Daftar Kekayaan Jenderal TNI, KSAD Jenderal Dudung dan Wakil KSAD Mayjen Agus Subiyanto Paling Bawah
Angka kekayaan Jenderal Dudung itu tergolong sangat kecil dibanding para jenderal TNI lainnya, ada yang sampai di atas Rp 100-an miliar.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA – Berapa harta kekayaan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman?
Mengacu laman resmi Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) KPK, mantan Pangkostrad ini “hanya” memiliki harta sekitar Rp 1 miliar (data 21 Desember 2020).
Angka kekayaan Jenderal Dudung itu tergolong kecil dibanding para jenderal TNI lainnya, ada yang sampai di atas Rp 100-an miliar.
Baca juga: KSAD Jenderal Dudung Terinspirasi Jenderal M Jusuf, Bagi-bagi Susu untuk Prajurit dan Anaknya
Kekayaan Jenderal Dudung di atas Wakil KSAD Mayjen TNI Agus Subiyanto yang Rp 714,96 juta.
Dalam laman LHKPN KPK itu, disebutkan, harta kekayaan paling banyak tercatat dimiliki Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa dengan Rp 179,99 miliar.
Di urutan kedua, Pangkostrad Mayjen TNI Maruli Simanjuntak dengan Rp 51,65 miliar.
Meski kini telah menjadi perwira tinggi TNI dan menjabat KSAD, Dudung bukan sosok yang bergelimang harta.
Dudung tercatat memiliki dua bidang lahan dan bangunan di Kota Magelang dan Bandung senilai Rp 640.000.000.
Selain itu, ia tercatat memiliki tiga unit kendaraan yaitu mobil Toyota Veloz tahun 2019, Toyota Fortuner tahun 2020, dan motor Honda PCX tahun 2020 yang total nilainya mencapai Rp 737.000.000.
Ia juga tercatat memiliki kas dan setara kas senilai Rp 110.870.275 juta dan utang Rp 402.406.000 juta. Sehingga total harta Dudung berjumlah Rp 1.085.464.275.
Laporan harta kekayaan Dudung itu berada jauh di bawah harta kekayaan sejumlah anak buahnya.
Daftar LHKPN
Berikut daftar harta kekayaan pejabat TNI yang diakses dari laman LHKPN KPK.
- Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa: Rp 179.996.172.019 (20 Juni 2021);
- Pangkostrad Mayjen Maruli Simanjuntak: Rp 51.654.737.058 (31 Desember 2020);
- Pangkogabwilhan II Marsdya Imran Baidirus: Rp 17.416.830.074 (8 Januari 2020);
- KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo: Rp 12.173.843.169 (31 Desember 2020);
- KSAL Laksamana Yudo Margono: Rp 11.364.872.854 (31 Desember 2020);
Baca juga: Lampung Bertabur Jenderal, Mulai KSAD, Pangkostrad, Pangdiv, hingga Pangdam Ramah Tamah di Bukit Mas
- Wakil KSAL Laksamana Madya Ahmadi Heri Purwono: Rp 9.797.609.432 (31 Desember 2020);
- Pangkogabwilhan III Mayjen I Nyoman Cantiasa: Rp 8.626.344.500 (26 Maret 2020);
- Pangkogabwilhan I Laksamana Madya Muhammad Ali: Rp 7.254.741.749 (31 Desember 2020);
- Irjen TNI Letjen (Mar) Bambang Suswantono: Rp 6.721.687.422 (31 Desember 2020);
- Komandan Kodiklatal Mayjen (Mar) Suhartono: Rp 5.203.523.783 (31 Desember 2020);
- Pangkoarmada RI Laksamana Madya Agung Prasetiawan: Rp 4.046.552.110 (31 Desember 2020);
- Wakil KSAU Marsekal Madya Agustinus Gustaf Brugman: Rp 2.991.246.077 (31 Desember 2020);
- Komandan Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut Laksamana Madya Nurhidayat: Rp 1.508.142.992 (31 Desember 2020);
- KSAD Jenderal Dudung Abdurachman: Rp 1.085.464.275 (31 Desember 2020);
- Wakil KSAD Mayjen Agus Subiyanto: Rp 714.960.000 (31 Desember 2019).
Baca juga: Pernah Menjual Nasi, Jenderal Dudung Motivasi Anak Yatim Piatu untuk Pantang Menyerah Jalani Hidup
Pekerja Keras
KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dikenal sebagai sosok pekerja keras. Ia merintis kariernya dari nol.
Perjalanan itu membuat Dudung memahami perjuangan sebagai rakyat kecil.
Baru-baru ini ia bercerita tentang prajuritnya yang harus mengeluarkan uang hingga Rp 400.000 untuk membeli pakaian dinas lapangan (PDL).
Menurutnya, uang sebesar itu sangatlah besar bagi prajurit.
Apalagi, Dudung meyakini bahwa prajurit pada dasarnya banyak yang bukan berasal dari keluarga kaya, tetapi umumnya dari keluarga tidak berada.
Oleh karenanya, saat itu juga ia memerintahkan Asisten Operasi (Aspos) KSAD untuk segera membelikan seragam bagi prajurit.
Menurutnya, kebutuhan fundamental prajurit harus dipenuhi. Terlebih, mereka bertaruh nyawa ketika menjalani tugas di daerah operasi.
"Kita berleha-leha di sini, dia tinggalkan juga anak istrinya, taruhannya juga nyawa. Tapi dia juga harus menanggung," kata Dudung di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Senin (7/2/2022).
"Saya sampai bilang ke Asops, beli bajunya, kausnya, sepatunya," tutur eks Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) itu.
Dudung juga mengaku telah berulang kali menyampaikan kepada para Panglima Kodam agar komandan satuan tidak pelit.
"Saya sampaikan kepada Pangdam, kalau ada komandan satuan Danrem, Danyon, Dandim ada yang kapal keruk, copot," kata Dudung.
"Mau hebatnya kayak apa, mau pinternya kayak apa kalau sudah pelit, menyengsarakan prajurit, enggak ada cerita, ganti!," lanjut dia.
Jauh sebelum menjadi perwira tinggi TNI, Dudung telah merasakan sulitnya mencari uang bersama ibunya.
Hal ini karena ayah Dudung meninggal dunia pada tahun 1981, saat Dudung masih duduk di bangku SMP.
Dudung mencari uang dengan menjadi loper koran. Setiap pukul 4 pagi, ia mengayuh sepedanya mengantar koran ke rumah-rumah pelanggan.
Selesai mengantar koran, ia membantu ibunya menjajakan kue klepon di lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat.
Lantaran hampir setiap hari mengantar kue, Dudung akhirnya dikenal oleh tentara yang berjaga di depan pintu. Ia kerap menyelonong masuk ke dalam ruangan.
Namun, suatu hari, ketika hendak mengantarkan kue, penjaga yang bertugas merupakan tentara baru yang belum mengenal Dudung.
Mendapati Dudung yang menyelonong masuk tanpa melapor, penjaga itu geram. Ditendanglah kue-kue yang dibawa Dudung hingga berhamburan.
Saat itulah, muncul keinginan Dudung untuk menjadi perwira tinggi.
"Ditendanglah kue itu, ada 50 biji, menggelundung. Di situ saya bilang, awas nanti saya jadi perwira. Di situ saya bangkit pengin jadi tentara. Awalnya di situ, padahal dulu cita-cita saya pengin kuliah," kata Dudung.
"Di situ saya berpikir, ini orang jangan semena-mena sama rakyat kecil. Itu enggak boleh," tuturnya.(*)