Apa Itu
Apa Itu Blue Moon, Fenomena Langka yang Hanya Terlihat Kurun 2 Tahun Sekali
Peristiwa langit yang tak kalah indah adalah blue moon. Tapi apa itu blue moon? Berikut penjelasan selengkapnya.
Penulis: Virginia Swastika | Editor: Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Satu dari bagian dari fenomena langit adalah blue moon. Namun apa itu blue moon?
Tak seperti namanya yang menunjukkan warna biru, sebenarnya warnanya tak demikian.
Itu hanya sebuah istilah semata untuk menggambarkan peristiwa langit yang jarang terjadi ini.
Definisi di balik penamaan blue moon ini juga masih simpang siur.
Banyak orang yang mengganggap istilah blue moon dimaknai sebagai fenomena yang sangat langka yang berasal dari kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi sehingga mengubah bulan berubah warna menjadi kebiruan.
Umumnya blue moon akan terlihat setiap dua hingga tiga tahun sekali.
Sebelumnya, pernah terjadi pada 22 Mei 2016, 19 Mei 2019, dan 22 Agustus 2021 lalu.
Fenomena ini pun diperkirakan akan terjadi kembali pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027 mendatang.
Baca juga: Apa Itu Peristiwa G30S/PKI
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dalam Kompas.com memaknai blue moon menjadi dua arti.
Pertama, seasonal blue moon atau bulan biru musiman adalah bulan purnama ketiga dari salah satu musim astronomis yang di dalamnya terjadi empat kali bulan purnama.
Kedua, bulan biru bulanan atau monthly blue moon adalah bulan purnama kedua dari salah satu bulan di dalam kalender Masehi yang di dalamnya terjadi dua kali bulan purnama.
Peristiwa langit yang tejadi belum lama ini disebut oleh Almanak Petani Maine di Amerika Serikat (AS) sebagai Purnama Sturgeon.
Hal tersebut karena ikan sturgeon (ikan penghasil caviar) muncul ke permukaan danau pada bulan Agustus.
Selain itu, fenomena ini juga memiliki beberapa nama lain, seperti Purnama Jagung Hijau (Green Corn Moon), Purnama Ceri Hitam (Black Cherry Moon), dan Purnama Terbang Tinggi (Flying Up Moon).
Baca juga: Apa Itu Paragraf Induktif dan Contohnya
Sebagaimana telah dijelaskan, blue moon dapat terjadi jika bulan purnama terjadi di sekitar awal Masehi karea rata-rata lunasi sebesar 29,53 hari hari, jauh lebih spesifik dibandingkan 11 bulan dalam kalender Masehi.
Akan tetapi, kemunculan seasonal blue moon atau bulan biru musiman ternyata lebih jarang terjadi dibandingkan monthly blue moon.
Bahkan dalam kurun waktu 1.100 tahun, terdapat 408 fenomena seasonal blue moon dan 450 fenomena monthly blue moon.
Selain blue moon, ada pula fenomena langit lain terkait bulan, seperti:
Strawberry Moon
Strawberry Moon atau bulan purnama stroberi adalah fenomena langit di mana bulan terlihat berwarna merah.
Selain berwarna merah, kemunculannya juga bisa terlihat dengan warna lain seperti warna madu atau kuning sawo.
Bulan pun akan terlihat penuh dan lebih besar dari rata-rata bulan purnama biasanya.
Biasanya, fenomena ini bisa berlangsung selama tiga hari.
Namun sayangnya, peristiwa langit ini tak bisa dilihat setiap tahun.
Ia baru akan muncul kembali setelah berpuluh-puluh tahun sejak kemunculan terakhir.
Diketahui, bulan purnama stroberi sempat muncul di tahun 2021, tepatnya 24 Juni lalu.
Diperkirakan bulan purnama ini akan muncul kembali pada 21 Juni 2062 mendatang.
Pada 2021, secara umum seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan fenomena Strawberry Moon ini sejak beberapa menit sebelum terbenam Matahari dari arah Timur-Tenggara.
Sebab, arah tersebut merupakan arah yang sama ketika Matahari terbit saat Solstis Desember.
Kemudian, berkulminasi keesokan harinya, Jumat (25/6/2021) sekitar tengah malam di arah Selatan dan terbenam setelah terbit Matahari di arah Barat-Barat Daya.
Dikutip dari National Geographic, nama bulan purnama stroberi ini merupakan istilah dari hikayat atau cerita suku asli Amerika.
Suku yang pertama kali mengenalkan sebutan bulan purnama stroberi ini adalah suku Algonquin, yang menempati wilayah Quebec selatan dan Ontario bagian timur.
Menurut Koalisi Keaksaraan Asli Ontario, Ojibwe, saat bulan purnama stroberi muncul, suku asli Amerika akan mengadakan pesta tahunan bersama teman dan keluarga.
Hal serupa juga dijelaskan oleh, Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lapan, Emanuel Sungging.
Menurut Emanuel, masyarakat suku bangsa Amerika adalah yang pertama mengenalkan sebutan ini.
"Strawberry full moon, itu sebetulnya bulan purnama biasa, dan istilah strawberry itu dari tradisi," kata Emanuel dilansir dari Kompas.com (23/6/2020).
Penyebutan nama tersebut juga disebabkan karena kemunculannya bertepatan dengan masa panen buah stroberi.
"Itu juga bertepatan dengan puncak musim panen stroberi," jelasnya.
Akan tetapi, ternyata bulan purnama yang terjadi di bulan Juni ini memiliki banyak nama lain.
Bahkan penamaan fenomena langit ini pada setiap wilayah bisa berbeda.
Berikut beberapa nama lain dari bulan purnama stroberi.
1. Mead Moon
Di Eropa Kuno, bulan purnama stroberi ini disebut dengan Mead Moon.
Mead adalah minuman yang dibuat dengan memfermentasi madu yang dicampur dengan air dan terkadang dengan buah-buahan, rempah-rempah, biji-bijian, atau hop.
Di beberapa negara, mead juga disebut anggur madu, meskipun di negara lain anggur madu berbeda bendanya.
Tidak hanya itu, dari beberapa literatur yang ada ternyata waktu sekitar akhir Juni adalah saat madu siap dipanen, yang menjadikan ini Bulan "paling manis".
2. Honey Moon
Masih dari Eropa Kuno, bulan ini juga disebut dengan Honey Moon atau bulan madu.
Kata 'bulan madu' ini dapat diterlusuri kembali setidaknya pada tahun 1500-an di Eropa.
Tradisi menyebut bulan pertama pernikahan sebagai 'bulan madu' kemungkinan berkaitan dengan bulan purnama ini.
Sebab, kebiasaan menikah pada bulan Juni atau karena 'Honey Moon' adalah Bulan 'termanis' tahun ini.
3. Rose Moon
Nama berikutnya untuk bulan purnama Juni ini adalah Rose Moon atau Bulan Mawar.
Gordon Johston NASA menyebutkan nama Rose Moon berasal dari bunga mawar yang mekar sepanjang tahun.
Sedangkan, literatur lainnya menyatakan bahwa nama Rose Moon diambil dari warna bulan purnama yang terjadi pada sepanjang tahun ini.
4. Hot Moon
Selain ketiga nama di atas, Gordon mengakui menemukan lagi nama musiman lain untuk bulan purnama stroberi ini yaitu Flower Moon, Hot Moon, dan Planting Moon.
Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa LAPAN, Emanuel Sungging pun menjelaskan alasan di balik penamanaan tersebut.
Dikutip dari Kompas.com, ia mengatakan bulan purnama itu diberi nama Hot Moon karena pada bulan Juni di belahan utara, Bumi berada di garis balik utara yaitu 23,5 derajat lintang utara.
5. Poson Poya
Bagi umat Buddha, bulan purnama ini disebut dengan Poson Poya.
Masyarakat di Sri Lanka percaya bahwa bulan purnama stroberi ini dijadikan sebagai perayaan pengenalan agama Buddha pada 236 SM.
Baca juga: Apa Itu Bilangan Prima dalam Matematika
6. Vat Purnima
Sementara itu bagi umat Hindu, bulan ini dinamakana Vat Purnima.
Selama 3 hari bulan purnama ini menghiasi langit, wanita yang sudah menikahakan akan menunjukkan cintanya kepada sang suami.
Ungkapan cinta itu akan ditandai dengan mengikatkan seutas benang upacara di sekitar pohon beringin.
"Perayaan ini didasarkan pada legenda Savitri dan Satyavan," jelas Gordon. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )