Lampung Barat
Melongok Tradisi Suku Semende di Lampung Barat, Ritual Bersih Pusaka Pangku Paliare
Tokoh Adat Semende setempat Alhajar Sahyan mengatakan, tradisi adat tersebut biasa digelar tiap 9 atau 25 Muharram bertepatan dengan momentum Tahun Ba
Penulis: Nanda Yustizar Ramdani | Editor: Daniel Tri Hardanto
Alhajar menilai, terjaganya tradisi tersebut di tengah perkembangan zaman yang semakin modern ini merupakan sesuatu hal yang unik.
"Ini merupakan yang unik di zaman dengan teknologi serbacanggih ini," ujarnya.
Sementara itu, Camat Way Tenong Bambang Hermanto merasa bangga atas terjaga dan terpeliharanya tradisi adat Semende tersebut.
"Saya sangat bangga dengan tradisi adat Semende ini yang masih terjaga dan terpelihara dengan baik," ujar Bambang.
"Ini menunjukkan betapa besar kecintaan suku Semende di sini dalam memegang teguh adat istiadat," sambungnya.
Bambang menilai, tradisi tersebut merupakan amanah yang diwariskan Puyang Awak sebagai washilah untuk menjaga persaudaraan antarsuku Semende yang sudah tersebar di berbagai wilayah.
Pemuda Pecinta Adat dan Budaya Semende Deni Yuniardi turut memberikan pernyataannya mengenai Pangku Paliare.
"Tujuan penyelenggaraan Pangku Paliare oleh anak cucung Raje Mangkute dan masyarakat Semende Marge Way Tenung ini dalam rangka mengingatkan generasi muda akan asal-usul," kata Deni.
"Supaya mereka tidak kehilangan jati diri sebagai pewaris adat Semende," imbuh dia.
Ia mengungkapkan, Syaikh Nurqodim Al Baharuddin atau Puyang Awak yang meninggalkan bukti-bukti sejarah berupa kitab kerukunan, nasihat-nasihat khotbah, potongan kain kiswah ka'bah, senjata, dan beberapa peninggalan lainnya yang berisi pesan kepada Jeme Semende (Orang Semende) dari generasi ke generasi itu bertujuan agar generasi penerus dapat menjaganya.
"Selain itu, agar kita juga tidak lupa bahwa kita memiliki tugas melanjutkan perjuangan beliau" kata generasi ke-7 Puyang Raje Mangkute itu.
Deni pun mengajak seluruh masyarakat Semende, khususnya pemuda Semende Marge Way Tenung dan pemuda Semende di manapun berada, untuk kembali menggalakkan dan melestarikan adat dan budaya Semende.
"Sebagaimana yang telah ditanamkan oleh pendiri adat Semende Waliyullah Puyang Awak Syaikh Nurqodim Al Baharuddin," ujarnya.
"Leluhur kita dahulu dari generasi ke generasi adalah pejuang agama islam, dan kita mesti tahu sekaligus melanjutkan perjuangan itu," tandasnya.
( Tribunlampung.co.id / Nanda Yustizar Ramdani )