UM Metro

Mukhtar Hadi BPH UM Metro Jelaskan Umat Islam dan Social Champions

Di tengah-tengah bencana yang sedang melanda selalu ada orang-orang berhati mulia dan welas asih untuk membantu sesama yang sedang mengalami kesusahan

ist
Dr. Mukhtar Hadi, M.Si. (Anggota BPH UM Metro) 

Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas. (QS. Ali Imron (3) : 112).

Berdasarkan ayat di atas, Allah mengingatkan bahwa manusia akan diliputi kehinaan jika tidak memegang teguh tali hubungan dengan-Nya dan tali hubungan dengan sesama manusia. Kehinaan itu berupa kemurkaan dari Allah dan kehidupannya diliputi kesengsaraan di dunia maupun di akhirat kelak.

Dengan demikian baik ada bencana maupun tidak ada bencana, Islam mengajarkan agar setiap manusia memiliki jiwa dan semangat social champions, para juara dalam membantu orang lain.

Menolong yang tanpa pamrih, tanpa melihat siapa yang dibantu, semata-mata hanya mengharapkan ridha dari Allah SWT. Inilah puncak dari kesalehan, yaitu kesalehan yang utuh dan kaffah, saleh secara individual dan saleh secara sosial.

Seorang muslim yang waktunya dihabiskan untuk shalat, berdzikir, membaca al-Qur’an, berpuasa dan ibadah-ibadah lainya dalam rangka memenuhi kehausan hasrat spiritual yang bersifat individual lalu mengabaikan hubungannya dengan orang lain, tidak peduli kepada penderitaan sesama, maka tidak ada jaminan surga baginya. Surga yang didambakannya tidak cukup dengan keasyikan spiritual individual.

Surga hanya bisa diraih jika seseorang melakukan ibadah individual dan ibadah sosial secara sekaligus. Orang-orang yang terlalu asyik dengan ibadah vertikalnya kepada Allah lalu melupakan ibadah sosial maka akan jatuh dalam kelompok orang yang muflis, atau orang yang rugi, bangkrut dan karenanya justru neraka tempat yang layak baginya.

Penegasan ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu :

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «أتدرون من المفلس؟» قالوا: المفلس فينا من لا دِرْهَمَ له ولا متاع، فقال: «إن المفلس من أمتي من يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة، ويأتي وقد شتم هذا، وَقَذَفَ هذا، وأكل مال هذا، وسَفَكَ دم هذا، وضرب هذا، فيعطى هذا من حسناته، وهذا من حسناته، فإن فنيت حسناته قبل أن يقضى ما عليه، أخذ من خطاياهم فطُرِحَتْ عليه، ثم طرح في النار».

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu ‘anhu-, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah kami adalah orang yang tidak punya dirham dan kekayaan.

” Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat.

Namun ia datang telah mencela si A, menuduh si B, memakan harta si Fulan, menumpahkan darah si fulan dan memukul si Anu. Maka orang yang itu diberi dari kebaikannya, yang ini juga diberi dari kebaikannya.

Hingga jika semua kebaikannya habis padahal semua dosanya belum habis, diambillah kesalahan-kesalahan (dosa orang yang dizaliminya), lalu dilimpahkan padanya, kemudian ia pun dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim).

Secara logika, tidak satupun manusia yang mau merugi atau bangkrut.

Manusia yang normal ingin selalu beruntung. Karena itu mempertimbangkan secara masak-masak apa yang akan dilakukan sebagai suatu yang niscaya agar tidak mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan yang dialami manusia di dunia ini masih memiliki peluang untuk diperbaiki selagi kita masih sehat dan memiliki kemauan.

Namun kebangkrutan yang kita alami pada saat hari perhitungan amal di akhirat nanti tidak ada peluang lagi untuk memperbaikinya meskipun manusia merengek-rengek untuk dikembalikan lagi di dunia dan berjanji akan memperbaikinya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved