Bandar Lampung
Jelang Libur Nataru, Harga Cabai dan Minyak Goreng di Bandar Lampung Merangkak Naik
Dua komuditi bahan pokok mengalami kenaikan harga jelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendatang.
Penulis: kiki adipratama | Editor: Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Dua komuditi bahan pokok mengalami kenaikan harga jelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendatang.
Dua komuditi bahan pokok yang mengalami kenaikan, yakni minyak goreng dan cabai.
Pantauan Tribun Lampung di Pasar Tradisional Pasir Gintung dan Pasar Tempel Sukarame, Bandar Lampung, kedua komuditi menunjukan adanya kenaikan harga.
Syahbani, seorang pemilik toko sembako di Pasar Tempel Sukarame mengatakan, tren kenaikan minyak goreng memang sudah terjadi sejal awal bulan November lalu.
Untuk minyak goreng kemasan yang biasanya Rp 16.000 perkemasan ukuran 900 mililiter, kini harganya Rp 17 perkemasan.
Baca juga: PPKM Level 3 Saat Nataru, Aktivitas Penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni Masih Normal
“Kalau minyak goreng, naiknya sudah dari awal November lalu. Jika dilihat, tren-nya akan terus naik,” ujar Syahbani.
Menurutnya, saat ini pasokan untuk minyak goreng terbatas. Sementara permintaan konsumen cukup tinggi.
“Informasinya, kondisi kenaikan minyak goreng saat ini dipengaruhi sawit di daerah yang hasilnya menurun,” kata dia.
Bambang, pedagang sembako lainnya membenarkan jika harga komuditi minya goreng mengalami kenaikan.
Meski tak menampik informasi kenaikan harga dikarenakan adanya produksi sawit yang menurun, tapi ia mengungkapkan, kenaikan harga memang biasa terjadi jelang hari besar. Seperti Natal.
“Namanya mau hari besar, libur akhir tahun. Harga pada naik,” ujar Bambang.
Baca juga: PPKM Level 3 Saat Nataru, ASDP Bakauheni Tambah Loket dan Tollgate
Sementara di Pasar pasir Gintung, harga minya goreng kemasan 1 liter kini Rp 17 ribu. Sebelumnya Rp 15 ribu.
Sedangkan untuk ukuran kemasan 2 liter, kini Rp 36 ribu, sebelumnya Rp 29 ribu.
Harga Cabai Naik
Sedangkan Satiyem, seorang pedagang cabai mengatakan, harga jelang akhir tahun mengalami kenaikan.
Menurutnya, harga cabai merah yang semula Rp 30 ribu perkilogram. Kini naik Rp 33 ribu perkilogram.
Harga cabai merah kriting yang semula Rp 24 ribu, kini naik menjadi Rp 34 ribu perkilogramnya.
Begitu juga dengan cabai merah besar. Semula Rp 23 ribu, kini naik menjadi Rp 30 ribu perkilogramnya.
Sementara cabai rawit kini Rp 20.000 perkilogram. Cabai rawit hijau yang semula Rp 30.000 perkilogram, naik menjadi Rp33.000 perkilogram.
“Harga komuditi sayuran (hortikultura), kalau naik pasti tinggi. Beda dengan harga sembako lainnya. Kalau naik hanya sedikit,” kata Satiyem.
Menurut dirinya, kenaikan harga cabai dikarenakan kondisi cuaca yang mempengaruhi produksi.
“Saat ini musim penghujan. Kalau sering hujan, cabai harus cepat dipetik, kalai nggak ya busuk. Jadi stok pun berkurang, harga jadi naik,” ujar wanita yang telah 24 tahun berjualan sembako itu.
Namun, lanjutnya, untuk komuditi bawang merah justru mengalami penurunan. Semula harga bawang merah Rp 26 ribu perkilogram. Saat ini harganya Rp 20 ribu perkilogram.
Sedangkan untuk telur ayam, juga mengalami penurunan. Semula Rp 23 ribu perkilogram. Kini harganya Rp 22 ribu perkilogram.
“Kalau telur, baru hari ini harganya mengalami penurunan. Biasanya jelang akhir tahun naik,” kata Mahmud, pedagang telur di Pasar Pasir Gintung.
Sementara di Pasar Way Halim, harga telur ayam terpantau Rp 22.500 perkilogram. Menurut Candra, seorang pedagang di Pasar Way Halim, komuditi sembako memang biasa mengalami kenaikan jelang akhir tahun, saat libur Nataru. ( Tribunlampung.co.id / Kiki Adipratama )
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/pedagang-cabai4.jpg)