Kesehatan

Halo Dokter, Cara Mendeteksi Gejala Disentri Amoeba

Halo Dokter, berikut penjelasan cara mendeteksi gejala Disentri Amoeba. Penyakit Disentri Amoeba ternyata timbul karena kebiasaan buruk dalam kehidupa

Editor: Hanif Mustafa
Pixabay
Ilustrasi. Halo Dokter, berikut penjelasan cara mendeteksi gejala Disentri Amoeba. 

World Health Organization (WHO) melaporkan setidaknya secara global, ada 1,7 juta kasus diare pada anak setiap tahunnya.

Umumnya, kondisi tersebut terjadi di negara-negara berkembang.

Gangguan pencernaan ini juga patut diwaspadai.

Sebab, diare bisa menjadi penyakit yang mematikan bila tak ditangani dengan tepat.

Tercatat, masalah pencernaan ini diketahui telah membunuh 525 ribu balita setiap tahunnya.

Penyebab

Menurut dokter spesialis anak RS Brayat Minulya Surakarta, dr Shelvy Putri Amelia, Sp. A, yang dikutip dari Kompas, terdapat beberapa penyebab diare pada anak.

Dirinya mengatakan bahwa secara umum, diare tersebut dapat dibagi menjadi dua, yakni karena infeksi dan non-infeksi.

1. Diare karena infeksi

dr Shelvy mengungkapkan infeksi virus, bakteri, dan parasit merupakan penyebab diare pada anak yang paling sering terjadi.

Untuk virus, khususnya Rotavirus telah menjadi penyebab utama diare pada anak.

Bahkan sebanayak 60-70 persen kasus diare pada balita disebabkan oleh virus tersebut.

Bakteri Salmonella dan parasit Giardia juga bisa menyebabkan anak-anak terserang masalah pencernaan ini.

2. Diare karena non-infeksi

Sedangkan penyebab diare non-infeksi meliputi:

a. Alergi makanan.

b. Efek samping obat-obatan.

c. Keracunan makanan.

d. Adanya penyakit lain, seperti radang usus, penyakit Crohn dan celiac, kolitis ulserativa, maupun gangguan psikologis.

Gejala

Dilansir dari laman John Hopkins Medicine, gejala diare pada anak dapat ditandai dengan beberapa hal, antara lain:

1. Kram.

2. Sakit perut.

3. Perut kembung.

4. Demam.

5. Tinja berdarah.

6. Dehidrasi.

7. Mual dan muntah

Sementara menurut dr Shelvy anak yang terkena diare akan sangat rentan mengalami dehidrasi.

Setidaknya ada tiga derajat dehidrasi yang bisa menjadi gejala diare pada anak. Berikut ciri-cirinya:

1. Tanpa dehidrasi

a. Dalam tahap ini, buang air kecil anak masih tergolong biasa.

b. ASI juga masih bisa diteruskan dan tidak perlu melakukan pembatasan atau mengganti makanan, termasuk susu formula.

c. Gejala diare ini dapat diatasi dengan memberikan cairan oralit 5-10 ml setiap buang air besar.

2. Gejala dehidrasi ringan-sedang

a. Anak terlihat haus dan frekuensi buang air kecil mulai berkurang.

b. Mata terlihat agak cekung, kekenyalan kulit menurun, dan bibir kering.

c. Dapat diatasi dengan pemberian cairan dehidrasi di bawah pengawasan ahli medis.

d. ASI dapat diteruskan dan pembatasan makanan tidak perlu dilakukan.

3. Gejala dehidrasi berat

Gejala ini mirip dengan dehidrasi ringan-sedang.

Namun terdapat gejala tambahan seperti napas yang cepat dan dalam, sangat lemas, kesadaran menurun, dan denyut nadi cepat.

Di tahapan ini, anak harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan rehidrasi.

Pengobatan

Dikutip dari Kompas.com, dr Shelvy menyarankan beberapa cara pengobatan diare pada anak, di antaranya:

1. Meneruskan pemberian ASI bila anak masih menyusu.

2. Memberikan cairan rehidrasi oral (CRO) saat anak sudah bisa minum selain ASI.

3. Mengonsumsi obat zinc 10 hari berturut-turut untuk mencegah diare kambuh.

4. Mengonsumsi antibiotic selektif untuk mengurangi keparahan diare.

5. Memberikan makanan berkuah atau jus segar untuk mengembalikan cairan yang hilang akibat dehidrasi.

6. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan sering.

Selain itu, dr Shelvy juga menyarankan anak untuk memberikan makanan yang mengandung tinggi energi.

"Lanjutkan pemberian makanan yang mengandung tinggi energi setelah sembuh dari diare," jelas dr Shelvy.

Pencegahan

Terdapat beberapa cara mencegah diare pada anak, di antaranya:

a. Menjaga kebersihan lingkungan, terutama sumber air minum.

b. Pastikan air dan makanan yang dikonsumsi bersih dan matan.

c. Rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah buang air kecil maupun besar, juga setelah memegang benda kotor.

d. Memberikan ASI pada anak berusia kurang dari 2 tahun untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.

e. Memberikan vaksin rotavirus untuk mencegah diare pada anak. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika / Jelita Dini Kinanti )

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved