Berita Terkini Nasional

Kondisi Terkini Kawasan Malioboro Jogja Lumpuh, Pedagang: Nunggu Mukjizat Allah

kawasan Jalan Malioboro beberapa pekan terakhir nyaris lumpuh total karena aktivitas transaksi ekonomi hampir tak terjadi.

(TRIBUNJOGJA.COM / Yuwantoro Winduajie)
Kondisi kawasan Malioboro Yogyakarta di tengah penerapan PPKM Level 3-4, Kamis (22/7/2021). 

"Pikiran saya dua minggu bisa selesai. Tapi kok ternyata makin parah. Makanya saya jual (tokonya) karena butuh uang," jelasnya.

Nan Kumar kini memiliki dua toko yakni satu toko tekstil berada di Jalan Solo, satunya lagi merupakan toko kaus oblong khas Yogyakarta.

Rencananya dua-duanya akan dijual, namum sampai sekarang belum ada peminat yang berniat untuk memahari tokonya itu.

"Saya ada dua toko di Jalan Solo itu tekstil, sama toko kaus di Malioboro. Rencananya di Jalan Solo juga akan saya jual, tapi susah. Pembeli juga gak ada, jadi ya nunggu mukjizat Allah saja," terang dia.

Pria asal Sosromenduran, Gedongtengen, Kota Yogyakarta ini mengaku sudah 50 tahun lebih mengelola tokonya di kawasan belanja itu.

Pasang surut perkembangan ekonomi negeri sudah banyak dirasakan, namun krisis terberat selama puluhan tahun berjualan di Malioboro, diakuinya baru tahun ini ia terasa berat dan cemas tak berkesudahan.

"Dari masa-masa krisis dulu, masa sekarang ini yang krisisnya paling parah. Seumur hidup saya baru sekarang goyah sekali. Kami bingung, tiap hari cemas terus," ujarnya.

Sebenarnya toko miliknya itu ditawarkan sejak tahun lalu saat pertengahan 2020.

Namun kini, Nan Kumar benar-benar tidak sanggup lagi untuk bertahan hidup dengan menggantungkan di pertokoan kawasan Jalan Malioboro.

Ia menjelaskan, harga toko sesuai pasaran di kawasan Malioboro per meternya mencapai Rp 100 juta rupiah.

Karena ia sudah putus asa, toko selus 350 meter itu pun kini akan dijual dengan harga per meter Rp 50 juta.

Jika dikalkulasikan harga toko yang dijual yakni mencapai Rp 17,5 miliar rupiah.

"Harga saya banting Rp 50 juta rupiah permeter. Saya ada 350 meter luasnya. Pasarannya di Malioboro itu Rp 100 juta rupiah Anehnya belum juga mendapat pembeli," terang dia.

Selama pandemi berlangsung, diakui olehnya bulan paling berat dilalui untuk bisnisnya terjadi saat awal pertama kali Covid-19 menyebar ke DIY.

Kemudian dirasakan Nan Kumar mulai tumbuh ketika pertengan 2020 hingga awal 2021.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved