suhita mampu memproduksi 2 ton madu setiap dua pekan, atau sekitar 4 ton madu dalam sebulan.

Sebagian madu tersebut dikemas dalam botol menjadi merek Suhita dan sekarang sudah banyak dipasarkan di mal dan toko-toko di Lampung.

Di market place juga sudah banyak dipasarkan di Tokopedia hingga Shopee.

“Kami tidak mampu mengolah semua produksi sehingga sebagian dijual dalam bentuk curah ke sejumlah perusahaan,” kata Isnina didampingi Ivan yang juga dari Suhita Bee Farm. Juga hadir Imam dan Sinta dari Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis Putu Batuk yang membantu branding dan pemasaran madu Suhita.

Jadi, menurut Isnina, sebenarnya Lampung mampu memproduksi madu sendiri dan kualitasnya tidak kalah dengan berbagai macam produk lainnya.

Yang paling penting, kata dia, madu produk Suhita Bee Farm benar-benar asli dan tidak ditambahkan bahan lain.

Untuk membuktikan Suhita Bee Farm benar-benar memproduksi sendiri madu, Isnina dan Ivan membawa Tribun dan rombongan Thomas Azis Riska, Haji Hanapiah Hamidi, Haji Zikri dan pengusaha lainnya, mendatangi satu per satu koloni madu yang ada di peternakan tersebut.

Koloni lebah Trigona ternyata sangat berbeda dengan koloni lebah madu pada umumnya.

Koloni lebah itu hidup pada sarang yang berupa batang kayu yang di tengahnya berlubang, atau pada kotak kayu yang khusus dibuat tanpa menggunakan lem atau zat kimia lainnya.

Pada setiap sarang terdapat pipa memanjang sebagai tempat keluar masuknya lebah. Di dalam lubang, lebah itu menghasilkan madu pada tempat yang sangat berbeda dibandung lebah pada umumnya.

Biasanya, lebah menghasilkan madu yang disimpan di comb honey yakni ruang berbentuk heksagonal.

Namun, untuk lebah Trigona, madu yang dihasilkan disimpan pada tempat yang menyerupai gentong kecil.

Jika gentong itu penuh, bagian atasnya akan tertutup.

Menurut Ivan dari Suhita Bee Farm, madu bisa dipanen setiap dua pekan atau setiap bulan.

Cara panennya juga beda. Cairan madu dihisap dari gentong dengan menggunakan pipet lalu kemudian dipindahkan ke wadah khusus.

Ivan lalu menawarkan setiap anggota rombongan untuk mencicipi madu langsung dari sarangnya.

Ia pun mengambil pipet, menghisap madu dari sarangnya, lalu menuangkan langsung ke mulut Thomas Azis Riska.

Bagaimana rasanya? “Manis dan juga ada asam-asamnya,” kata Thomas.

Di Suhita Beer Farm, cita rasa madu bisa berbeda pada setiap koloni, tergantung jenis lebah Trigona (ada ratusan spesies dari genus Trigona) dan juga jenis nektarnya.

Di kawasan itu terdapat banyak pertanaman, termasuk akasia, yang menghasilkan nektar untuk bahan makanan bagi lebah Trigona ini.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved