UM Metro
Samson Fajar UM Metro : Profetika Kurban, Syukur dan Melayani Tugas Nabi dalam Membangun Peradaban
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguh
Penulis: Aditya Mulyawan | Editor: Advertorial Tribun Lampung
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, METRO - Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus,” (Surat Al-Kautsar ayat 1-3).
Dr. M. Samson Fajar, M.Sos.I. Dosen FAI UM Metro menjelaskan Berbicara Kurban dalam bulan Dzulhijjah adalah tema primer bagi orang-orang yang beriman, karena ini adalah amalan utama bagi mereka yang tidak berhaji. Dalam membangun dasar berfikir kurban mayoritas ilmuwan mendasarkan pada surat Al-Kautsar di atas.
Surat terpendek dan sarat makna yang luar biasa, karena tak ada satupun atau kelompok manusia yang mampu membuat tandingan semisal ayat tersebut dalam segi bahasa maupun maknanya.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas kurban dalam prespektif nilai-nilai profetika, sebagai grand design berfikir dalam rangka membangun arah baru logika berfikir imaniah yang mencerahkan kehidupan manusia.
Dalam prespektif tafsir surat Al-Kautsar adalah berbicara akan ke Maha Murahnya Allah SWT akan karunia-Nya yang teramat agung yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Ke-Maha Murahan itu di sebut dengan Al-Kautsar atau karunia yang sangat banyak.
Dalam tafsir Al-Kautsar dimaknai sebagai telaga atau sungai Al-Kautsar sebagai keistimewaan nabi di akhirat yang tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelumnya.
Sebagaimana tertuang dalam hadits: Al-Kautsar adalah sebuah sungai (telaga) yang diberikan kepadaku oleh Tuhanku di dalam surga, padanya terdapat kebaikan yang banyak, umatku kelak akan mendatanginya di hari kiamat; jumlah wadah-wadah (bejana-bejana)nya sama dengan bilangan bintang-bintang.
Diusir darinya seseorang hamba, maka aku berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya dia dari umatku.” Maka dikatakan, "Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang telah dibuat-buatnya sesudahmu."(H.R. Ahmad)
Inilah makna Al-Kautsar secara khusus yang difahami secara ma'tsur berdasarkan periwayatan para sahabat.
Akan tetapi secara umum Ibnu Abbas dan Imam Jalaludi Al-Suyuti dalam tafsirnya memaknai sebagai kebaikan yang sangat banyak, berupa agama Islam, kenabian Muhammad SAW, Al-Qur'an, sholat lima waktu, umat terbaik dan seluruh kebaikan yang banyak (khairan katsira).
Karena kata Al-Kautsar dalam pengertian bahasa berasal dari wazan fau'al. Bangsa Arab menamakan segala sesuatu yang melimpah baik kuantitasnya, atau besar kedudukan dan urgensinya dengan nama kautsar.
Sehingga dengan pengertian umum dan khusus tersebut dapat difahami bahwa Al-Kautsar adalah karunia yang sangat banyak dari Allah SWT yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW baik secara umum (semua kebaikan) dan telaga Al-Kautsar (makna secara khusus) sebagai keistimewaan nabi di akhirat sebagai pelayanan kepada umatnya yang taat kepadanya.
Hakikatnya ayat ini ditujukan oleh pembicara yaitu Allah sebagai subjek (mutakallim) kepada Nabi Muhammad SAW sebagai objek (mukhotob). Akan tetapi implementasi dari ayat ini bukanlah khusus untuk nabi, akan tetapi berlaku umum setiap pribadi orang yang beriman.
Sebagaimana dalam kaidah al ibratu bi umumi lafdzi la bi khususi sabab (maksud sesutu diambil dari umumnya lafadz bukan dari kekhususan sebab). Sehingga dapat difahami bahwa ayat ini untuk semua umat Islam dan mengimani.
Ayat tersebut membangun nalar profetis yang sangat luar biasa. Profetika adalah sesuatu yang bersifat kenabian, dan inti kenabian adalah menyampaikan risalah nabi sebelumnya.