Muktamar NU
Siapa Ketua Umum PBNU yang Baru? Lokasi Pemilihan Ketum Dipindah
Lokasi pemilihan ketua umum PBNU dipindah dari yang awalnya di Lampung Tengah ke Bandar Lampung, lantas siapa bakal Ketua Umum PBNU yang baru.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Lokasi Pemilihan Ketua Umum PBNU dipindah dari Lampung Tengah ke Bandar Lampung, lantas siapa bakal Ketua Umum PBNU yang baru?
Dua nama kandidat berpotensi maju menjadi Ketua Umum PBNU dalam Muktamar ke-34 NU.
Keduanya yakni KH Said Aqil Siroj dan KH Yahya Cholil Staquf.
Namun belum selesai pemilihan calon Ketua Umum PBNU di Pondok Pesantren Daarussa'adah Lampung Tengah, panitia Muktamar NU memindahkan lokasi.
Sebagaimana diketahui, Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama telah dimulai dengan Sidang Pleno I yang membahas soal tata tertib muktamar.
Baca juga: Muktamar NU 2021, Wapres Maruf Amin Minta Ketua PBNU Terpilih Nantinya Bisa Menyelesaikan Masalah
Sekretaris Panitia Pelaksana Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama, KH Syahrizal Syarif memastikan pemilihan calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tidak dilangsungkan di Pondok Pesantren Daarussa'adah Lampung Tengah.
Dia menyebut, perubahan lokasi pemilihan atas masukan dari Muktamirin atau peserta Muktamar dalam forum Sidang Pleno I yang berlangsung dinamis.
"Tadi sudah diputuskan, tempatnya akan pindah di Bandar Lampung, tapi lokasinya belum diketahui dan diserahkan kepada penyelenggara," ujar Syahrizal di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan, Bandar Lampung, Rabu (22/12/2021) malam.
Berlangsung dinamis dan cenderung alot, dikatakan Syahrizal, Sidang Pleno I akan dilanjutkan Sidang Pleno II untuk membahas Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepengurusan PBNU periode 2015-2020.
"Kemudian, kita lihat apakah LPJ itu diterima atau ditolak. Saya rasa kita sudah biasa rapat pleno sampai subuh dan itu tidak akan mengganggu rapat pleno selanjutnya," terangnya.
Baca juga: Muktamar NU 2021, Sosok 2 Calon Kuat Ketum PBNU Gus Yahya dan KH Said Aqil Siradj
Adapun seluruh proses Sidang Pleno I dan Sidang Pleno II dilangsungkan secara tertutup.
Sementara untuk lokasi pemilihan Ketua Umum PBNU terdapat tiga lokasi, yakni UIN Raden Intan, Universitas Negeri Lampung, dan Universitas Malahayati.
Sejauh ini, ada dua nama kandidat yang berpotensi maju menjadi Ketua Umum PBNU yakni KH Said Aqil Siroj dan KH Yahya Cholil Staquf.
Sosok Kuda HItam
Sehari menjelang pelaksanaan Muktamar NU di Lampung, muncul satu kandidat baru calon Ketua Umum PBNU, yakni KH Asad Said Ali.
Wakil Ketua Umum PBNU periode 2010-2015 ini disebut-sebut sebagai 'kuda hitam' orang nomor satu di PBNU.
Kuda hitam merupakan istilah yang dipakai untuk seseorang atau tim yang tidak diunggulkan dan tidak banyak dikenal namun bisa keluar sebagai pemenang.
KH As'ad akan bertarung dengan dua nama besar yang disebut-sebut calon kuat ketum PBNU yakni Prof KH Said Aqil Siroj dan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
KH As'ad Ali juga bisa jadi jalan tengah bagi dua kandidat yang bertarung.
"Kiai As'ad ini bisa jadi kuda hitam, kalau ada dua kubu yang mengeras."
"Cenderung biasanya publik akan memalingkan wajahnya ke satu sosok yang dianggap sebagai jalan tengah," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno kepada Tribunnews.com.
Diakuinya memang nama Kiai As'ad Ali belum sementereng sosok Said Aqil ataupun Gus Yahya.
Namun, di tengah dinamika dua unggulan calon Ketum itu, nama Kiai As'ad Ali bisa menjadi alternatif yang mengakomodasi irisan kelompok pendukung Said Aqil dan Gus Yahya.
Profil Singkat KH Asad Said Ali
KH Asad Said Ali adalah mantan wakil kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Dia dipercaya Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjabat di BIN.
Rizal Ramli menambahkan rekam jejak Asad Said Ali tak perlu diragukan lagi.
Ia adalah Alumnus Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dan Alumni Hubungan Internasional UGM.
KH As'ad Ali mendapat Gelar Doktor Horonis causa dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, dan Penanggung jawab kaderisasi di PBNU.
"Kiai Asad akan mampu memimpin NU untuk meneruskan dan memperbaharui Khitah NU 1926, menjadi bagian penting dari peningkatan keadilan dan kemakmuran Rakyat," katanya.
Kantongi Suara
Calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf atau biasa disapa Gus Yahya mengklaim sudah mengantongi 469 suara jelang Muktamar Ke-34 NU.
Diketahui Muktamar Ke-34 NU akan digelar di Lampung pada 22-23 Desember 2021.
Calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf mengatakan jika 469 suara tersebut bukan sekadar klaim.
“Dukungan itu solid dan bisa dicek langsung dari mana saja dukungan itu. Semua real, bukan sekedar klaim angka-angka,” kata Gus Yahya dalam konferensi pers bertajuk “Ngopi Bareng Gus Yahya dari Arena Muktamar” di Hotel Novotel, Kota Bandar Lampung, Selasa (21/12/2021) siang.
Muktamar NU yang akan dibuka oleh Presiden Jokowi di Pesantren Darussa’adah Lampung Tengah itu salah satu agenda utamanya adalah pemilihan Ketua Umum PBNU.
Sampai Selasa malam, ada dua calon kuat. Pertama, Kiai Said Aqil Siradj yang saat ini masih menjabat Ketua Umum PBNU. Ia sudah menjabat selama dua periode.
Kedua, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, yang saat ini menjabat Katim Aam PBNU. Ia baru pertama kali mencalonkan diri menjadei Ketua Umum tanfidziyah.
Dalam acara ngopi bareng tersebut, Gus Yahya didampingi Saifullah Yusuf atau biasa disapa Gus Ipul dan beberapa ulama pengasuh pondok pesantren dan pengurus NU daerah.
Hadir juga para pemimpin redaksi dan reporter media massa di Lampung, serta tim peliput muktamar yang datang dari Jakarta.
Kegiatan tersebut juga ditayangkan melalui zoom meeting dan diikuti oleh media massa nasional di Jakarta.
Gus Yahya mengaku informasi soal 469 suara dukungan itu berasal dari Gus Ipul.
“Beliau yang mengawal suara dukungan itu, dan saya meneripa laporannya,” ujar dia.
Jika Gus Yahya mengklaim mendapat 469 suara, maka sejatinya pemilihan Ketua Umum sudah selesai sebelum muktamar dibuka.
Namun, masalahnya, calon lain yakni Kiai Said Aqil juga mengklaim mendapat dukungan suara mayoritas.
Dalam beberapa kesempatan, kubu Kiai Said Aqil menyebut angka 389 suara dukungan untuk menjabat periode ketiga memimpin PBNU.
Jika suara Gus Yahya yang 469 dan suara Kiai Said yang 389 dijumlahkan, maka total terdapat 858 suara.
Padahal, menurut Gus Ipul, jumlah suara yang memiliki hak pilih totalnya 587, namun karena ada sejumlah kepengurusan yang bermasalah, maka total suara sah dalam muktamar kali ini sebanyak 519.
Dengan demikian, ada kelebihan 339 suara. Apakah itu suara ghaib?
Menurut Gus Ipul, angka 469 suara dukungan yang dipaparkan Gus Yahya semaunya real dan jelas siapa orangnya, siapa pengurusnya.
“Kami terbuka, ada daftarnya kalau ada yang mau mengecek,” ujarnya.
Namun, dia bertanya, apakah pihak lain yang juga mengklaim suara mayoritas punya daftarnya dan bersedia dicek secara langsung?
Pada bagian lain, Gus Ipul mengingatkan agar panitia pelaksana berhati-hati dalam melakukan verifikasi peserta, terutama peserta yang memiliki hak suara.
Hasil pemantauan di lapangan, kata dia, verifikasi digital tidak bisa membedakan SK yang sah dan SK yang tidak sah. Sehingga, perlu dilakukan verifikasi secara manual.
“Kami punya daftar pengurus yang sah, dan yang lain juga punya daftarnya. Itu sama daftarnya. Kita semua tahu. Jadi, jangan ada yang coba bermain,” tegasnya.
Profil KH Yahya Cholil Staquf
Sebagaimana diikutip dari Tribunnews, KH Yahya Cholil Staquf berasal dari di Rembang, Jawa Tengah.
Ia lahir pada 16 Februari 1966.
KH Yahya Cholil Staquf merupakan tokoh Nahdlatul Ulama dan saat ini menjabat sebagai Katib Aam Syuriah PBNU.
Ayahnya merupakan tokoh NU sekaligus salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), KH. Muhammad Cholil Bisri.
Ibunya bernama Muchisnah.
KH Yahya Cholil Staquf juga merupakan keponakan dari Pengasuh Pondok Raudlatut Thalibin, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus.
Soal pendidikan, KH Yahya Cholil Staquf mendapatkan pendidikan formal di pesantren.
Ia pernah menjadi murid KH. Ali Maksum di Madrasah Al-Munawwir Krapyak di Yogyakarta.
Baca juga: Muktamar NU, Said Aqil-Gus Yahya Saling Klaim, Jokowi-Maruf Hadiri Muktamar ke-34 NU
Pendidikannya berlanjut di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada.
Dibesarkan dari kultur Nahdilyin kuat dan kehidupan pesantren, KH. Yahya Cholil Staquf pun pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang, Jawa Tengah.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dan sebagian tayang di Tribunlampung.co.id